Kalian berfikir apa yang akan Jeno lakukan setelah mengetahui yang sebenarnya dari Reiga? Meminta maaf pada Nara dan mencoba untuk membalas perasaannya? Tentu saja tidak. Jeno dengan segala ego nya memilih untuk tetap mendiami pemuda itu. Bahkan ia sama sekali tidak menganggap keberadaan Nara.
Selama seminggu ini Jeno sudah berinteraksi se normal mungkin dengan Reiga dan Galen yang mana menuai banyak sekali tanda tanya dari mahasiswa maupun mahasiswi di Neo University, Seperti
Kenapa mereka baikan?
Apa Jeno dan Reiga balikan?
Trus gimana sama Galen?
Kok Jeno maafin mereka sih?
Dan masih banyak lagi. Namun Jeno sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan apapun. Ia bahkan tetap membiarkan rumor buruk tentang Nara beredar di kampus.
Untuk saat ini ia hanya fokus untuk mengurus event di kampus yang semakin dekat dan sedikit terhambat karena masalah yang melanda. Rapat di adakan oleh Jeno dengan kehadiran seluruh panitia acara termasuk painitia tambahan dari mahasiswa dan mahasiswi di luar BEM.
Ruangan tempat mereka mengadakan rapat saat ini hening. Semua itu bukan tanpa alasan, keterlambatan Nara membuat Jeno marah dan itu berefek pada rapat kali ini.
"Telpon sahabat lo, dia udah telat 15 menit" Ujar Jeno datar sambil memandang Reiga yang duduk di dekatnya dan tepat di samping Galen.
"Hp nya gak aktif kak, gue udah telpon dari tadi" Ujar Reiga gelisah. Ia khawatir pada Nara karena tidak biasanya sahabatnya itu terlambat di acara penting seperti ini.
"Gue juga udah hubungin Jen, malahan tadi sempet ketemu sebelum gue kesini dan dia bilang bakal langsung kesini abis ngumpul tugas" Bela Haldis.
Selain mereka tidak ada yang berani angkat bicara karena merasakan aura Jeno yang tidak mengenakkan.
Entah, pemuda itu menjadi sangat sensitif belakangan ini. Apalagi jika menyangkut tentang pemuda manis sahabat Reiga itu.
"Huftt yaudah Jen mending kita mulai dulu-"
Tok...tok....tok
Ketukan pintu terdengar dan selanjutnya masuklah Nara dengan keadaan yang err sangat memprihatinkan.
"M-aaf saya telat" Ujarnya susah payah.
"Ya ampun Na!!, lo kok-"
"Kalo emang gak niat ikut kepanitiaan mending kamu keluar aja sekalian, daripada membebani disini" Ujar Jeno memotong ucapan Reiga.
"Kak lo gak liat-"
"M-maaf lain kali tidak saya ulangi" Lagi lagi protesan kesal Reiga dipotong oleh Nara.
"Rapat kita mulai, kamu cepet duduk" perintah Jeno mutlak.
Tanpa protes Nara berjalan tertatih sesekali meringis, menuai tatapan khawatir semua orang disana.
Reiga sudah akan berdiri untuk menghampiri sahabatnya namun genggaman Galen memutuskan niatnya.
"Jeno lagi marah, nanti habis rapat kita langsung obatin Nara. Kalo gak ini rapatnya bisa di lamain lagi sama dia" Ucap Galen berbisik.
Reiga berakhir pasrah dengan sedikit dengusan kesal pada Jeno.
Dasar egois - Batinnya kesal.
Tak ada lagi yang dapat mereka lakukan selain mengikuti rapat dan sesekali memperhatikan Nara yang berusaha fokus dengan sedikit meringis.
Jeno sialan awas aja bakal gue bunuh lo nanti - Batin Haldis sambil melirik Jeno dengan tajam namun tidak di hiraukan oleh pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionNara dan Reiga itu sahabat dekat, mereka punya banyak banget kesamaan sampe suka pun sama orang yang sama. Tapi, takdir mereka tetaplah berbeda