27. Sisi Manusiawi

717 79 20
                                    

Hampir mati. Tidak ada kata lain yang lebih tepat menggambarkan kondisi Victory saat itu. Sel ganas mulai mengganggu syaraf pengatur laju nafas sehingga pernafasan spontannya sempat terhenti. Namun, meski masih tertidur lelap, pribadi itu telah kembali dari masa kritisnya. Setelah melepas tabung intubasi yang bersarang di trakea demi membantu mengalirkan oksigen ke dalam paru-paru selama dua hari, keesokan paginya dokter membawa kabar baik bahwa tubuh pemuda itu mulai dapat merespon rangsangan sehingga bangunnya Victory dari tidur yang telah lebih dari sepekan itu diprediksi tinggal menunggu waktu.

Di sanggar Philharmonic yang cukup ramai, sulung dari keluarga Couval tampak tersenyum puas setelah mendengar penjelasan pimpinan orkestra.

"Baiklah, kalau begitu kita sepakati melodi ini sebagai introduction-nya. Silakan dipelajari sebelum Tulus datang. Rencananya, kita akan mengadakan rekaman live Januari nanti. Jadi sebelum itu kita harus menyelesaikan rekaman secara matang."

Victory harus tahu ini. Dia harus tahu bahwa melodi awal yang ia gubah untuk lagu 'Pamit' ciptaan solois Indonesia itu dipilih oleh konduktor dan sebagian besar anggota dalam orkestra ternama tersebut. Selama berhari-hari Aldric tak sabar mengabarkan pada Victory bahwa mereka telah sepakat mencantumkan namanya dalam jajaran musisi di daftar credit nantinya. Hingga akhirnya Tuhan menjawab do'anya, dan orang-orang terdekat. Malam itu di ruang ICU, perlahan kelopak mata unik itu terbuka, menampilkan iris perak teduhnya.

Mulutnya masih tak menyuarakan apapun sejak dokter memeriksa kondisinya, melepas berbagai alat medis di tubuhnya serta mengganti alat bantu nafas dengan nassal kanula yang lebih sederhana, untuk berjaga-jaga bila serangan henti nafas kembali terjadi.

Ia tampak linglung. Semua berpikir bahwa Victory masih menyesuaikan diri setelah mengalami koma, atau mungkin merasa sedih akan tubuhnya yang kini sulit bergerak. Namun baginya, persoalan yang ia hadapi lebih dari itu. Batinnya sakit, bahkan sejak cahaya kembali menyentuh netranya. Ia sampai kebingungan menerjemahkan apa penyebab perasaan gundah yang menggumpal di dadanya.

Sampai akhirnya pertanyaan Dokter Martin, 'Bisakah kau merasakan kakimu?' menyadarkannya bahwa bagian tubuh yang tengah disentuh itu benar-benar mati rasa, seolah tangan dokter hanya menggenggam udara. Belum lagi kedua tangannya terasa sangat berat meski hanya untuk menggerakkan telunjuk.

Begitu tubuhnya dikeluarkan dari ruang sunyi penuh monitor, wajah-wajah familiar menyambutnya dengan senyuman. Namun, itu justru mengingatkannya pada potongan mimpi panjang. Pantai, keluarganya, Jimin, pusaran angin besar, dan terakhir, hantaman keras permukaan air yang akhirnya menenggelamkan dirinya. Matanya mengerjap resah.

"Sayang, apa kau baik-baik saja?" tutur lembut Hubert membuka percakapan, tak lupa mengulas lengkung samar di bibir.

Perlahan bola mata itu bergerak ke arah ayahnya, dan mendadak sensasi ledakan menghantam di kepala. Ingatan sebelum ia tak sadarkan diri begitu deras mengguyur benak. Setiap kata yang terucap, hingga isakan yang ia dengar. Tanpa sadar air matanya jatuh.

"Kenapa, Tory? Mana yang sakit?" Bukannya tenang, suara itu justru bagaikan tombak berapi yang menusuk dadanya. Sekilas ia melirik sang ibu yang baru saja berucap, lalu matanya mengatup rapat. Yang terbayang justru ekspresi marah Bellatrix ketika melecutkan rotan pada kedua tangan. Ia memalingkan wajah dari jangkauan tangan Bellatrix yang tengah mengusap air matanya.

"Nak, mana yang sakit? Katakan saja. Kami ada untuk--"

"Per-gi.." Suara parau selirih bisikan itu lolos, membingungkan manusia di sekelilingnya.

"Vi.. Kalau sakit katakan saja."

Ia hafal betul bahwa itu adalah suara Jimin. Namun begitu tangan hangat itu menggenggam telapak tangannya, yang seketika terlintas dalam benaknya justru buku catatan bersampul kulit milik Jimin. Rasa nyeri di dadanyapun semakin bertumpuk-tumpuk seiring segala kenangan pahit yang seolah sengaja datang membelenggu.

Ritardando - KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang