Mobil Alana berhenti disebuah rumah mewah dan megah yang berjarak tiga blok dari rumahnya. Bangunan itu didominasi dengan cat warna biru laut, berbeda dengan rumah lain yang bercat putih tulang.
Alana keluar dari mobil sambil menarik-narik tangan Athala. Cowok itu nampak kebingungan mengapa adiknya membawanya kesini, dan dia tidak tau ini rumah siapa.
"Ayo, aman. Gue kenal yang punya rumah" tutur Alana sambil menarik narik tangan Athala pelan.
Athala hanya mengangguk pelan lalu keluar dari mobil. Bola matanya meneliti setiap sudut rumah ini. Nampaknya dia mencoba mengingat-ingat apakah punya saudara yang tinggal disini.
Sementara Alana berjalan santai lalu membuka gerbang tinggi rumah itu. Sedangkan Athala hanya mengendap-endap berjalan dibelakangnya.
"Lo ngapain sih?" tegur gadis itu.
"Nanti kalo dikira maling, bisa berabe kita"
"Udah deh percaya sama gue" tuturnya kesal.
Mereka berdiri didepan pintu rumah besar itu. Tangan kanan Alana terulur untuk memegang knop pintu. Namun Athala dengan segera menepisnya.
"Ketuk dulu, nggak sopan"
Gadis itu cekikikan lalu membuka pintu berwarna cokelat gelap ini sampai terbuka lebar.
"Rumah siapa sih?" tanya Athala kepo.
"Masuk aja, ntar lo tau sendiri"
Dengan langkah santai gadis itu masuk kedalam rumah berlantai putih ini. Baru langkah pertama rasanya hawa dingin menerpa kulit karena air conditioner alias AC yang nempel disetiap dinding.
Athala mengikuti langkah adiknya dengan was-was. Takut kalau ada yang mengira tidak-tidak. Kan nggak lucu kalau ada berita 'lulusan S1 kedokteran terciduk sedang maling dirumah mewah'.
"HALLOO! ALANA COME BACKK GUYSS!"
Athala langsung memelotokan mata saat Alana berteriak heboh diruang tengah. Seakan memanggil penghuni rumah ini, memang nyatanya begitu.
"Al, ntar lo digampar sama penghuni rumah!" cicit cowok itu sebal.
"Gue aman, palingan elo yang digampar" ujar gadis itu santai.
Perlahan terdengar derap langkah dari arah lantai atas. Athala langsung memejamkan mata tidak berani melihat sang pemilik rumah. Terlalu parnoan setelah pulang dari Amsterdam.
Langkah itu berhenti didepannya. Membuat cowok tampan itu mendongakkan kepala pelan sambil perlahan membuka matanya.
Meyelsa menatap adik laki-lakinya dengan tatapan berkaca-kaca. Dia menangkup kedua pipi adik laki-lakinya itu. Memastikan kalau yang dia lihat didepan matanya ini nyata.
Plak!
Satu tamparan keras mendarat dipipi kanan cowok itu. Dan pertempuran dimulai. Alana mundur perlahan dan duduk disofa.
"Kok gue digampar sih kak?" tanya Athala sebal.
"Kan udah gue bilang" sahut Alana santai memasang tampang watados.
Cowok itu sejenak memandang adiknya datar lalu kembali fokus pada Meyelsa yang mulai menangis bombay.
"Gue kira lo udah mati!"
"Durhaka banget ya lo nggak ngabarin kita-kita!"
"Lupa sama mama papa lo?!"
"Otaknya dipake dong mas!! Dirumah ada yang nungguin kabar!"
"Dua tahun lo ngelayap nggak pulang-pulang!"
Meyelsa menangis sesenggukan. Alana yang melihat hanya memasang wajah datar. Serasa nonton sinetron Indosiar. Judulnya 'adikku merantau tak pernah pulang, lupa mengabari orang rumah, lulus-lulus jadi sarjana'.
"Maaf Kak, gue terlalu fokus sama kuliah. Lo tau kan tujuan gue apa?" dia melirik Alana.
"Ngobatin adik kecil kita" sambungnya.
Pletak.
Meyelsa menjitak kepala cowok itu pelan. Alana yang melihat itu menahan tawanya dengan membekap mulut. Sedikit kasihan pada abangnya itu.
"Tapi nggak gitu juga!"
Mereka saling berpelukan seperti telletubies. Disaat-saat seperti ini Alana merasa menjadi bagian telletubies yang terbuang. Dia hanya mencebikkan bibir kesal.
"Lo kok disini Kak? Rumah siapa ini?" tanya Athala sambil celingak-celinguk.
Meyelsa tertawa pelan. "Ini rumah gue,"
"HAAAA!!?"
"Gue udah nikah sama Mas Fatih"
"HAAAA!!?"
"Gue hamil lima minggu"
"HAAAA!?"
Sementara Alana tertawa melihat respon abangnya yang terlalu over. Muka cengo yang membuat humor gadis itu anjlok seketika.
"Minta digampar tu Kak" tutur gadis itu mengompori.
"AL" Athala menatap sang adik dengan tatapan datar.
"Becanda, hehe"
•••
Insyaallah author up lagi besok..
Lanjutt!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...