Part 35

1K 62 3
                                    

Malam tiba dengan hujan yang mengguyur bumi begitu deras. Udara dingin yang sudah terbiasa di rasakan semua orang ketika kedatangan hujan. Termasuk Ayas yang saat ini tengah mengerjakan tugas kantornya. Saat ini Ayas tengah duduk berhadapan dengan Aira dan satu meja berukuran sedang di tengah-tengah mereka dengan tumpukan berkas kantor Ayas di atasnya. Jika Ayas sibuk dengan tugas kantornya, maka Aira sibuk dengan buku yang sedang di bacanya.

"Angin nya dingin banget, ya" ucap Ayas dengan mengusap kedua bahunya dengan tangannya. Entah itu kode agar ada yang memeluknya atau memang benar udara nya begitu dingin. Padahal Ayas mengenakan sweater panjang dengan celana panjang nya, juga AC ruangan sudah di matikan dan jendela pun sudah tertutup rapat.

Tapi tidak bisa di pungkiri bahwa sekarang memang udaranya terasa begitu dingin, karena Aira juga merasa kedinginan. Mungkin angin nya masuk dari celah jendela atau celah pintu yang membuat udara dalam rumah juga dingin apalagi di luar juga sedang hujan.

"Mau aku buatin cokelat panas?" tawar Aira.

Ayas mengangguk "boleh"

"Bentar ya" Aira beranjak dari duduknya dan menuju dapur untuk membuat cokelat panas.

Aira tak membutuhkan waktu lama untuk membuat cokelat panas, sekarang ia sudah kembali dengan membawa dua gelas cokelat panas, satu untunya dan satu lagi untuk suaminya.

Aira meletakan cokelat panas nya di meja "ini"

"Makasih, Chagi" Ayas tersenyum.

Aira hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Aira melanjutkan kembali membacanya begitupun dengan Ayas yang kembali mengerjakan tugas kantornya dengan sesekali menyeruput cokelat panas nya.

Selang beberapa saat Aira kembali menutup bukunya dan meminum cokelat panas nya lalu menatap suaminya yang sedang bekerja.

"Masih banyak ya?" tanya Aira.

"Hmm iyah"

"Kalo mau bobok duluan bobok aja, disini juga dingin gak baik buat bumil" sambung Ayas.

Aira menggeleng "Aira kan mau temenin sampe kerjaannya selesai, nanti kalo gak di temenin begadang lagi sampe pagi, kaya waktu itu" balas Aira.

Ayas terkekeh mengingat dirinya yang dulu di ceramahi Aira karena begadang mengerjakan tugas kantor "sekarang nggak ko, bentar lagi juga selesai"

"Iyah, sekarang lanjut kerjain lagi, biar cepet beres nya" ucap Aira.

"Hmm oke"

Aira kembali terdiam dengan tangan yang di tumpukan di depan dengan menyenderkan kepalanya di atas tumpukan tangannya dan mata yang terus menatap dan memperhatikan Ayas yang fokus dengan pekerjaannya.

Aira terus memperhatikan Ayas. Rahang tegas dengan Mata sipit, bibir yang tidak megitu tebal maupun tipis, alis yang sedikit tebal, hidung mancung dan.... Urat-urat tangan yang menonjol terlihat. Arghh!.

"Mas Ayas, kalo di perhatiin kaya gini aura ganteng nya keluar. Tapi jadi keinget waktu pertama ketemu, sok ganteng banget, sok cool lagi. Hh.." ucap batin Aira tersenyum dengan mata yang masih menatap Ayas.

Merasa di perhatikan Ayas pun menolehkan pandangannya dari kertas pekerjaan dan menatap Aira "kenapa?, Ganteng ya, liat nya sambil senyum-senyum gitu lagi"

"Nggak, lagi pengen aja. Hh"

"Hh.. ada-ada aja kamu" balas Ayas dengan tangan yang mengusap acak rambut Aira.

"Aaa, nanti berantakan lagi rambutnya" kesal Aira.

Ya saat ini Aira tidak memakai hijabnya, karena memang sedang di rumah dan hanya ada Ayas dan dirinya di sini.

Lebih Dari Seorang UstadzahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang