Part 05

1.4K 81 5
                                    

Hari berganti hari, minggu berganti minggu kini tibalah dimana Ayas akan mengucapkan ijab qobul di depan penghulu dan menjadikan Aira sebagai istrinya.

Sebenarnya ini semua berat bagi Ayas, ia takut jika nantinya ia akan menyakiti dua hati sekaligus, entah itu hati Rena atau malah hati Aira. Walaupun bisa di tebak bahwa ia tidak mencintai Aira tapi bagaimana jika nanti. Dan soal Rena ia tidak bisa bila ia harus meninggalkannya mengingat betapa besar cinta nya pada Rena membuat ia susah untuk meninggalkannya.

Katakan saja Ayas egois ya ia memang egois tapi mau bagaimana mana lagi, jika ia harus memilih ia bingung harus memilih pihak yang mana, jika memilih Rena maka ia akan menyakiti orang tuanya dan jika ia memilih Aira maka ia akan menyakiti Rena. Entahlah sekarang Ayas hanya mengikuti kemana alur nya saja.

Kina Ayas sudah bersiap dengan memakai celana berwarna hitam dan kemeja putih lalu dengan memaki peci yang menambah ketampanan pada dirinya, sekarang ia sudah siap untuk mengucapkan ijab qobul nya.

Sedangakan Aira, ia memakai dress putih panjang dengan hijab yang terulur panjang menutupi dada nya dan polesan mek-up tipis di wajah nya menambah kesan cantik pada dirinya. Saat ini Aira masih duduk di tepi ranjang kamarnya yang di temani Umi dan Aisyah teman sekaligus sahabat Aira di asrama.

"Ning deg-degan ya" tanya Aisyah sambil menggenggam tangan Aira

"Ng-nggak ko" jawab Aira gugup

"Tangan Ning dingin terus gemeteran" ucap Aisyah dengan mata yang menunjuk tangan yang di genggam nya

"Itu biasa sayang,ini kan pertama kali kamu ngalamin" bukan Aira yang menjawab tapi umi

"Udah nggak usah gugup ya" tambah nya dengan mengelus pundak Aira

Sedangkan di luar kamar,,,,,

"Bagaimana para saksi, sah" tanya penghulu

"Sah,," jawab semua serempak

"Alhamdulillah, barakallahulakum wabaraka bainakuma bi khoir" ucap penghulu dan dilanjutkan membaca do'a

"Sekarang jemput istri kamu yas" suruh bunda

Ayas pun berjalan menuju dimana kamar Aira berada dengan tatapan datar nya ia mengetuk pintu kamar Aira.

Tok..... tok..... tok.....

Pintu pun terbuka terlihat seorang wanita cantik dengan di dampingi seseorang di samping nya dan satu orang di belakang nya. Ayas terpaku melihat wanita cantik di depannya ini yang terus menunduk.

"Jangan nunduk terus" bisik umi di telinga Aira

Tanpa jawaban Aira langsung saja mendongakkan sedikit kepalanya.

'cantik' tanpa sadar batin Ayas mengucapkan itu

"Ayo mempelai wanita nya salim dulu" ucap penghulu

Dengan segera Aira pun meraih tangan Ayas dan mencium nya dengan lembut dan tanpa sadar tangan Ayas yang satu nya lagi mengelus lembut kepala Aira yang terbalut hijab.

Cup

Satu kecupan di kening Aira, ya setelah bersalaman Ayas mengecup singkat kening Aira layaknya seperti pasangan di luar sana. Meskipun Ayas tidak mencintai Aira tapi Ayas tau kalo hal ini selalu di lakukan oleh pasangan yang baru menikah.

Sedangkan Aira, ia terkejut bukan main, 'ya allah perasaan apa ini' batin nya kala merasakan sesuatu aneh dalam dirinya. Setelah itu mereka berjalan menuju pelaminan kecil yang di dekorasi seindah mungkin.

Pernikahan mereka memang tidak mengadakan resepsi karna pernikahan mereka tidak banyak di ketahui oleh orang banyak hanya kedua belah pihak keluarga dan para santri disini yang tau.

"Selamet ya Ning Aira dan Gus Ayas semoga jadi keluarga sakinah mawadah warahmah" ucap salah satu santri

"Iya syukron" jawab Aira tersenyum sedangkan Ayas di terus saja memasang wajah datar nya

"Barakallah Ning dan Gus, semoga cepet di kasih momongan" ucap Aisyah lalu memeluk Aira

"Syukron Syah" jawab Aira dengan membalas pelukan Aisyah

Dan masih banyak lagi ucapan dan do'a yang orang-orang berikan kepada Aira dan Ayas.

Sore pun tiba kini saat nya Aira berpamitan untuk pergi bersama suaminya, ya bagi Aira ini berat sekali pasalnya ia harus meninggalkan Umi dan Abi nya.

Aira sudah minta untuk tetap tinggal disini tapi apalah daya Abi dan Umi nya melarang, bukan bukan mereka tidak sayang lagi pada Aira tapi mereka tau kalau Ayas punya pekerjaan di sana.

"Umi sama Abi baik-baik ya disini, kalo ada apa-apa langsung kasih tau Aira" ucap nya sambil memeluk sang umi

"Iya Umi sama Abi pasti baik-baik aja kamu nggak usah khawatir" jawab umi dengan membalas pelukan Aira

"Nak Ayas Abi titip Aira ya" ucap Abi pada Ayas

"Iya bi Ayas pasti jagain Aira semampu Ayas" jawab nya

"Udah ya nangis nya malu loh diliatin suami sama mertua kamu itu" gombal Abi pada Aira

"Abi mah gitu" rengek nya

"Sudah sudah gak usah dengerin Abi kamu" ucap umi membela Aira

"Ya sudah Zayin Hana kami izin bawa Aira bersama kami ya" ucap ayah

"Kalian jangan khawatir kami pasti jagain Aira dengan baik" tambah bunda

"Kami percayakan itu pada kalian" ucap Abi

"Ya sudah kami pamit ya assalamu'alaikum" ucap ayah

"Waalaikumusalam warahmatullahi wabarokatuh"

"Ayo nak Aira" ajak bunda

Aira pun berjalan menuju dimana mobil Ayas berada dengan sesekali menoleh kebelakang, setelah memasuki mobil Aira pun melambaikan tangan lewat jendela kaca mobil yang di balas oleh kedua orang tua nya.

Setalah itu mobil pun melesat pergi menjauh.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc.
Selamat membaca🤗
Mohon maaf jika typo bertebaran dimana-mana 🙏 and see you

Lebih Dari Seorang UstadzahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang