38 (Ending)

4.5K 158 7
                                    

Kasus yang menyeret Nara telah usai. Tepat sehari setelah Jeno menjemput pemuda itu ke Bandung, Nara memilih untuk kembali ke Jakarta. Tidak mau jika Jeno membolos terlalu lama karena dirinya.

Saat ini bahkan mereka telah tiba di kontrakan milik si pemuda manis.

"Thanks ya kak, maaf gue ngerepotin" Ucap Nara tepat ketika Jeno membantu membawa barang miliknya ke dalam kontrakan. Tak sedikitpun Nara mebuat kontak mata dengan pemuda yang lebih tua darinya itu.

"Bukan apa-apa Na" Jeno berucap pelan.

Tepat ketika memasuki rumah, di ruang tengah mereka sudah ditunggu oleh Jendral yang dengan santainya menonton televisi.

"Ohh sampe juga kalian" Ujarnya santai.

"Si anjir kirain beneran sibuk, ngapain disini? Dapet kunci kontrakan gue darimana?" Ucap Nara sewot.

Jendral hanya cengengesan sambil melanjutkan mengunyah snack miliknya.

"Kayanya gampang banget kalo gue nyuri barang lo Na. Buktinya gue ambil kunci dari dompet lo aja gk ketauan, apa lain kali gue curi duit lo kali ya?" Ucapnya santai.

"Bacot, balik sana ke habitat lo" Nara menimpug Jendral dengan bungkus snack yang berserakan.

"Elah gue nginep lagi deh"

"GAK" Penolakan bernada tinggi itu bukan datang dari si pemilik kontrakan, melainkan dari Jeno yang sejak tadi diam menyimak. Hal itu sontak menimbulkan tanda tanya dari dua orang di depannya.

"Ekhem maksud gue, lo nginep di rumah gue aja" Sahutnya kaku.

"Tuh nginep di-

Loh kalian saling kenal?" Nara tidak menyelesaikan ucapannya dan malah bertanya setelah sadar akan kedekatan dua orang itu.

"Engga, cuma kasian dia jadi gembel. Mending kakak pungut" Jawaban Jeno yang nyeleneh tentu menimbulkan delikan dari Jendral.

"Sungguh teganya dirimu kangmas, tega kau lupakan aku belahan hatimu" Ucapnya dramatis.

"Je, jadi sub gue mau?" Tanya Nara dengan nada datar.

"ENAK AJA!!" Teriakan datang bukan hanya dari Jendral, melainkan Jeno juga.

"Ck bercanda elah, udah sana Je nginep di kak Jeno aja. Gue lagi pengen sendiri" Ucap Nara serius.

Jendral bangkit dan memeluk sepupunya erat.

"Udah yaa, semua udah beres lo gk perlu khawatir lagi. Kalo ada apa-apa cerita sama gue jangan dipendem sendiri" Ucapnya lembut.

Nara mengangguk dan membalas pelukan sepupunya erat.

"Makasi ya Je, kalo ada lo gue selalu punya sandaran" Ucapnya lembut.

"Tapi, sekarang lo punya sandaran lain. Jangan denial, ikuti kata hati lo" Bisik Jendral tepat di samping telinga Nara.

Pelukan  terlepas dan senyum terlempar dari masing-masing belah bibir mereka.

"Gue pergi dulu yaa, baju gue minjem punya Jeno aja. Lo istirahat gih, udah sore mandi, makan, trus tidur okeyy" Jendral mengusap kepala Nara pelan.

"Sipp pak jendral" Nara berucap sambil ber pose hormat layaknya tentara yang membuat dua orang disana gemas.

"Gue tunggu di mobil. Jen, mana kuncinya?" Jendral meraih kunci mobil yang disodorkan oleh Jeno kemudian berlalu keluar.

Keheningan terjadi sesaat, hingga Jeno melangkah lebih dekat pada Nara yang belum berbalik kearahnya.

"Na noleh dong" Ujar Jeno lirih.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang