Coba baca 5 part pertama deh..
Kalau seru ya lanjut dibaca..
Kalau nggak seru.. Itu hak kalian untuk mundur dari lapak ini😭•••
Awan hitam menggantung diudara, beberapa kali angin berhembus menerbangkan dedaunan kering yang ada disekeliling. Seorang gadis tengah duduk di kursi kayu tepian lapangan. Hawanya sejuk, dia sangat suka saat Jakarta diguyur hujan.
Seakan polusi udara hilang karena air hujan, dan suara bising kendaraan juga tersamarkan karena suara hujan yang bertubrukan dengan aspal keras. Rasanya damai, dan juga menenangkan.
Manik mata hitamnya menatap seorang laki-laki yang sedang berlari mengelilingi lapangan dengan nafas ngos-ngosan. Dia teman si gadis--ah ralat, dia sahabat terbaiknya.
Muhammad Deano Malik, biasa dipanggil dengan nama tengahnya--Dean. Wajahnya tampan jika menurut para gadis, body-nya ideal dan atletis. Tubuhnya menjulang tinggi seperti tiang listrik.
Itu yang membuat Alana iri, tinggi Dean 180 senti sedangkan dia hanya 156 senti. Terpaut jarak 24 senti dari Dean. Jika saja Alana berdiri disamping Dean, tingginya hanya sebatas pundak Dean saja. Kadang dia diejek oleh sahabat laknatnya.
Air hujan mulai menitik, dapat dia merasakan saat air dingin itu menetes dikulitnya yang putih bersih, seputih susu. Spontan dia mendongak dan menatap awan hitam yang semakin merata dilangit.
Titik-titik air hujan menetes ke wajah cantiknya, sensasi dinginnya membuat bibirnya tersenyum. Mengingat masa lalu saat bermain hujan bersama dengan Dean. Dan ujung-ujungnya dia masuk angin berhari-hari tidak masuk sekolah.
Dia memejamkan mata untuk menikmati guyuran air hujan. Alana bukan tipe orang yang suka sakit, karena itu menyusahkan. Karena yang dia tau banyak orang yang rela sakit agar bisa libur alias tidak masuk sekolah.
Perlahan matanya terbuka saat merasakan tidak ada air hujan yang mengguyur wajahnya lagi. Sebuah payung bening terbuka lebar, memayungi tubuh mungilnya. Sudah pasti itu Dean.
"Kaya anak kecil suka hujan-hujanan," ujarnya.
Alana tersenyum lalu menyodorkan sebuah air mineral pada Dean. Dan disambut dengan senang hati oleh cowok itu.
"Tumbenan baik"
Mendengar ucapan Dean membuat Alana berdecih sinis. "Gue dari dulu emang baik", tuturnya sembari tertawa pelan.
Dean tidak membalas ucapan Alana karena sedang asik menenggak air mineral dingin yang gadis itu berikan tadi. Dengan tatapan mata intens Alana melihat wajah Dean dari samping, dia memang sempurna.
Tidak heran kalau banyak gadis-gadis yang rela harga diri mereka terinjak-injak karena menembak Dean terus terang. Dasar genit!
Yang Alana suka tiap kali ada yang menembak Dean pasti jawaban cowok itu sama. Jawaban yang membuat hatinya menghangat.
Enggak, maaf. Gue harus jagain Alana.
Bayangkan saja bagaimana perasaan gadis itu saat Dean mengatakan itu. Senang, Alana merasa punya tameng yang selalu siap siaga melindunginya dari mara bahaya.
"Ngapain lo liatin gue begitu?" tegur Dean, membuyarkan lamunan Alana.
Alana menggeleng pelan sambil menoleh kearah lain. Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan, ciptaan Tuhan memang selalu indah.
"Gue ganteng ya? Emang iya. Makasih" ujar cowok itu percaya diri.
"Najis!"
Dean tertawa pelan, menambah kesan tampan. Jangan salahkan Alana kalau terus-terusan memuji wajahnya. Karena tidak ada satu wanita pun yang dapat menolak pesona Dean.
"Ngaku aja Al, gue emang ganteng kan?"
"Lo cowok?" tanya Alana. Dean mengangguk. "Yaudah, berarti lo ganteng" jawab gadis itu logis.
"Ah udah gue duga! Kagantengan gue emang udah mendarah daging"
Kok lama-lama ni anak jadi songong ya? Excuse me, dipuji dikit kok jadi belagu. Kebiasaan!
"Najis!"
"Gue bukan tai ayam, dari tadi najis mulu kosakata lo!" ucap Dean setengah kesal.
"Serah gue!"
"Iya deh, gue ganteng" cowok itu menaik-naikkan alisnya genit.
"Pede!"
"Kalo nggak pede gue nggak ganteng"
"Nggak nyambung!"
"Nggak apa-apa, yang penting gue ganteng"
Kok lama-lama ini orang ngeselin juga ya?
"Najis!"
"Kalo lo bilang najis sekali lagi gue bakalan gendong lo keliling lapangan"
"Najis-najis-najis Dean najis!"
Alana menujulurkan lidah kearah Dean, berniat mengejek cowok jelmaan syaiton itu. Namun Dean malah mengangkat tubuh Alana dan menaruh dipundaknya. Layaknya kuli panggul sedang membawa karung beras.
"Dean lepasin!"
Dengan kekuatan ekstra Alana memukul-mukul pundak kokoh sahabatnya itu. Namun rasanya ini sama sekali tidak berpengaruh bagi Dean, karena pukulan Alana terlalu lemah.
Bahkan Dean tidak menggubris dan mulai berlari mengelilingi lapangan sambil menggendong tubuh mungil Alana. Kadang Alana bingung. Kok dia bisa santai gitu menggendong tubuhnya, padahal dia merasa kalau dia lumayan berat.
"Dean!"
"Gak peduli!"
Ucapnya santai, masih terus berlari mengelilingi lapangan. Bahkan tubuh keduanya sudah basah kuyup karena terguyur air hujan.
"Deaaaan! Turunin gue!!"
•••
Gimana buat prolognya?
Kalau ada yang suka vote and coment. Follow author juga yha. Author nggak maksa sih..
Buat kalian yang suka aja..
Dan buat kalian yang nggak suka sama cerita ini, makasih udah menyempatkan waktu untuk mampir. Atau kalau kalian cuma nyasar.. Thanks deh intinya!
Udahh ah
Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...