Seperti rutinitas harian Alana, dia selalu berangkat bersama Dean, pulang bersama Dean, kerja kelompok bersama Dean, beli buku bersama Dean, makan dicaffe bersama Dean. Hampir sebagian waktu dalam hidupnya dia habiskan bersama Dean. Seakan Dean adalah bayangan yang mengikutinya kemanapun.
Saat ini Alana tengah duduk manis diatas motor trail Dean yang sudah distarter. Motor perlahan melaju pergi dari halaman rumah. Dean sebenarnya punya mobil, tapi Alana selalu menyuruhnya memakai motor saja.
Alasan utama!
Naik motor itu lebih keren kalo dilihat. Juga udara pagi bebas dihirup, kan lebih sehat. Soalnya kalau naik mobil itu tidak bisa bebas melihat pemandangan sekitar, pengap dan tidak efisien saat melewati gang tikus.
Dulu saja Alana meminta pada ayahnya agar dibelikan mobil, Farhan tolak mentah-mentah. Dan bagusnya pria paruh baya itu malah membelikan Alana sepeda gunung untuk sepedaan pagi saat weekend.
"Kak Mey dirumah ya?" tanya Dean.
"Yoi"
"Anaknya laki apa perempuan Al? Cantik, ganteng nggak?"
Pletak.
Alana mengetok helm sahabatnya itu keras menggunakan kepalan tangan. Dean itu pinter, IQnya juga lebih tinggi dibandingkan dia. Tapi sayang, punya otak kadang nggak dipake mikir!
"Belum sembilan bulan bodoh! Mana bisa lahiran?"
Dean malah ketawa ketiwi. "Iya juga ya"
"Abisnya gue nggak sabar lihat muka ponakan gue" ujarnya santai.
"Ponakan lo!??" sungut Alana kesal. "Ponakan gue kalik!!!" tambah gadis itu sambil memeletkan lidah.
Motor berhenti saat lampu merah. Saat itu juga Dean sedikit membalikkan badannya agar bisa menatap Alana yang duduk dibelakangnya.
"Ponakan lo itu ponakan gue juga, kita itu sahabat. Udah lama bareng, kita udah kaya keluarga Al"
Alana langsung tertegun mendengar ucapan Dean. Dia merasa bersalah, karena secara tidak langsung ucapannya seakan menolak saat Dean ingin menganggap ponakannya juga sebagai ponakan Dean juga.
"Kenapa lo? Merasa bersalah?" tanya Dean yang membuat Alana menjadi kesal.
"Awalnya iya, tapi lo bilang gitu. Jadi gue ralat!"
Bisa Alana dengar suara kekehan Dean. Merdu sekali.
"Ketawa lo merdu tau gak De!" ucap Alana jujur dengan semangat.
"Wih, iya dong! Dean gitu"
Tuh kan mulai sombongnya. Ini yang membuat niat baik Alana selalu urung seketika.
"Mirip ayam kate!" sambung gadis itu sambil menahan tawa.
"Asem, yang lain kek. Masa ayam kate?" protes Dean tidak terima.
Udah dipuji masih nyolot. Minta di keplak ni bocah!
"Mirip suara kambing etawa"
Kali ini Alana ngakak lepas, menganggap lawakannya itu lucu. Sangat lucu! Padahal enggak.
"Lebih parah" desis cowok itu.
"Hahaha, tapi sumpah De! Mirip!" tutur Alana tak mau kalah.
Tapi tidak ada sahutan dari Dean, Alana sendiri baru sadar kalau motor trail ini sudah berhenti. Melihat ada sesuatu yang janggal, dia menajamkan indra penglihatannya dijalanan depan. Yang sedikit berkabut karena udara pagi.
Rupanya ada yang bersiap mencegat mereka, membuat Dean menghentikan motornya saat jarak mereka masih jauh. Mereka belum melihat Alana dan Dean, selamat!
"Turun Al" ujarnya lirih.
Alana hanya menuruti kemauan cowok itu. Karena disaat seperti ini dia tidak bisa berkutik dan hanya bisa mengikuti komando dari Dean saja. Alana tidak bisa bela diri sama sekali. Karena hal itu dia selalu membawa Dean kemana-mana.
"Mereka cegat kita, gimana lewatnya? Puter balik aja yuk?" Alana menarik ujung baju Dean pelan.
Namun Dean menggeleng. "Pasti mereka udah cegat dibelakang" tuturnya.
Mendadak nyali Alana semakin ciut. Dia belum siap mati! Mana mungkin Dean mampu melawan orang-orang itu, jumlahnya sangat banyak. Puluhan mungkin.
Sebenarnya geng motor yang jauh didepan mereka pernah punya masalah dengan Dean dahulu. Saat Dean sengaja menghajar ketuanya karena mengganggu Alana. Cowok itu naik pitam dan menghabisi sang ketua sampai babak belur.
Karena itu mereka punya dendam dengan Dean. Ingin membalas menghabisi cowok itu sepertinya.
"Terus kita pasrah mati gitu?" cicit Alana pelan.
"Enggak lah, gue punya ide. Lo ikut aja sama ide gue, okey?"
Gadis itu hanya menganggukkan kepala, daripada mati konyol lebih baik mencoba ide yang ada dikepala Dean dulu. Siapa tau berhasil lolos dari gerombolan geng motor ini. Karena terkadang otak Dean manjur disaat mendadak seperti ini.
"Gusti, gue belum siap tidur dikeranda"
•••
Jangan lupa jaga kesehatan..
Kalau kalian sakit..ntar author sedih :(Spam komen yaaa untuk next part!
Share ceritaku ke teman-teman kalian..
❤❤Lanjut!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...