Tak terhitung berapa banyak media cetak maupun maya memaparkan kabar mengagetkan tentang tumbangnya pianis muda yang digadang-gadang sebagai pembawa nama baik Republik Ceko ke kancah permusikan dunia di tengah penampilannya. Sejak saat itu para pencari berita ramai mendatangi kediaman Couval, pun rumah sakit Frantisku tempatnya dirawat. Ini bukan hanya soal Victory Couval, namun tentang kebenaran identitasnya. Insiden malam itu rupanya turut mengungkap keberadaan sosok yang selama ini dipertanyakan keberadaannya oleh masyarakat, terutama penikmat seni klasik, Bellatrix Kim.
Meski begitu, tak satupun dari mereka mendapat informasi tambahan, sebab keluarga Couval masih bungkam. Baik Bellatrix maupun suami dan sulungnya memilih fokus pada keadaan Victory yang masih menjadi tanda tanya besar. Pasalnya, lima hari telah berlalu dan pemuda itu masih betah mengarungi mimpi.
Seluruh kebahagiaan orang terdekatnya seolah terbawa serta dalam tidur panjang Victory. Terlebih setelah mereka mendengar rentetan penjelasan medis perihal kondisi terbarunya. Trombositopenia yang menyebabkan muntah darah hebat malam itu turut mendatangkan hal buruk lain. Anemia kronis, limpa yang mulai membengkak, dan fungsi hati yang terganggu oleh pengobatan intens. Yang lebih menyakitkan adalah, sampai saat ini Aldric belum berhasil menemukan informasi apapun tentang ayah kandungnya, pun belum ditemukan calon pendonor sel inti lain untuk Victory.
*
"Beb, itu tidak akan selesai kalau cuma kau pelototi."
Pemilik rambut ikal itu malah menutup bukunya, kemudian menyugar rambut ke belakang. "Kenapa harus ada tugas statistika di waktu begini?"
"Berikan saja obat tidur pada profesormu kalau dia masuk. Biar dia lupa dengan tugas ini."
Adity berdecak kesal. "Kau tidak punya cara yang lebih romantis untuk membantu? Mengerjakan presentasi ini untukku misalnya?"
Obrolan Adity dan Luisa terhenti saat ponsel di hadapan si India bergetar.
"Dev, tumben kau menelepon."
"Kak! Kau ke mana saja sih? Cepat lihat chat-ku. Ada berita penting!"
Adity meringis sebal mendengar pekikan adiknya yang memekakkan telinga. "Iya iya, cerewet!"
Gadis itu segera mematikan sambungan telepon tanpa mendengar racauan tak jelas dari orang di seberang sana. Ia mengutak-atik sejenak layar pipih canggihnya hingga kedua matanya membola beberapa saat kemudian.
Rupanya pesan dari Dev adalah rentetan screenshot artikel yang memuat berita kriminal dari berbagai media. Seorang pria 26 tahun dari Bangalore, Karnataka terjerat pasal berlapis tentang pemakaian dan pengedaran narkotika selama tiga tahun terakhir. Dan terlihat jelas siapa sosok dalam foto yang tengah mengenakan baju tahanan dengan kedua tangan diborgol.
Dev juga menambahkan sebuah text, 'Ibu shock berat membaca berita ini, Kak. Hahahaaa'
Gadis itu hanya mampu membeo. Tak tahu harus merasa bersyukur atau berduka dengan berita yang ia terima. Polisi telah berhasil mengungkap kejahatan Pandu yang bahkan Adity sendiri tidak mengetahuinya.
Belum sempat si gadis memikirkan balasan pesan untuk adiknya, ponselnya kembali bergetar memunculkan sebuah panggilan yang cukup aneh. Dari Aldric. Iapun segera menggeser tombol hijau.
"Ha--"
"Adity, Victory sadar!"
*
Beberapa pemeriksaan usai dilakukan. Masker oksigen yang bertengger menutupi separuh wajah Victory kini diganti dengan nasal kanula biasa untuk memudahkan dia bicara. Wajahnya pucat pasi meski sekantung darah terus mengalir memasuki nadinya. Seluruh tubuhnyapun masih tampak sangat kuyu. Tapi setidaknya matanya telah terbuka, membuat ibu dan kakaknya merasa lega bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ritardando - KTH
Fanfiction(Revisi) Pada akhirnya, yang diinginkan Victory bukan lagi tampil di panggung megah, sorak sorai penonton untuknya, atau kemenangan dalam kompetisi, melainkan kebahagiaan orang-orang yang ia sayangi. Untuk mendukung imajinasi, cerita ini dilengkap...