17. Marmut Gendut Yang Harus Dilindungi

592 79 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.


"Hari ini cukup. Pastikan rendisi yang kalian buat adalah murni pemikiran kalian sendiri. Jika butuh konsultasi, kalian bisa menghubungi saya atau Profesor Ludwig untuk mengatur jadwal."

Gumam-gumam berbeda muncul begitu kelas usai. Beberapa dari mereka tampak senang. Yang lain cukup bingung dengan tugas yang diberikan. Dan sisanya, sibuk mengagumi ketampanan asisten dosen yang sedari tadi memberikan penjelasan dalam mata kuliah mereka. Victory tak mau ambil pusing soal itu, sudah biasa. Memang tak jarang mahasiswi bimbingannya bersikap genit, bahkan agresif walau akhirnya hanya akan ditanggapi dengan senyuman serta sikap pasif.

Begitu usai mengemasi laptop dan buku-buku, ia bawa tubuh jangkungnya keluar dari ruang kelas. Ia menggerakkan pelan lehernya ke kiri dan kanan hingga menimbulkan keretak persendian, mengusir kaku di sana. Sambil berjalan santai, dirapatkannya kedua tangan pada tali ransel saat merasakan udara yang semakin beku, padahal saat ini waktu masih menunjukkan pukul 1 siang. Salah sendiri Victory lupa membawa sarung tangan hari ini. Walau begitu, ia tak mengurungkan langkah sedikitpun untuk menghindari dingin. Dia sangat menyukai cuaca seperti ini. Lagipula, seseorang sedang menunggunya sekarang.

"Senior!"

Yap. Yang menunggu di samping pintu studio itu tersenyum lebar sembari melambaikan tangan diiringi sedikit loncatan-loncatan kecil begitu melihat kedatangan Victory. Dengan rambut panjang bergelombang terurai menutupi punggung, topi beany cokelat muda, jaket tebal berwarna kuning dan syal cokelat yang menenggelamkan leher hingga dagu, gadis itu sungguh terlihat lucu. Victory sampai bertanya-tanya sendiri. Benarkah Adity orang India? Sebab kebanyakan wanita India yang pernah ditemuinya berkunjung di kota ini hampir selalu terlihat sensual dengan wajah kaukasoid, warna mata yang indah, dan tubuh semampainya. Tapi gadis ini berbeda. Walau dia memiliki semua keindahan khas dari negeri anak benua itu, pembawaan Adity benar-benar jauh dari kata 'menggoda'. Dia bahkan lebih terlihat seperti marmut gendut yang harus dilindungi dari kejaran binatang liar.

"Hey! Sudah lama?" Meski hidung dan pipinya mulai memerah kedinginan, si tampan tak kalah ceria membalas sapaan Adity.

Gadis India menggeleng cepat. "Baru datang waktu aku mengirim chat tadi. Ayo. Cepat buka studionya," seru gadis itu sembari mengangkat bungkusan besar untuk ditunjukkan pada satu-satunya orang yang tengah bersamanya.

"Haha. Kau benar-benar mau berpesta?" Victory maju, membuka pintu berlapis dua dengan kunci yang telah ia bawa beberapa hari ini. Sesekali tawa kecil terdengar ketika ia mengingat pesan yang dikirim gadis itu sebelum kelasnya usai.

Senior, hari ini jadi latihan kan?
Jangan makan siang dulu, oke?
Aku sudah menyiapkan pesta!

"Tentu saja!" Si gadis tampak sangat bersemangat, duduk begitu saja di lantai berperedam studio sembari mengeluarkan dua bungkus burger jumbo, sekotak pizza tuna mozarella, kentang goreng beserta sausnya, dan dua cup besar minuman hangat.

Ritardando - KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang