37] Why You Should Be My Girlfriend?

51.2K 4.5K 424
                                    

"Seperti yang temanmu bilang tadi gimana kalau kita berdua pacaran saja supaya bisa saling mengenal lebih dekat?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seperti yang temanmu bilang tadi gimana kalau kita berdua pacaran saja supaya bisa saling mengenal lebih dekat?"

Kalimat Kavi saat berada di mobil tadi kini kembali terngiang-ngiang di telinga Relin. Jangankan perkataannya, bau parfumnya saja kini masih melekat di indra penciuman Relin. Alih-alih menembaknya dengan kalimat yang begitu manis layaknya script naskah di film romance yang sering ia mainkan, perkataan Kavi tadi malah terdengar seperti sebuah tawaran. Tawaran yang sangat menggiurkan tentunya karena diucapkan dengan sorot mata serius dan juga intens.

Mari sejenak bayangkan kehidupannya di masa depan bersama Kavi. Punya suami tampan jelas adalah impiannya sejak dulu. Mami bilang ada beberapa hal dari seorang Ayah yang diturunkan langsung kepada sang anak, mulai dari tinggi badan, bentuk fisik, tinggi badan, warna mata, struktur gigi bahkan hingga ke selera humor sekalipun. Sedangkan dari gen Ibu yang diturunkan adalah kecerdasan, warna rambut, kebiasaan makan, keaktifan berbicara, gaya dan juga pola tidur.

Akan selucu apakah anaknya nanti? Sejenak Relin mulai memikirkan nama apa saja yang cocok untuk diberikan pada anak-anaknya nanti. Apakah harus diberi nama Kavi dan Relin junior untuk memberi tahu seisi dunia kalau mereka berdualah orang-orang yang bekerja dibalik layar?

Membayangkannya saja sudah membuat Relin jadi senyam-senyum tak jelas. Punya suami tampan, anak-anak yang lucu dan tiba-tiba boom... bayangan keluarga kecilnya mendadak kabur begitu saja saat sosok Oma Farida layaknya tokoh antagonis berupa nenek lampir bernama Ursula di film disney The Little Mermaid tiba-tiba muncul begitu saja dengan Mauryn disampingnya yang mungkin bisa kita visualisasikan sebagai Maleficent sang penyihir jahat penghancur khayalan yang susah payah ia bangun.

Relin mendengus seketika. Tidak di dunia nyata, tidak di khayalan, dua orang itu selalu sukses membuatnya kesal.

Ponsel yang berdering membuat Relin lantas mengambilnya. Nama Kavi yang tertera disana seakan menjadi angin segar baginya untuk lepas dari bayangan menyebalkan si Ursula dan Maleficent. Sepertinya untuk seterusnya ia bisa mulai mempertimbangkan untuk memanggil keduanya dengan sebutan itu. Yah, setidaknya sakit hati Relin jadi sedikit terobati jika memanggil mereka dengan sebutan dua karakter jahat itu.

"Halo, Mas?" Relin menyapa Kavi terlebih dahulu dengan nada suara riang. Mood-nya sedang sangat bagus hari ini.

"Gimana soal ajakan saya tadi. Kamu mau kan jadi pacar saya?" ucap Kavi dengan begitu entengnya membuat Relin mendadak jadi salah tingkah.

Tadi Relin memang belum sempat menjawab pertanyaan tersebut karena alih-alih mengatakan ya dia malah lebih memilih menanggapinya dengan candaan. Relin tak yakin bisa mengontrol dirinya sendiri tadi, jadi dia memutuskan untuk langsung keluar dari mobil untuk masuk ke dalam apartemennya tanpa menjawab pertanyaan itu terlebih dahulu.

"Kok diem? Jangan pikir kamu bisa melarikan diri lagi," lanjutnya membuat Relin tak tahan untuk tidak mengulas senyum.

"Ini ceritanya Mas Kavi nembak Relin?" balas wanita itu memastikan. "Kirain yang tadi cuma bercanda."

So I Married A Famous Actor? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang