Seorang cowok masuk kedalam sebuah ruangan yang berisi dua orang. Dua orang itu hanya diam, sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing hingga tidak menyadari kedatangannya. Sampai dia mencoba bersuara.
"Sibuk banget?" tuturnya.
Dua orang itu tersentak kaget. Alana terkejut, sementara Dean sampai menjatuhkan ponselnya.
"Gue ganggu?" tanya Azril tak enak.
Alana buru-buru menggelengkan kepala tegas.
"Enggak! Ga ganggu kok!" jawabnya disertai senyuman kikuk.
Susah untuk akrab dengan cowok itu setelah Azril mengungkap sebuah fakta yang membuat Alana tercengang. Azril menyukai dirinya? Dari dulu.
"Gue kesini cuma mau ngasih tau." tutur cowok itu.
"Apa?" sahut Dean.
Dari raut wajahnya terlihat kalau dia merasa tidak nyaman karena kedatangan Azril ini.
"Berhenti nutupin semua, De. Lo nggak capek dihantui rasa bersalah terus?" tanya Azril pada Dean.
Membuat Dean terdiam ditempat. Sementara Alana menatap dua orang itu dengan tatapan bingung, tak mengerti.
"Kalau gue ngaku, lo mau apa?" sahut Dean.
"Lo akan tau sendiri." balas Azril.
Alana semakin bingung. Gadis itu menatap Azril dan Dean bergantian, meminta penjelasan.
"Kalian ngomongin apa?" tanya Alana.
Dean menoleh menatap gadis itu, kemudian melirik Azril dengan tatapan tajamnya. Disana Azril berdiri dengan seringaian tipis tersungging dibibirnya.
"Gue yang bikin rumah lo kebakaran." jujur Dean sembari menatap mata Alana, tepat dimaniknya.
Alana mengernyitkan dahi, bingung. Apa maksud Dean?
"Lo ngomong apa sih?" gadis itu tertawa hambar.
"Gue yang bakar rumah lo!" balas Dean dengan nada naik dua oktaf.
Alana menggeleng tak percaya. "Bohong!"
Dean mencengkeram kedua bahu gadis itu erat. Menyuruh Alana agar mau menatap matanya. Namun Alana terus menghindar, dia takut. Takut yang Dean ucapkan adalah kebenaran.
"Lo tau kan, De? Penyakit jantung ini gara-gara kebakaran itu?" tanya Alana lirih.
Cowok itu mengangguk, wajahnya memerah karena menahan gejolak emosi.
"Tau! Makanya gue jagain lo selama ini. Karena gue merasa bersalah, merasa kasihan sama lo." papar Dean.
"Sebatas itu. Gue nggak ada perasaan apapun sama lo!"
"Dan dengan bodohnya gue membuat lo jatuh cinta sama gue. Gue menyesal! Menyesal banget Al!"
Air mata Alana menetes. Dia tersenyum miris.
"Gue bukan pengemis yang bisa lo kasihani!" ujar Alana sambil mendorong bahu Dean kuat.
Namun nampaknya itu tidak berpengaruh. Karena tubuh Dean tidak bergerak sedikitpun.
"Dan soal perasaan gue! Lupain aja. Gue juga berusaha ngelupain cowok brengsek nggak punya hati yang sukanya bikin gue nangis!" sentak Alana.
Dean tersentak kaget. Belum pernah dia melihat Alana semarah ini padanya. Gadis itu mengepalkan tangan disamping badan. Nafasnya memburu karena emosi.
"Mendingan lo pergi dari hadapan gue, dan jangan pernah muncul lagi!"
Itu kalimat yang Dean takutkan.
•••
Pernah nggak sih merasa bener-bener nggak punya temen? Seolah didunia ini kita cuma hidup sendirian. Tidak ada orang yang bisa diajak berbicara atau sekedar berbincang. Hanya ada sedikit percakapan penting.
Itu yang Alana rasakan saat ini.
Sepi.
Dunianya seakan mendung.
Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Menatap sebuah tanaman bonsai yang dibeli ibunya beberapa bulan lalu. Tanaman itu nampak segar walau belum disirami air.
"Kalau aja gue hidup jadi tanaman bonsai. Mungkin gue lebih bahagia" gumam gadis itu lirih.
Dia merebahkan tubuhnya dilantai teras. Tidak peduli kalau Rita akan mengomel karena ulah anehnya setelah jantungnya kambuh.
"Kapan ya jantung gue sembuh? Atau berhenti berdetak?" ucapan gadis itu semakin melantur kemana-mana.
"Didalam mimpi gue punya banyak temen. Tapi didunia nyata mereka datang ke gue waktu butuh doang" ujar Alana sambil terkekeh garing.
Simpel kan hidupnya?
Orang datang hanya karena membutuhkan bantuan dan juga karena kasihan. Kadang kenyataan itu membuat Alana lupa caranya bersyukur atas hidupnya.
"Astagfirullah, kamu kenapa Al?"
Farhan yang keluar hendak mencuci mobil dikagetkan dengan sebuah tubuh yang tergeletak diteras rumah. Pria itu mengelus dadanya pelan. Alana membuat dia tertular jantungan.
"Bawa Alana pergi dari sini pa. Ke Amerika, Belanda, atau kemana gitu kek!" ujar Alana sambil memeluk kaki ayahnya.
Pria itu menatap putrinya bingung.
"Kamu salah makan, ya? Bukannya kamu suka di Indonesia?"
"Udaranya bagus. Orangnya ramah-ramah, terus ada Dean juga disini. Kamu bilang nggak akan ada sahabat lain yang bisa gantiin dia. Kenapa berubah fikiran, hum?" tanya Farhan setelah berjongkok didepan putrinya.
Alana langsung menangis, dia memeluk pahlawannya itu erat.
"Alana tarik semua ucapan itu!"
•••
Author backk!
Hari ini update berapa part ya🤔Terus pantau yukk!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...