42] Husband Material

44.9K 4.2K 210
                                    

Kavi masih asik bergelung di selimut pagi ini saat bunyi telpon mulai terdengar mengusik telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kavi masih asik bergelung di selimut pagi ini saat bunyi telpon mulai terdengar mengusik telinga. Mengabaikan ponsel yang masih berdering, Kavi pun memutuskan untuk membalikkan tubuh ke arah lain. Tangannya tergerak untuk menarik selimut sebatas kepala. Dia bertekad untuk menulikan telinganya sampai sambungan telpon itu mati dengan sendirinya. Lagipula siapa sih yang menganggunya pagi-pagi, begini? Padahal jelas-jelas dia sedang tidak punya jadwal kerja apapun.

Kavi tak tahan untuk tidak berdecak dari balik selimut. Dering ponsel itu benar-benar menguji kesabarannya. Membuat ia mau tak mau jadi harus mengangkatnya demi ketentraman hidupnya sendiri.

Tanpa melihat nomor yang tertera di layar, Kavi pun langsung mengangkat telpon tersebut. Dia sudah dapat menebak kalau yang menelponnya pasti adalah Bass—sang manajer. Lagipula siapa lagi yang akan mengganggunya sepagi ini kalau bukan pria itu?

"Maaf nomor yang anda hubungi sedang butuh tidur. Silahkan hubungi lagi nanti," ucap Kavi setengah sadar dengan kelopak mata masih terkatup rapat

Deheman keras terdengar di ujung sana. "Maaf mengganggu waktu kamu. Saya Wijaya, Papinya Relin."

Perkataan itu sontak membuat kelopak mata Kavi yang tadinya tertutup seketika terbuka lebar. Refleks ia langsung bangkit dari tempat tidur dan menatap layar ponselnya yang kini sedang memperlihatkan deretan nomor asing tak dikenal.

Astaga, apa benar yang menelponnya ini adalah Papinya Relin?

"Ha-halo, Om. Selamat pagi. Maaf saya kira tadi telpon dari teman saya," ringisnya benar-benar menyesali kebodohannya barusan.

"Tidak apa-apa. Malah saya yang gak enak karena sudah mengganggu waktu kamu." Suara berat khas Bapak-bapak kembali terdengar membuat Kavi jadi semakin tak enak hati. "Ngomong-ngomong saya minta nomor kamu dari Relin karena kebetulan ada yang mau saya bicarakan. Apa kamu ada waktu luang hari ini?"

"Ada, Om. Ada!" serunya begitu antusias. Persetan dengan rencana tidur yang sudah Kavi atur sedemikian rupa, yang jelas hari ini ia harus meluangkan waktu untuk bisa bertemu dengan Papi Relin.

"Bagus lah. Karena hari ini saya lagi gak ngantor. Makanya saya mau ketemu kamu supaya kita bisa ngobrol-ngobrol."

Kavi menghela napas lega. Setidaknya Papi Relin terlihat jauh lebih bersahabat daripada Mami wanita itu.

"Kebetulan istri saya sekarang juga sedang tidak ada di rumah. Jadi lekaslah ke mari sebelum dia datang dan malah mengacaukan acara perkenalan kita," kekeh pria itu.

"Baik Om, saya ke sana sekarang," ujar Kavi merasa senang dengan sambutan hangat yang barusan ia terima.

"Saya tunggu. Oh iya, jangan lupa bawa martabak," lanjutnya mengingatkan membuat Kavi lantas menarik sudut bibirnya.

"Siap, Om!"

Kavi rasa dia tidak akan butuh waktu lama untuk bisa akrab dengan calon mertuanya itu.

So I Married A Famous Actor? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang