Relin berdiri di depan etalase kaca berisikan berbagai jenis kue setelah tadi memesan brownies sebagai buah tangan untuk dibawa ke kediaman orangtua Kavi.
Relin balas tersenyum saat pekerja toko kue itu mengatakan untuk menunggu sebentar selagi brownies-nya disiapkan. Membuat Relin lantas berbalik dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Matanya terhenti saat melihat penampakan punggung seorang pria yang berdiri tak jauh darinya. Terlihat pria itu sedang sibuk menelpon seseorang.
Tubuhnya yang atletis terlihat sangat pas dalam balutan blazer berwarna coklat tua. Bahkan tanpa harus melihat wajahnya orang-orang pasti akan langsung jatuh cinta padanya. Relin yang masih asik memandangi punggung pria itu sontak dibuat kaget saat tiba-tiba ia mulai membalikkan badan dan menatap ke arahnya.
"Sudah?"
Relin menggeleng saat pria itu mulai berbicara padanya tanpa suara. Ah, ternyata itu pacarnya. Kadang Relin masih sukar mempercayai kalau sekarang ia punya pacar yang super duper tampan mengalahkan pria-pria yang dulu pernah ia taksir.
"Sebentar ya." Kavi kembali menggerakkan mulutnya dan memberi isyarat pada Relin untuk menunggu sebentar. Mungkin dia masih butuh waktu untuk bicara pada Bass-manajernya.
Relin mengangguk kemudian membiarkan Kavi kembali bicara di telpon. Insting wanitanya perlahan menyadari kalau ternyata beberapa pengunjung toko yang ada di sekitar sana mulai menyorot ke arah Kavi, terlebih para wanita.
Ya, prianya memang mempesona. Relin tahu itu. Karena saat pertama kali bertemu Kavi, Relin pun memperlihatkan ekspresi yang sama dengan wanita-wanita itu saat melihat ketampanan Kavi yang benar-benar menyegarkan mata. Membuat Relin kadang suka berpikir kalau nanti mereka punya anak tidak apa-apa kalau misalnya semua mirip dengan Kavi. Terutama di bagian alis, hidung dan rahang.
Tidak seperti Rahma yang katanya selalu memandangi poster Zayn Malik selama kehamilan pertamanya agar sang anak nanti bisa mirip dengan penyanyi idolanya itu, Relin jelas hanya perlu menengok suaminya kapanpun ia mau sambil bergumam 'kamu beruntung Nak punya Ayah ganteng'.
"Sayang."
Panggilan itu membuat Relin lantas terperanjat kaget. Dia tak menyangka kalau Kavi kini sudah berdiri di hadapannya saat ia sedang asik berkhayal.
"Kamu mikirin apa, sih?" tanya pria itu sambil menyentil dahi Relin gemas.
Relin buru-buru menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Gak mikirin apa-apa kok, Mas."
Relin melempar cengiran saat Kavi kini mulai menatapnya dengan sorot mata keheranan.
"Pesanan no 14 atas nama Mbak Relin."
"Pesanannya udah selesai." Buru-buru Relin berjalan menuju kasir untuk mengambil pesanan brownies-nya.
Dia terkejut saat akan mengeluarkan dompet dari tas, tiba-tiba Kavi sudah lebih dulu memberikan kartu kreditnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
So I Married A Famous Actor? [COMPLETED]
Romance"Mi, Relin capek cari kerja mulu. Mau nikah aja!" Relin tak menyangka kalau perkataannya pada sang Mami waktu itu membuat ia jadi terjebak dalam sebuah perjodohan bersama Kavi Abiputra-seorang aktor terkenal yang sedang naik daun lantaran perannya d...