PART 6. Iman Imran

32.8K 4K 54
                                    

Saat ini Alana dan Dean tengah duduk didepan kepala sekolah dengan wajah menunduk dalam-dalam. Entah siapa yang diam-diam menyebar video insiden baku hantam tadi, tapi video itu sudah ditonton Bu Kepsek.

"Kalian mau merusak nama baik sekolah?"

Mereka diam sembari menunduk dalam-dalam. Andaikan Bu Heni tau kejadian yang sebenarnya bagaimana. Pasti dia tidak akan marah seperti ini.

"Vedro mau gangguin Alana bu, saya sebagai teman membantu Alana" tutur Dean membela diri.

Tatapan Bu Heni kini beralih pada gadis disebelah Dean, sebuah senyum manis terukir dibibirnya. Tapi menurut Alana itu bukan senyum manis, senyuman itu terlihat sangat menyeramkan dikedua bola mata hitam Alana.

"Benar begitu Alana?"

"Iya bu, saya_saya nggak sengaja nampar Vedro gara-gara dia megang dagu saya" ucap gadis jujur.

Jujur itu indah, kalau kata Dean saat Alana ketahuan membohongi dirinya seminggu yang lalu. Cowok itu pandai sekali menangkap eskspresi lawan bicaranya.

"Yasudah, kalian balik kekelas. Saya mau urusin ini dulu"

Dean mengangguk lalu menggenggam tangan Alana erat didepan Bu Heni, membuat Alana dan Bu Heni saling pandang. Didalam hati Alana mengeluarkan sumpah serapahnya untuk Dean. Cowok itu menggandengnya tidak tau tempat.

Gadis itu hanya melempar cengiran kuda kearah Bu Heni yang senyam-senyum penuh arti. Pasti kepala sekolah lemah lembut itu sudah menyimpulkan yang tidak-tidak mengenai hubungan kedua anak muda dihadapannya ini.

Saat sampai diluar Alana melihat Dean terus tersenyum manis sepanjang perjalanan menuju kelas. Itu terlihat aneh dimata Alana, tidak biasanya cowok ini tersenyum semanis itu. Mata Alana saja tidak sanggup melihat senyuman Dean terlalu lama.

"Nagapain lo senyam-senyum?" Alana bertanya setelah cukup lama menimbang.

Dean menghentikan langkahnya lalu menatap gadis itu dengan senyuman. "Gue milik lo?"

Deg.

What?!!

"Lo tadi kesamber bledek ya De? Atau kesetrum sebelum berangkat?" tanya Alana heran. Menghindari gugup.

Dean malah tertawa. Manis. Alana mendadak suka tawa ayam kate campur kambing etawa itu.

"Lo tadi teriak. Jangan sentuh Dean gue!" ucapnya menirukan seruan Alana tadi.

Gadis itu langsung tertawa canggung. "Biar keliatan kaya pahlawan aja sih"

Dean tertawa lagi. Cowok itu berjalan mendahuluinya menuju kelas. Mendadak Alana berfikiran aneh didalam otaknya. Apa orang kalau kena tonjok jadi euforia begitu?

•••

Didalam kelas semua orang menatap Alana dengan tatapan aneh, seakan takut dan segan padanya. Kenapa? Memang dia psikopat? Memang dia terlihat seperti orang jahat?

"Wagelaseh Al, strong banget lo!" teriak David heboh.

Alana membalas dengan tersenyum canggung karena mulai mengerti dengan situasi ini. Mereka takut karena melihat video Alana menampar Vedro sampai pingsan. Siapa yang tidak takut, jika gadis lemah seperti Alana mendadak membuat ketua geng motor terkapar lemah dijalanan.

"Padahal gue nggak sengaja" ringis gadis itu sembari menggarung tengkuk canggung.

"Nggak sengaja aja strong! Apalagi disengaja!"

Percaya atau tidak, ucapan David ini membuat semua murid semakin takut padanya. Padahal dia mukul karena kelepasan, bukan atas dasar sengaja walau dalam pikirannya memang berniat mukul. Vedro si ketua geng motor tadi membuatnya sebal.

"Udah ah"

Gadis itu berjalan mendekati Dean yang sudah duduk manis dikursinya. Wajahnya sudah kembali seperti semula, tidak ada senyuman manis lagi. Bahkan raut wajahnya cenderung datar tanpa ekspresi. Sudahlah, tidak usah difikirkan, Dean memang aneh!

Cowok itu melempar kertas kedepan kelas tanpa merasa bersalah sedikit pun. Membuang sampah sembarangan! Hal yang menurut Alana tidak termaafkan.

"Ambil!" ucap gadis itu penuh penekanan.

"Ada Pak Imran" tutur Dean santai.

"Pak Imran kerja jadi tukang kebersihan pasti terpaksa buat biayain keluarga. Lo jangan bikin kerjaannya tambah susah dong" ujar Alana setengah kesal. Dia benci orang yang menyepelekan.

"Tenang aja, kerjaan itu udah ditakdirkan buat Pak Imran" Dean memasang tampang watados.

"Kenapa gitu?" tanya Alana bingung.

"Lo lupa ada peribahasa, ekhem..." Dean menjeda ucapannya.

"Kebersihan sebagian dari Imran"

Tawa gadis itu lepas begitu saja mendengar peribahasa ngawur yang Dean buat. Walaupun masih ada kesel-keselnya karena cowok itu buang sampah sembarangan. Namun tetap saja dia mudah tertawa, karena pada dasarnya Alana itu receh.

"Iman!! Iman!!" sungut Alana emosi ditengah-tengah tawa.

"Man Iman! Dipanggil Alana" ucap Dean ngawur memanggil si Iman.

Walau Dean selalu menyebalkan, tapi satu yang harus kalian tau, sebanyak apapun Dean membuat kesalahan, Alana tidak bisa benar-benar marah padanya. Karena dia selalu membuat humor receh yang membuat gadis itu tertawa.

Sahabat yang sebenarnya adalah orang yang mampu membuat kita tertawa saat kita bersedih. Dan mampu membuat kita tenang saat berada disisinya. Seperti itu yang Alana rasakan saat bersama dengan Dean.

•••

Maap banget, kemarin lupa update😭
Share ceritaku ke teman kalian❤
Stay safe😍

Next!

DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang