Sejak tadi Alana memandangi tembok didepannya dengan tatapan nanar. Berharap tembok itu akan takut melihat tatapannya dan menyingkir dari situ. Namun sayang dia tidak punya kemampuan telepati untuk memindahkan tembok dengan mudah.
"Gara-gara Bang Atha kampret, gue jadi telat." gerutu gadis itu.
Dia tidak sadar ada seorang cowok yang berdiri tepat dibelakang tubuhnya. Gadis itu terus menggerutu, hingga saat cowok itu bersuara membuatnya kaget bukan main.
"Nggak bisa manjat?" tanyanya.
Alana tersentak, dia memutar balikkan badan. Tersenyum canggung kearah seorang cowok yang tengah melempar senyuman hangat padanya. Hati gadis itu terasa meleleh. Apalagi saat tau kalau cowok ini adalah ketua tim basket SMA-nya.
"Iya. Hehe..lo telat juga?" tanya gadis itu gugup.
Cowok itu memperlebar senyum, dia mengulurkan tangannya sembari berujar. "Azril, dari kelas IPS 2."
Gadis itu menerima uluran tangan Azril. "Alana, kelas IPA 1."
Azril mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Sementara Alana kikuk ditempat.
"Lo pacarnya Dean, kan?" tanya Azril hati-hati.
Gadis itu buru-buru menggeleng. "Gue temennya doang kok!"
"Bagus deh. Ayo manjat." ajak Azril.
Dia menarik tangan Alana lembut mendekati tembok. Kemudian dengan santainya berjongkok didepan gadis itu. Ditepuk-tepuk pundaknya sendiri pelan. Memberi kode agar Alana naik dengan berpijak pada pundaknya.
"Serius nih? Gue berat loh!" tutur Alana sambil tertawa canggung.
"Pilih naik ke pundak atau gue lempar ke dalem?" canda Azril.
Gadis itu kembali tertawa. "Gue naik, tapi jangan ngintip! Kalau ngintip gue doain lo nggak laku seumur hidup!"
Kini Azril yang tertawa. "Buruan naik."
Alana mengangguk, kakinya mulai melangkah menaiki pundak Azril. Kemudian tangannya meraih tembok didepan, dia naik secara perlahan dan hati-hati. Sampai akhirnya dia sudah berada diatas tembok yang cukup tinggi itu.
"Tunggu." tutur Azril.
Bisa Alana lihat, cowok itu dengan santai menaiki tembok ini tanpa pijakan pada benda lain. Kemudian dia melompat kedalam dengan pendaratan sempurna. Membuat Alana bertepuk tangan heboh, cowok itu seperti kucing.
"Sini, gue tangkep." tutur Azril sambil merentangkan tangan.
"Takut!" desis Alana.
"Gue pastiin nggak akan jatuh, tenang aja."
Perlahan gadis itu membuat ancang-ancang untuk melompat. Dia menjejakkan kakinya ke tembok, tubuhnya melayang kearah Azril dan kemudian. Hap!
"Dapat!" tutur cowok itu saat berhasil menangkap tubuh Alana.
Sementara gadis itu diam membatu dipelukan Azril. Keduanya saling tatap cukup lama. Sampai Alana mengalihkan pandangan duluan. Dia melepaskan diri dari pelukan Azril sembari tersenyum canggung. Suasana mendadak awkward.
"G-gue ke kelas duluan!"
Alana langsung ngacir sebelum Azril menjawab ucapannya. Dia berlari sembari tersenyum malu-malu.
•••
Dua puluh menit Alana berada dikelas. Dan saat itu pula Dean baru saja datang dengan tasnya yang dia sampirkan di pundak bagian kanan. Dia langsung menghampiri Alana yang duduk di bangku ujung paling belakang.
"Baru aja dateng, rik!?" tanya Alana tak percaya. "Lo berangkat sambil naik sepeda atau sambil nuntun sepeda??"
Dean tersenyum tipis. "Gue makan dulu."
Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Kemudian dia menatap Dean yang baru saja duduk dengan binar dimatanya.
"Gue tadi ditolongin cowok buat manjat tembok loh, rik!" tutur gadis itu semangat.
Dean menoleh sekilas. "Siapa?"
"Azril, lo tau dia, kan? Ketua tim basket SMA. Dia keren parah, mana baik banget lagi!" seru Alana. "Masa dia biarin gue mijak di pundaknya, kan seragamnya bisa kotor."
Dean membalas dengan deheman. "Iya."
"Terus waktu gue mau lompat, dia tangkep dong, rik! Baper gue duh Gusti!" pekik Alana senang.
Dean kembali menoleh. "Baperan."
Gadis itu mendengus. Namun sedetik kemudian dia kembali tersenyum manis.
"De, lo udah pernah jatuh cinta?" tanya Alana pelan.
"Kenapa nanya gitu?"
Alana tersenyum malu. "Kayaknya gue suka sama A--"
"Lo udah ngerjain PR?" potong Dean.
Gadis itu langsung memelototkan mata, dengan panik dia mengambil buku tugasnya. Kemudian membalik lembar demi lembar untuk mengecek.
"Huh! Untung gue udah ngerjain." tutur Alana lega. Namun kedua alisnya saling bertaut. "Lo lupa ya? Ini kan kita ngerjain bareng waktu itu."
Dean berdehem pelan. "Oh iya, gue lupa."
"Huu! Dasar pikun!"
Alana tidak sengaja melihat punggung tangan Dean pada pangkal jari nampak lebam keungu-unguan. Namun dia hanya diam, nanti dia akan bertanya. Karena saat ini situasinya belum tepat, Dean sepertinya marah karena sesuatu.
•••
Dean kenapa ni?
Kepo?Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...