5 Tahun Kemudian..
Para karyawan sibuk merumpi, membicarakan bos besar mereka yang katanya akan mengelola cabang disini. Selama ini mereka tidak pernah bertemu dengan pemilik perusahaan ini. Hanya ada sekretaris bos yang mengelola perusahaan atas perintah bos.
"Lo denger nggak, Al?" tanya seorang gadis berambut ikal.
Alana menoleh. "Alhamdulillah kuping gue sehat"
Gadis berambut ikal bernama Arnela itu mendengus mendengar jawaban Alana yang tidak pernah serius. Alana tidak pernah peduli dengan gosip dan berita hangat dikantor. Gadis itu memilih fokus pada kerjanya dan pura-pura tidak tau.
"Katanya bos besar bakalan kesini" ujar Arnela dengan pekikan tertahan.
"Baru katanya, kan?" balas Alana acuh.
"Ish! Diem dulu napa!" kesal Arnela. "Terus katanya bos besar kita itu ganteng!"
Alana kembali menoleh. "Baru katanya, kan?"
Arnela menggigit bibir bawah dalamnya. Lalu mencabik-cabik udara didepan Alana. Andai saja dia berani, Alana sudah dia buat tongseng sejak lama.
"Ah! Satu lagi Al" seru Arnela tiba-tiba.
Alana menghela nafas kasar. "Apalagi?"
"Masa bos kita umurnya masih 23? Muda banget dong!" pekik Arnela heboh.
Alana memutar bola matanya malas. Arnela kalau ngomongin soal cowok mapan dan ganteng aja cepet. Tapi kalau disuruh kerja banyak sekali alasan.
Gadis itu segera bangkit dari kursinya. Membuat Arnela spontan bertanya.
"Mau kemana?" tanya Arnela.
"Ke kantin. Males gue berbagi udara sama lo!" balas Alana ngawur, kemudian berlalu begitu saja.
Arnela memanyunkan bibir. "Alana semprul!"
•••
"Tumben ke kantin jam segini?"
"Kerjaan lo udah selesai?"
"Cepet banget, lo pake bantuan jin, ya?"
"Pantesan kalau lo lewat bau kembang, ternya--hmphh!"
Alana langsung menyumpal mulut cowok berwajah bule itu dengan menggunakan tempe goreng. Mulut Alister terkadang tidak bisa diam. Tidak heran orang-orang menyebutnya 'cowok tukang rumpi' karena dia selalu update berita terpanas dikantor.
"Bisa diem?" tanya Alana sembari melempar tatapan tajam.
Alister nyengir disela-sela kegiatan mengunyah tempenya. Lumayan, tempe gratis dari Alana.
"Lo udah denger, katanya bos besar bakalan pegang cabang ini?" tanya Alister.
Sama persis.
Arnela dan Alister tidak ada bedanya!
"Terus? Lo pikir gue peduli?" tanya Alana ketus.
Alister mengendikkan bahu. "Siapa tau mau lo gebet. Ganteng loh Al."
Alana menunjukkan senyuman terpaksa. Dia memakan ketoprak dihadapannya dengan kunyahan kuat karena kesal. Dia memang jomblo, tapi dia tidak minat berpacaran saat ini. Alana ingin fokus bekerja mencari uang saja.
"Mending lo aja yang gebet, siapa tau cocok" jawab Alana ngawur.
Alister bergidik ngeri.
"Lo kira gue gay? Gue masih doyan cewe-cewe kawai kalik!"
Gadis itu hanya membalas dengan kekehan renyah. Sangking lama dia menjomblo, orang-orang sampai gemar menjodoh-jodohkan dia dengan cowok tampan. Tapi Alana selalu menolak. Lebih tepatnya Rita--mamanya, juga menyuruh Alana menjomblo saja.
Katanya cowok bisa dicari belakangan. Yang penting kita punya uang untuk menikmati hidup dulu. Sebelum terikat oleh sebuah hubungan sakral nantinya.
"Oh ya. Mbak Ajeng udah konsultasi sama lo?" tanya Alister.
Alana menggeleng. "Belum. Dia sibuk"
"Itu orang ya! Udah bikin naskah banyak revisi. Nggak tepat waktu lagi buat konsul" dumel Alister.
"Gini susahnya kerja diperusahaan penerbit. Banyak keluar masuk kantor" balas Alana menyetujui.
Alister mengangguk, membenarkan ucapan Alana.
"Oh iya. Lo sendiri? Cerita lo nggak lo terbitin? Lumayan loh Al kalau laku dapet--"
"Nggak!"
"Yaelah, emang kenapa sih?" tanya Alister greget.
Alana memalingkan wajah.
Tokoh cowoknya pergi ninggalin gue.
"Males. Ribet" balas Alana tak sesuai jalan fikirannya.
Alister melotot. Jika saja Arnela ada disini, pasti dia akan mengeluarkan sumpah serapah untuk Alana. Peluang sangat besar karena Alana bekerja dikantor penerbit. Tapi lihat apa jawaban gadis itu?
"Pertama kali gue nemu orang se-ogeb lo. Sumpah!" geram Alister.
Alana hanya melemparkan senyuman datar kearah cowok itu, lalu kembali melanjutkan makan. Memang hidup Alana sesimpel itu setelah orang yang sangat berarti didalam hidupnya pergi tanpa kabar meninggalkannya selama lima tahun.
Gue udah kelihatan bahagia, kan?
•••
Nextt yaa!
Jangan lupa vomen..
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...