Minggu kedua berlalu. Alana merasa bosan jika terus tiduran diatas ranjang. Gadis itu meminta Dean membawa dia berkeliling taman rumah sakit untuk mencari udara segar. Dean dengan senang hati menuruti keinginan Alana.
Ada yang berbeda dengan Dean hari ini. Cowok itu lebih banyak diam dan melamun, membuat Alana bingung.
"Ada masalah disekolah?" tanya Alana.
Dean sempat kaget mendengar teguran Alana, lalu tersenyum.
"Enggak kok! Semua aman terkendali!"
Alana mengangguk ragu. Sepertinya tidak begitu.
Namun dia memilih diam. Jika memang penting pasti Dean akan bercerita padanya. Dia tidak ingin memaksa. Benar kata Keisya dulu. Tidak semua rahasia harus dicurahkan padanya. Setiap orang punya batasan privasi.
"Dua minggu lagi." gumam Alana. "Lo bisa temenin gue selama itu, kan?" tanyanya.
Dean menganggukkan kepala sembari tersenyum. Dia merangkul pundak Alana, membantu gadis itu berjalan menyusuri taman.
"Al"
"Hm?" sahut Alana.
Cowok itu menghentikan langkahnya. Dia berdiri didepan Alana dengan tangan memegang kedua pundak gadis itu. Ditatapnya Alana serius.
"Janji sama gue lo harus bangun lagi, ya?" ucap cowok itu sambil mengelus surai Alana.
Alana menatap bingung. "Iya lah! Nanti lihat aja sendiri. Lo percaya kan gue kuat?"
Dean menganggukkan kepala.
Mereka kembali melanjutkan langkah. Dibawah sinar jingga langit senja keduanya berjalan santai. Menikmati semilir angin yang menyejukkan kulit.
"Keisya nggak marah. De?" tanya Alana tiba-tiba.
Dean menoleh bingung. "Marah?"
"Cowoknya jagain cewek lain terus. Dia kapan dapet quality time sama lo?"
Cowok itu tersenyum simpul. "Gue putus"
"APA!?"
Alana melotot kaget, bahkan gadis itu berteriak dengan suara keras yang mengundang perhatian orang disekitar. Buru-buru dia membungkam mulutnya dan melempar senyuman ramah kearah orang-orang yang menoleh.
"Sejak kapan?" cicit Alana.
"Hari pertama waktu lo masuk RS" balas Dean santai.
Gadis itu kembali melotot. "Kenapa nggak bilang gue?"
"Kenapa harus bilang? Lo masih ngarep sama gue?" goda Dean sembari menaik-naikkan alisnya.
Alana langsung memukul kepala cowok itu dengan kepalan super. Ucapan Dean itu membuat dia salah tingkah.
"Bercanda, Al! Gemes banget sih!"
•••
Kalau kata orang lebih baik ikutin apa kata feeling. Karena Alana merasa ada yang aneh dengan Dean. Cowok itu nampak beberapa kali menerima telepon dan menjauh sejenak darinya. Seakan ada banyak sekali yang menghubunginya hari ini.
Dean baru saja kembali setelah menerima telepon ke tiga. Cowok itu duduk dikursi samping ranjang Alana.
"Sorry ya? Emang gue banyak tugas. Makanya pada minta contekan" tutur Dean sambil nyengir.
Alana hanya membalas dengan anggukan kepala dan senyuman tipis. Kenapa minta contekan harus lewat telepon?
"Oh iya. Nanti kalau gue udah selesai operasi, lo wajib ajakin gue keliling Jakarta. Oke!?" pinta Alana dengan wajah senang.
Dean membalas dengan hormat. "Siap laksanakan tuan putri!"
Alana tertawa, diikuti Dean. Setidaknya Dean melihat tawa Alana hari ini. Membuat mood cowok itu sedikit membaik.
"Oh iya, Al. Satu minggu kedepan gue ada ujian, jadi nggak bisa temenin lo. Gapapa, kan?" tanya Dean ragu.
Gadis itu mengerutkan kening. "Ujian apa dah?"
"Biasalah, orang pinter mah! Disuruh ikut olimpiade ini itu" balas Dean sombong.
Membuat Alana memutar bola mata malas. Tidak berubah.
"Gapapa sih, tapi waktu operasi lo harus temenin gue!" tegas Alana tak terbantahkan.
Dean menganggukkan kepalanya pelan, dia berdiri, menatap Alana serius. Membuat gadis itu salah tingkah sekaligus bingung.
"Lo kenap--"
Cup!
Perlahan wajah Alana memerah sampai ke ujung telinga karena kecupan singkat dikeningnya itu. Bahkan gadis itu sampai cegukan karena merasa gugup, malu, senang, bercampur aduk menjadi satu.
"Itu hadiah biar lo semangat" tutur Dean sambil nyengir.
Alana menggaruk pipinya, manik matanya bergerak tak menentu, seolah mencari sesuatu untuk dipandang selain memandang Dean.
"Baru kening loh Al?" tanya Dean tak percaya saat melihat reaksi Alana.
"Gimana kalau--"
"DEAAAAAN! MALUUU!"
•••
Nextt lagi yukk!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...