Tiga orang gadis tengah berkumpul dilapangan basket untuk melaksanakan ekstrakurikuler cheers. Mereka duduk dengan pola lingkaran ditengah lapangan, menunggu pelatih yang sejak tadi belum muncul batang hidungnya.
"Al? Lo nggak apa-apa, kan?" tanya Salsa khawatir, karena Alana terus diam melamun sejak tadi.
"Nggak apa-apa" Alana nyengir.
Gadis itu kembali fokus pada pemikirannya sendiri. Tentang Azril dan juga Dean. Sebenarnya kenapa hubungan dua orang itu retak, bahkan hancur?
"Tau nggak sih, gue malu banget!" ujar Keisya tiba-tiba.
"Kenapa?" balas Salsa bingung.
"Tadi Dean hampir nyium gue!" pekik Keisya tertahan.
Alana merasa tertampar mendengar ucapan Keisya yang satu itu. Dean benar-benar membencinya. Bisa-bisanya cowok itu membuat hatinya semakin kacau.
"Stt.. Kei!" Salsa menyenggol lengan Keisya, lalu melirik Alana tak enak.
"Kenapa sih?" kesal Keisya.
"Lo cuma temennya kan, Al?" tanya Keisya terang-terangan pada Alana.
Gadis itu meringis, merasakan dada kirinya ngilu.
"Iya" jawabnya lirih.
Keisya mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia nampak senang mendengar jawaban itu keluar dari mulut Alana. Berarti kedua orang itu benar-benar berteman. Tidak lebih.
"Kayaknya gue izin ekstra deh. Badan gue nggak enak banget" tutur Alana pelan sambil menatap kedua temannya.
"Yaudah, nanti gue bilangin sama pelatih" ujar Salsa mengerti.
Gadis itu mengangguk lemah.
"Lo pucet banget, Al?" sahut Keisya cemas.
"Gue teleponin Dean, ya? Biar dia jemput lo" Salsa segera mengambil ponselnya setelah mengatakan itu.
Namun Alana menggeleng cepat. "NGGAK USAH!" teriaknya, karena jarak Salsa sudah lumayan jauh.
"Gue bisa pulang sendiri!"
Dengan langkah tertatih Alana berjalan menuju gerbang sekolah. Jantungnya mulai membabi-buta. Gadis itu terduduk ditanah sambil memegangi dada dirinya yang terasa sangat nyeri. Apakah dia akan mati sekarang?
"Akh! Sa..kit banget" lirih gadis itu.
Sesaat kemudian kesadarannya mulai terenggut. Semua nampak hitam gelap.
•••
"Sorry, bang. Gue nggak becus jagain Alana"
Athala tersenyum tipis. Lalu menepuk kedua bahu Dean pelan. Dia merasa kasihan karena Dean nampak merasa bersalah karena penyakit jantung Alana kambuh.
"Bukan salah lo, Alana emang susah dikasih tau" ucap Athala setengah kesal.
Dean menghela nafas, cemas.
"Tapi Alana baik-baik aja, kan?" tanya cowok itu.
Athala menarik nafas dalam-dalam, dia tersenyum tipis kearah Dean.
"Dia lagi diperiksa Juan. Tunggu aja, ya?" jawab Athala.
"Juan?" beo Dean bingung.
Athala menganggukkan kepala. "Dokter yang ketemu sama kita di rumah Oma"
•••
Alana perlahan mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia menatap bingung ruangan serba putih ini. Apakah dia berada di surga? Bagaimana tubuhnya yang tersonggok disekolah tadi? Apakah ada yang menemukannya?
"Gue di surga?" lirih gadis itu.
Terdengar dengusan pelan. "Baru siuman, bobroknya kurangin dikit kek"
Gadis itu perlahan menoleh. Melihat sosok yang sangat dia hindari seharian tadi. Dan sosok ini juga yang membuat penyakit jantungnya kambuh.
"Ngapain lo disini?" tanya Alana, terkesan mengusir.
"Gue lihat ada cewek aneh tiduran ditanah parkiran. Karena nggak tega gue bawa ke rumah sakit!" jelas Dean.
Alana diam. Dean tidak ekstra hari ini, tapi kenapa cowok itu masih di sekolah?
"Ngapain lo disekolah?" tanya Alana bingung.
Dean nampak gelagapan, dia menggaruk tengkuknya. "Gue... Itu.. Nungguin Keisya!"
Alana tersenyum miris. "Oh, Keisya"
Lagi-lagi Alana merasa tertampar. Biasanya Dean menunggu dia untuk pulang bersama. Namun dia sadar kali ini Dean punya orang lain yang harus dijaga. Alana tidak boleh egois.
"Lo balik aja deh. Lagian ada Bang Atha disini" usir Alana.
Dean menggeleng. "Bang Atha kan nugas"
"Ada dokter Juan" balas Alana lagi.
"Dia juga nugas" Dean menyahut malas.
"Udah deh! Yang penting lo pergi dari sini! Kemana kek gitu. Nah jemput Keisya aja sono! Pasti ekstra cheers udah selesai!" cerocos Alana tanpa jeda.
Dean tertawa geli. "Cuma lo, baru siuman langsung ngoceh"
Alana mengatupkan bibir. Memang terkadang mulutnya tidak bisa dikontrol.
"Gue disini jagain lo, paham?" ujar Dean penuh penekanan.
"Kenapa nggak jemput Keisya aja?" Alana bertanya dengan nada menyindir.
Dean langsung menatap gadis itu serius. Hingga membuat bulu kuduk Alana meremang.
"Karena lo lebih penting."
Alana kicep.
•••
Hari ini dua part dulu yaa😁
Besok dilanjut lagi..Jangan lupa spam vomen dan follow akun author
Baca juga ELVANO..
SEE YOU NEXT PART!!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...