Jeno akhirnya pulang ke rumahnya pukul 10 malam. Ia dan Jendral sempat mengobrol banyak sebelum mereka memutuskan untuk pulang.
Ketika sampai di rumah, Jeno malah bertemu dengan Madha yang sedang menggandeng Haldis menuju sofa di depan televisi.
"Lo apain dia bang?" Ucap Jeno cepat seraya menarik Madha dari sisi sahabatnya.
"Bukan gue Jen" Ucap Madha pelan.
Jeno mengamati luka di wajah Haldis dengan saksama.
"Bokap lo?" Ucapnya datar yang dibalas anggukan oleh Haldis.
"Lo sendiri berantem sama siapa?" Tanya pemuda manis itu santai.
"Ada, itu luka lo belum di obatin kan?" Jeno menunjuk pada luka di beberapa bagian wajah Haldis.
"Biar gue yang obatin, lo obatin luka lo sana" Madha kembali dengan kotak P3K dan sedikit mendorong Jeno untuk menyingkir dari hadapan Hadis-nya.
Dengan sedikit mencibir Jeno menyingkiri dari hadapan sahabatnya dan memberikan ruang untuk Madha mengobati haldis.
"Dulu aja sok nolak" ucapnya dengan berbisik.
Mereka terdiam, Madha yang fokus mengobati Haldis yang sesekali meringis dan Jeno yang memandang serius pada Haldis.
"Lo gak mau keluar aja dari rumah?" Jeno berucap serius ketika melihat Madha yang telah selesai mengobati Haldis.
"Ini gue udah keluar Jen, lebih tepatnya diusir sih" Haldis memandang pada Jeno dengan senyum mirisnya.
"Harusnya gue kabur aja dari dulu, elit dikit lah daripada di usir" Lanjutnya dengan nada jenaka yang membuat Jeno berdecak.
"Masih bisa lo bercanda udah begini, btw kartu atm lo masih ada semua?" Jeno mendekati Haldis untuk mengusap kepala sahabatnya itu, namun ada satu makhluk ciptaan tuhan yang malah melihat pemuda tersebut dengan sinis.
"Yang dari bokapnya udah dibalikin" Bukan Haldis yang menjawab, melainkan Madha sembari pemuda itu menarik Jeno dari hadapan Haldis-nya.
Tolong seseorang ingatkan pemuda itu bahwa Haldis bukanlah miliknya.
"Ck, lo kenapa sih bang dari tadi narik gue mulu?" Jeno berucap sedikit kesal, dengan agak kasar menarik lengannya dari genggaman sang kakak.
"Obatin luka lo dulu" Bukannya menjawab, Madha malah memerintahkan sang adik untuk mengobati lukanya.
"Bentar gue obatin bang. Hal, lo langsung ke kamar gue aja buat sementara keknya lo harus tinggal disini dulu. Kalo mau mandi ambil handuk sama baju di lemari gue aja kek biasanya"
"Gk. Haldis tidur di kamar kakak aja" Ujar Madha sembari melihat pada Haldis, tepat ketika Jeno menyelesaikan kalimatnya.
"Bang! Lo aneh banget anjir, Haldis gk bisa tidur di kamar lo" Jeno memandang Madha dengan tajam.
"Trus tidur berdua sama lo bisa?" Madha balik menatap Jeno datar.
"Biasanya juga gitu dan lo gak protes tuh" Jeno menyeringai ketika menyadari apa yang tengah terjadi.
Cemburu kan lo bang - Batinnya senang.
"Ya pokoknya sekarang Haldis tidur di kamar gue" Madha sedikit gugup saat menyadari apa yang dikatakan Jeno ada benarnya.
"Gk bisa gitu dong bang, gue sama Haldis mau deeptalk dan lo gk bakal ngerti kalo Haldis cerita ke lo" Jeno semakin memanasi Madha dengan berucap demikian yang sayangnya memang benar adanya.
"Udah ngapain berantem sih, Jen gue tidur sama kak Madha inget gue masih marah sama lo masalah Nana ya" Haldis memandang datar pada Jeno ketika mengingat yang dilakukan pemuda itu pada Nara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionNara dan Reiga itu sahabat dekat, mereka punya banyak banget kesamaan sampe suka pun sama orang yang sama. Tapi, takdir mereka tetaplah berbeda