Authooor back!
Kembali dengan kebobrokan Dean dan Alana
Sebelum itu kasih vote dan komenHappy reading!
Alana merasa senang sekaligus bingung. Dia senang karena akhirnya dia bisa menghindari Dean seharian penuh. Namun dia merasa bingung, karena Dean tidak mencari keberadaannya bahkan tidak mengajak berkomunikasi saat dikelas.
Cowok itu hanya diam dengan wajah flat menatap papan tulis dan tangannya sibuk mencatat. Sudah Alana bilang, Dean itu susah dimengerti. Jika Dean diam, tandanya cowok itu sedang marah entah karena hal apa.
"Lo udah siap?" tanya Salsa.
Alana menganggukkan kepalanya. "Iya"
Mereka mulai berlatih beberapa gerakan cheers. Beberapa kali Alana ditegur pembimbing karena gerakannya kurang memuaskan hari ini. Gadis itu terus melamun dan terkadang lupa dengan gerakan yang benar.
"Oke, sekarang Alana siap? Dilempar ke atas?" tanya pembimbing sambil menatap Alana serius.
Alana menganggukkan kepalanya siap. Tubuhnya mulai diangkat dalam posisi Liberty. Kemudian gadis itu dilemparkan keatas, tubuhnya melayang tinggi. Alana memejamkan matanya.
"KEBAKARAAAN!"
Semua orang panik, hingga lupa dengan pendaratan Alana. Mereka memikirkan keselamatan masing-masing. Tubuh gadis itu hampir menyentuh lantai. Namun...
Hap!
Alana merasakan tubuhnya diangkat, tidak ada rasa sakit yang dia bayangkan sebelumnya. Hanya terdengar sirine kebakaran dan suara orang berlarian kesana-kemari mencari pertolongan agar bisa keluar dari sini.
Tubuhnya dibopong keluar dari ruang cheers ini, sementara matanya masih terpejam. Gadis itu takut kebakaran, dia takut melihat api yang berkoar-koar. Sampai dia mendengar suara mengalun lembut didekat telinganya.
"Jangan takut, lo aman. I'm here"
Kelopak mata Alana perlahan terbuka. Yang pertama dia lihat adalah cowok yang menatapnya dengan pandangan sendu dan senyuman tipis dibibirnya. Wajah cowok itu dipenuhi luka, bahkan dibagian dahinya sobek mengeluarkan darah.
Alana langsung menangis, berhambur kedalam pelukan cowok itu.
•••
Sekuat apapun Alana menyangkal perasaan didalam hatinya. Dia tidak bisa, karena tubuhnya bereaksi lain saat berada didekat Dean. Sampai sekarang gadis itu masih memeluk erat tubuh sahabatnya, padahal kondisi sudah kembali semula.
Dean diam, membiarkan gadis itu melawan rasa takutnya. Dia tau Alana sangat takut melihat api. Karena apa? Gadis itu pernah terjebak didalam rumahnya yang terbakar hebat sewaktu kecil. Dia tidak bisa keluar dari sana.
Gadis itu merasa trauma, apalagi melihat satu persatu bagian rumahnya hangus dan hilang menjadi abu. Alana kecil hanya bisa menangis dan meringkuk dibawah kasur kamarnya, sampai damkar datang membantunya keluar dari sana.
"Dean..takut..api.." lirih gadis itu.
"Apinya udah padam. Lo nggak perlu takut." tutur Dean.
Alana melepas pelukannya. Matanya sembab dan hidungnya yang mancung memerah. Dia memandang cowok itu sayu.
"Cinta?" gumamnya miris.
Dean menaikkan kedua alis. "Apa?"
Gadis itu tersentak, kemudian menggelengkan kepalanya beberapa kali. Cinta! Alana yakin, perasaannya pada Dean ini tergolong perasaan cinta. Bukan kasih sayang dalam lingkup persahabatan seperti yang dia pikir dulu.
"Are you okay?" tanya Dean ragu.
Alana mengangguk. "Muka lo kenapa?"
"Ah..biasa. Musuh-musuh gue rusuh." balas Dean sembari terkekeh ringan.
Alana menghadapkan tubuhnya pada Dean, dia menatap cowok itu dengan pandangan kesal.
"Kenapa setiap lo diemin gue, lo selalu dateng luka-luka. Entah ditangan lo, diwajah lo. Lo berantem sama siapa sih?" heran Alana.
Dean tersenyum kemudian menyentil hidung sahabatnya itu dengan gemas.
"Gue udah pernah bilang, musuh gue banyak." tutur Dean.
"Kenapa musuh lo banyak?" tanya Alana, merasa bebal karena Dean terus mengulur-ulur jawaban.
"Karena gue ganteng mungkin? Mereka iri." sombong Dean.
Alana langsung mengeplak pundak cowok itu kesal. Sudah bisa dibuktikan kalau Alana tidak bisa jauh dari Dean barang satu hari saja. Alana merasa ada sesuatu yang hilang saat Dean tidak ada disampingnya.
"Cemen banget sih, masa takut sama api?" ejek Dean.
Gadis itu memberengut. "Nyebelin!"
"Nah gini dong. Dari tadi nangis mulu." tutur Dean sembari mengelus kepala Alana.
"Huft! Namanya takut, ya nangis."
"Bunda gue kalau takut teriak bukan nangis." balas Dean tak mau kalah.
"Serah deh serah!" Alana pasrah.
"Tapi Al." tutur Dean tiba-tiba. Membuat Alana menoleh dengan raut wajah bingung.
"Lo nggak takut sama kompor, kan?"
•••
Langsung up lagi gak nih?
Nextt!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...