Siulan ringan terdengar di antara gemericik air yang jatuh di lantai kamar mandi. Awal hari yang cukup menyenangkan sekaligus sibuk bagi sulung Couval, sebab ia tengah bersiap untuk membahas launching album internasional dari grup orkestra yang menaunginya. Sambil menggosok badan dengan busa sabun, ia tenggelam dalam ide-ide tentang bagaimana acara itu akan dihelat. Namun gedoran keras dari luar mengejutkan dirinya, membuyarkan angannnya hingga berkeping-keping.
"Kakakmu baru saja mandi, Tory. Tunggu sebentar." Syukurlah, seruan Mama berhasil menghentikan ketukan brutal yang hampir membuatnya menyuarakan sumpah serapah.Di luar kamar mandi, Bellatrix disibukkan oleh rutinitas membuat sarapan untuk keluarganya sebelum ia sendiri bersiap pergi. Suara khas roti yang dipanggang memenuhi dapur. Sementara Hubert masih di kamarnya, merapikan diri.
Si bungsu Victory sudah tunggang langgang menuju halaman belakang setelah menggedor pintu kamar mandi berpenghuni. Awalnya, Bellatrix tak ambil pusing. Namun lamat-lamat ia mendengar suara muntahan begitu ia mematikan kompor. Ia mengira Victory hanya kelelahan dan masuk angin. Tapi kecurigaannya memuncak kala suara batuk dan muntah yang tercekik itu tak kunjung berhenti. Iapun memilih meninggalkan makanan yang hampir siap, dan bergegas menengok apa yang terjadi pada bungsunya di belakang sana. Mau sebenci apapun dirinya pada Victory, nuraninya sebagai seorang ibu dan manusia tak mungkin mengizinkannya mengabaikan orang yang butuh pertolongan.
"Tory..?" gumam Bellatrix ketika mendapati yang termuda di rumah ini tengah berlutut tak jauh dari pintu belakang dengan tangan kanan yang bertumpu penuh pada dinding rumah. Celana baggy dan sweater putihnya sampai sedikit kotor oleh tanah dan debu.
Anak itu masih terus mengeluarkan isi perutnya hingga mau tak mau ia mengabaikan kehadiran sang ibu. Bellatrixpun dibuat cemas ketika putranya tak berhenti muntah, sementara yang keluar hanya air. Pelan-pelan, ia memijat tengkuk Victory.
"Kenapa sampai begini..? Apa saja yang kau makan kemarin?"
Kini rasa yang seolah mengaduk perutnya berangsur menghilang. Namun rasa sakit kembali datang dimulai dari tulang belakangnya. Tubuh Victory mulai gemetar saat rasa nyeri menjalari bagian-bagian lain.
Victory sangat ingin berkata bahwa ia baik-baik saja pada ibunya, tapi ia merasa sangat tidak berdaya. Diapun ingin segera bangkit, sebab hari ini adalah hari yang tak mungkin ia lewatkan sia-sia. Biasanya dalam keadaan seperti ini ia akan bertahan, lalu bergegas mencari obat. Tapi kali ini sepertinya rasa sakit itu telah berada pada titik yang tak dapat ditahan lagi. Bahkan untuk berbicarapun ia sangat kesulitan sebab rasa panas seolah membakar dada, mempersempit jalan nafasnya. Tanpa sadar Victory merintih seiring dengan pegangannya pada dinding yang mulai melemah. Kaki yang menumpu tubuhnya terkulai begitu saja hingga sang ibu sontak merengkuhnya.
"Victory! Apa yang salah denganmu?" pekik Bellatrix tak mendapat jawaban.
"Mmmph..." Erangan pelan terdengar seiring tangan yang mencengkeram baju di dadanya. Rasa panas dan sesak itu benar-benar menyakitkan, memunculkan keringat dingin di sekujur tubuh.
"Hubert, Aldric, tolong!!!" histeris Bellatrix.
"Ada apa ini? Ya ampun!" Hubert tak kalah panik melihat putra bungsunya dalam keadaan tidak baik.
Menyusul dari dalam, Aldric tergopoh-gopoh dengan bathrope yang menutupi tubuh. Ia hanya menganga tanpa melakukan apapun, terkejut luar biasa. Sementara tubuh Victory semakin bergetar merasakan dingin di sekitarnya.
"Kita ke rumah sakit!" Hubert mengambil alih tubuh yang telah lunglai, menggendongnya di punggung dan segera berjalan cepat menuju halaman depan diikuti istri dan putra sulungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ritardando - KTH
Fanfiction(Revisi) Pada akhirnya, yang diinginkan Victory bukan lagi tampil di panggung megah, sorak sorai penonton untuknya, atau kemenangan dalam kompetisi, melainkan kebahagiaan orang-orang yang ia sayangi. Untuk mendukung imajinasi, cerita ini dilengkap...