Epilog (18+)

112K 3.9K 148
                                    

"Kamu random banget deh, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu random banget deh, sayang."

Ucapan itu membuat Relin lantas tersenyum lebar sambil menatap ke arah Kavi yang kini masih dalam keadaan setengah mengantuk karena ia tiba-tiba secara random mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat.

"Gak papa, Mas, mumpung masih pagi," ucap Relin.

Pagi ini, tepatnya usai melaksanakan sholat shubuh mendadak Relin ingin kembali mengunjungi tempat dimana mereka pertama kali bertemu. Jika kalian lupa, Relin dan Kavi pertama kali bertemu di depan rumah Bu Elli yang merupakan salah satu teman arisan orang tua mereka. Sayang sekali keduanya tak bisa mengundang Bu Elli ke acara pernikahan mereka lantaran kabarnya wanita itu sudah pindah ke Singapura karena mengikuti suaminya yang dipindahkerjakan.

Saking terburu-burunya, mereka pergi tanpa mandi dan berganti pakaian. Selain itu keduanya juga meninggalkan hotel tanpa memberitahu keluarga masing-masing. Untung saja mereka sudah menikah, karena kalau belum mungkin saja keluarga Relin akan berpikir kalau anaknya sedang dibawa kawin lari.

"Mas inget gak pertama kali kita ketemu tuh di sini." Relin menunjuk dengan tangannya dimana dulu posisinya berdiri saat mereka pertama kali bertemu. "Waktu itu mobil kita parkirnya sebelahan. Inget gak?"

Kavi mengangguk. Entah kenapa ingatannya kembali terlempar ke masa tiga tahun lalu saat mereka pertama kali dipertemukan karena ingin menjemput orangtua masing-masing di sebuah acara arisan. Yang entah kenapa malah berakhir dengan sebuah perjodohan.

"Kalau inget, coba Mas sebutin waktu itu Relin pake baju warna apa?" Sebuah pertanyaan lolos begitu saja dari mulut Relin. Membuat Kavi yang mendengarnya tersentak seketika.

Oke ingatannya tidak sekuat itu untuk mengingat hal-hal kecil semacam itu. Terlebih dulu dia sama sekali tak punya ketertarikan apa-apa pada Relin yang mengharuskannya untuk memperhatikan tiap detail terkecil yang ada dalam diri wanita itu. Jadi wajar saja kalau dia tidak mengingatnya.

"Ih Mas gak inget ya." Relin menampilkan raut wajah kecewa.

"Lupa, sayang. Satu-satunya hal yang Mas inget waktu itu adalah kamu yang sengaja ngajakin Mas buat nunggu di cafe biar bisa modus," tembak Kavi tepat sasaran.

"Siapa yang modus?" elak Relin. "Itu namanya ramah, Mas. Friendly," lanjutnya membela diri.

Mendengar hal itu Kavi lantas terkekeh dan segera mendekap tubuh kecil Relin dari belakang. Udara pagi yang masih dingin membuat ia jadi sangat mengantuk dan mencari celah hangat dengan memeluk sang istri.

"Friendly atau modus?" bisiknya dengan suara rendah di telinga Relin.

"Ya namanya juga lagi usaha," aku wanita itu.

"Apa kamu friendly ke semua orang?"

Pertanyaan itu membuat Relin lantas menatap Kavi dengan satu alis terangkat. "Ya jelas dong. Emang Relin Mas Kavi, yang baru ketemu orang aja langsung masang wajah dingin. Sombong." Dengan gemas Relin lantas mencubit sebelah pipi suaminya itu.

So I Married A Famous Actor? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang