Long episode. Sebaiknya dibaca pas lagi santai yaaa. Jangan lupa teh hangan dan cemilannya.
.
.
.
"Mama... Tidak usah pakai ini." Pemuda yang duduk di depan cermin lemari itu merengek pada wanita yang tengah sibuk mempersiapkan dirinya.
"Pakai saja, Tory. Biar bajunya lebih rapi dan tidak monoton."
"Tapi Tory jadi terlihat seperti anak TK, Ma..."
Dekut tawa tertahan di bibir Bellatrix meski tubuhnya telah bergetar-getar. Ia baru tahu bahwa bungsunya yang hampir berusia 23 tahun dapat bersikap selucu ini. Mata mengerling penuh harap dengan bibir maju beberapa mili untuk memprotesnya. Belum lagi pernyataan Victory yang diucapkan bersamaan menjejakkan kaki di lantai.
"Ya... Bagi Mama kau memang masih balita, Sih."
"Ah Mama!" Wajah anak itu semakin tertekuk ketika ibunya justru meledek seperti itu.
Pintu kamar Victory terbuka, mengalihkan perdebatan tidak penting mereka berdua. Awalnya pemuda jangkung tersebut menoleh semangat, tapi senyumnya kembali berubah cemberut ketika presensi Aldric muncul dari balik pintu.
"Tory? Ada apa dengan wajahmu?"
Victory menunduk sembari memainkan kedua ibu jarinya. "Tidak apa-apa."
"Ada apa sih, Ma?" Si sulung mengernyit bingung lantaran adiknya yang tampak uring-uringan.
"Dia tidak mau memakai suspender, Al. Padahal ini bagus, kan?"
Aldric menatap pantulan diri adiknya di cermin dalam beberapa detik sembari mengusap dagu. Ia lalu mengangguk. "Bagus, kok."
Objek yang dibicarakan berdecak kesal sembari menarik-narik kecil tali suspender hijau tuanya kala tidak ada pihak yang mendukungnya, kemudian menggerutu, "Mama dan Kakak sama saja."
"Kau memang cocok memakainya, Tory. Tinggal ditambah ini saja."
Mata Victory melebar ketika Aldric mengeluarkan sesuatu dari paper bag yang dibawanya sedari tadi. Rautnya berubah ceria. "Wah... Kakak." Ia berseru riang.
Sang ibupun mundur selangkah ketika Aldric bergerak mendekati adiknya, melepas topi beanie dengan lembut dari kepala Victory dan menggantinya dengan sebuah topi baret beludru cokelat tua. Sambil menatap cermin dan adiknya bergantian, Aldric menata topi itu sedemikian rupa.
Jangan bilang kau sengaja ingin botak agar punya alasan untuk membeli banyak topi.
Untuk sesaat rasa sesak menyerang relung dada Aldric di tengah kegiatannya ketika percakapan main-main beberapa bulan lalu kembali terlintas di benak. Ia sungguh menyesal bahwa candaan itu menjadi kenyataan.
"Nah... Bagus kan?"
"Oke! Ini baru keren." Victory mengangkat kedua jempolnya sambil tersenyum kelewat lebar. Ia lantas mendongak menatap Aldric. "Terima kasih, Kak."
Dengan gemas Aldric mengusap puncak kepala Victory seraya tersenyum hangat. "Tidak masalah."
"Adity datang!" Desis Bellatrix yang tengah memandang keluar jendela.
"Benarkah?" Victory hampir berdiri dari kursi ketika Aldric menahan pundaknya.
"Simpan tenagamu untuk nanti. Biar Kakak saja."
Lagi-lagi Victory mendesah pasrah ketika Aldric berlalu dari kamarnya untuk menyambut Adity. Bahkan berjalan saja harus dibatasi. Payah sekali.
"Selamat Sore, Bibi." Kelotak langkah kaki dari luar tergantikan dengan sapaan lembut gadis itu. Rupanya Adity tidak datang sendirian. Luisa turut hadir bersamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ritardando - KTH
Fanfiction(Revisi) Pada akhirnya, yang diinginkan Victory bukan lagi tampil di panggung megah, sorak sorai penonton untuknya, atau kemenangan dalam kompetisi, melainkan kebahagiaan orang-orang yang ia sayangi. Untuk mendukung imajinasi, cerita ini dilengkap...