Pagi-pagi yang biasanya cerah. Kali ini terasa begitu suram dan gelap. Upacara bendera terasa menyenangkan karena langit diselimuti awan mendung hitam yang menggantung. Sampai upacara selesai dua puluh menit yang lalu.
Alana menatap jendela dengan kepala dia letakkan diatas meja. Dia pindah tempat duduk dibelakang paling ujung, dekat dengan jendela. Gadis itu tidak mau duduk berdua dengan Dean.
"Alana! Dean berantem dilapangan basket!" teriak sebuah suara dari luar kelas.
Gadis itu langsung terduduk tegak. Kakinya siap ingin berlari, namun dia urung saat mengingat kejadian kemarin.
"Rileks Alana. Nggak usah peduli" gumamnya sambil menyenderkan tubuh ke senderan kursi.
Tiba-tiba Salsa datang menghampirinya dengan nafas ngos-ngosan karena berlari. Gadis itu mendobrak meja Alana dengan wajah panik setengah mati.
"Dean berantem sama Azril, Al! Pisahin mereka."
Gadis itu langsung berdiri. "AZRIL!?"
•••
Benar saja, nampak dua orang tengah baku hantam dikerumuni oleh para siswa dan siswi yang menonton. Ditengah ada Keisya yang mencoba menenangkan Dean. Namun cowok itu tidak peduli dan terus memukuli Azril.
"Dean udah! Nanti kamu kena masalah!" tutur Keisya, berusaha memegang lengan Dean. Namun..
Plak!
Secara tidak sengaja tangannya menampar pipi gadis itu cukup keras. Hingga suasana yang awalnya bising mendadak senyap karena kejadian itu.
"Bego! Banci lo mukul cewek!" bentak Azril sambil menarik Keisya kebelakang tubuh tegapnya.
Dean kembali emosi mendengar ucapan kakaknya, dia hendak melayangkan satu pukulan. Namun terhenti karena sebuah teriakan melengking.
"DEAAN STOP!"
Alana nampak berlari dari kejauhan. Dengan wajah memerah menahan emosi. Dean menghembuskan nafas kasar kemudian lanjut memukuli Azril dengan tenaga ekstra.
Alana yang melihat itu semakin panik. Dia langsung masuk kedalam kerumunan lalu menghampiri Dean dan Azril yang berada ditengah. Dean terlihat tidak peduli dan terus melancarkan aksinya dengan emosi.
"Dean!" Alana geram sendiri.
Gadis itu langsung berdiri diantara kedua cowok itu. Menghadap Dean, merentangkan tangannya. Mencoba melindungi Azril yang sudah terduduk lemah dibelakangnya.
"Cukup!" bentak gadis itu.
Dean menggeleng. "Gue harus kasih pelajaran sama cowok--"
Deg!
Ucapannya langsung terhenti tatkala Alana memeluk tubuhnya dengan erat. Gadis itu memeluknya seolah takut dia menghilang detik itu juga. Sangat erat.
"Jangan berantem" gumam Alana lirih.
Dean bisa mendengar isakan pelan yang teredam didada bidangnya. Membuat emosi cowok itu seketika terbang terbawa angin. Dia membalas pelukan Alana erat dengan wajah cemas.
"Jangan nangis, Al"
•••
"Lo peduli sama gue?"
Tiba-tiba kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Dean setelah suasana canggung diantara mereka berdua semakin menjadi didalam ruang musik ini. Alana berdehem pelan, menaikkan dagunya, mencoba bersikap angkuh didepan Dean.
"Enggak!" jawabnya mantap.
"Terus kenapa nyuruh gue stop?"
Alana memutar bola mata malas. "Karena gue kasihan sama Azril, lo gila ya? Anak orang lo pukulin segitunya?" heran Alana.
Dean membuang muka. Dia mencengkeram kapas ditangannya erat mendengar ucapan Alana itu. Dia masih benci ketika Alana begitu peduli pada Azril.
"Dia jelek-jelekin orang yang gue suka. Apa gue salah pukulin dia?" tanya Dean dengan nada dingin.
Alana menghembuskan nafas kasar. "Seberapa suka lo sama Keisya!? Kenapa lo lebih belain dia dibanding kakak lo sendiri?"
Cowok itu menatap Alana tajam. "Lo salah tanya. Seharusnya lo tanya, seberapa benci gue sama kakak gue sampai gue pukulin dia"
Dengan sisa keberaniannya Alana menatap Dean dengan mata menantang.
"Cinta sama orang boleh, tapi jangan goblok karena cinta!"
Dean tertawa. "Apa bedanya sama lo?"
Alana menunjuk dirinya sendiri dengan tatapan bingung. Memang dia kenapa?
"Goblok kalau lo suka sama gue. Orang yang bikin lo menderita" ujar Dean dengan mata memerah.
Gadis itu dibuat tertegun. Dia menundukkan kepalanya, kenapa ucapan itu terasa tidak menyenangkan ditelinga Alana. Seolah Dean menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian buruk yang menimpa Alana.
Alana menggoyang-goyangkan kakinya gugup. Lalu mendongak menatap Dean yang tengah menatapnya intens.
"Penyakit gue itu takdir dari Tuhan. Bukan salah lo"
•••
Next lagi ga?
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...