P.s : Bacanya sambil dengerin lagu Now I Know by Kaleb J biar ngena :)
Madha menghela nafas lelah, semua bayangan tentang Haldis tiba-tiba menghantamnya telak. Bagaimana pemuda manis itu menyapa semua orang, bagaimana pemuda itu bercanda dengan adiknya, bagaimana pemuda itu akan berubah saat bicara dengannya. Semua menyerang Madha dan membuat pemuda itu mengerang.
"Sial kenapa gue jadi gak tenang gini?" Serunya kesal. Bahkan beberapa mahasiswa di sana sedang memandangnya bingung, tidak pernah mereka melihat mantan ketua BEM Neo itu seberantakan dan segusar ini.
Bukankah ini yang ia mau? Haldis menjauh dan tidak mengganggunya lagi? Bukankah ia terganggu dengan kehadiran pemuda itu selama ini? Tapi kenapa ia malah merasa lebih terganggu saat pemuda itu tidak lagi ada di sekitarnya. Sungguh Madha tidak mengerti dengan semua ini.
Sementara itu pemuda yang Madha pikirkan saat ini baru saja keluar dari kelasnya. Ia akan menuju ke kafetaria jurusan kedokteran untuk menemui Sean. Entah bantuan apa yang akan Sean minta darinya Haldis pun belum tahu.
"Zra gue masih ada urusan lo masih ada kelas abis ini?" Ucap Haldis yang sedang menelpon sahabatnya.
"Gue udah beres sih" Balas sang sahabat.
"Mau balik duluan atau nunggu gue? Gue keknya agak lama deh"
"Gue duluan deh, mau nganter seseorang juga nih disuruh nyokap" Jawaban Ezra membuat Haldis terkekeh.
"Dijodohin lo?" Tebaknya main main.
"Sembarangan!!, sini gue gaplok lo!!" Sinis Ezra.
"Dih sensian Uke lo?" Memang hobi Haldis itu mengganggu Ezra. Kalo Jeno dia bakal diamuk soalnya.
"Bangsat!"
"Lah bener-"
Tut... Tut..
Haldis bedecak kesal saat sahabatnya itu mematikan sambungan telfon mereka secara sepihak.
"Ezra bajingan emang" Gerutunya.
Tanpa Haldis sadari dirinya telah tiba di kafetaria kedokteran dan tepat saat ia masuk seseorang berdiri dan melambai padanya.
"Haldis!" Ucap orang tersebut cukup keras.
Haldis menoleh dan tertegun, namun tidak berapa lama pemuda manis itu tersenyum kecil. Ia menghampiri si pemanggil.
"Lo Sean kan?" Ucap Haldis saat sudah berada di samping meja pemuda yang memanggilnya.
"Iya gue Sean, maaf ganggu waktu lo dikit" Ucap pemuda bernama Sean itu.
"Santai aja, btw gue duduk boleh kan?" Ucap Haldis sambil tersenyum.
"Eh silahkan" Sean mengusap tengkuknya canggung.
"Santai aja Sean, gue gak gigit kok" Ucap Haldis bercanda yang disambut tawa oleh Sean.
"Iya, eh mau makan gak? Gue traktir deh" Pemuda jangkung itu berucap sambil bersiap untuk berdiri.
"Gak usah deh, kita ngobrol aja dulu" Mendengar ucapan Haldis Sean memilih untuk kembali duduk.
"Sok mau minta tolong apa sama gue?" Lanjutnya.
"Eum gimana ya bilangnya, jadi gue kan mau ngasih hadiah ulang tahun buat seseorang gitu dan gue mau minta tolong lo buat bantu pilihin kado, lo gak keberatan kan?" Ucap Sean
Haldis mengerutkan dahi bingung dengan permintaan Sean itu. Dari sekian banyak orang kenapa Sean malah meminta tolong padanya? Padahal mereka sama sekali tidak kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Hayran KurguNara dan Reiga itu sahabat dekat, mereka punya banyak banget kesamaan sampe suka pun sama orang yang sama. Tapi, takdir mereka tetaplah berbeda