Malioboro.
Siapa yang tidak tau tempat terkenal dikota Jogja itu. Hampir semua orang yang pergi ke Jogja menyempatkan diri pergi ke Malioboro. Termasuk tiga orang yang sejak tadi asik dengan kamera ponsel masing-masing. Membidik gambar yang bagus.
"Dean!"
Kegiatan ketiganya terhenti saat mendengar suara gadis memanggil salah satu dari mereka.
"Lita?" balas Dean bingung.
Gadis itu menghampiri Dean kemudian menunjukkan senyuman sumringah. Sementara Alana mencoba untuk acuh dengan cara memotret-motret jalanan didepannya. Sabar dulu Al! Nanti kalau mulai genit lemparin aja ke tengah jalan.
"Kok lo bisa disini? Jangan-jangan lo stalking gue, ya?" tutur Lita sembari tertawa pelan.
"Dih, narsis." gumam Alana pelan.
Lita hanya melirik sinis. "Kapan-kapan jalan bareng yuk di Jogja? Gue kurang tau jalan disini. Takut nyasar, gitu."
"Gue juga--"
"Apa gunanya GPS" Alana memotong ucapan Dean tanpa melirik kedua orang itu.
"Tetep aja gue takut. Nanti kalau gue diculik bule disini, terus dijual gimana? Kan banyak yang naksir sama gue." jelas Lita sambil menggenggam tangan Dean.
"Aduh Lit, gue--"
"Diculik sama om-om kalik." Alana kembali menyindir.
Kali ini Lita mendelik sinis. "Excuse me! Kalau mau ngomong langsung aja ke gue!"
Alana menoleh, menatap gadis dengan rambut berwarna kuning menyala itu tak kalah sinis.
"Gue nggak ngomong sama lo." balasnya ala kadarnya.
Dengan geram Lita menghampiri Alana. Gadis itu bersedekap tepat didepan Alana. Menatap Alana dengan tatapan menilai dari puncak kepala sampai ujung kaki. Kemudian berdecih sinis seakan mengejek.
"Nggak cantik. Lo kasih apa ke Dean? Kenapa dia bisa nempel banget sama lo?" bisik Lita sembari melotot tajam.
Alana tersenyum remeh. "Mau gue kasih apapun, bukan urusan lo kan?"
"Cih! Wanita nggak ada harganya." ledek Lita, dengan suara lirih tentunya.
Tangan Alana langsung terkepal. "Apa!? Ngomong sekali lagi!" bentak gadis itu.
"Murah, lo itu murahan Alana." bisik Lita.
Plak!
"ALANA!"
•••
"Biarin aja biarin! Udah biarin mukanya ungu semua! Kalau perlu gue patahin aja semua tulangnya! Belagu banget jadi cewek. Enak banget mulutnya nyerocos ngomong yang enggak-enggak!"
Alana terus mengomel didepan Dean. Sementara Athala berusaha meminta maaf pada Lita karena Alana menampar gadis itu. Dan sekarang Lita sedang nangis bombay didepan Athala. Mencari perhatian agar dikasihani.
"Tapi jangan main kekerasan dong, Al" tutur Dean.
"Terus gue harus gimana!? Pake kelembutan!?"
Dean menepuk jidat pelan. "Kan bisa diselesaikan baik-baik."
"Baik-baik gimana, kalau--"
"Kasihan Lita-nya luka, Al." Dean memotong ucapan Alana.
Membuat gadis itu bungkam seketika. Dia menatap Dean dengan pandangan tak percaya.
"Lo lebih kasihan sama Lita?" tanya Alana kecewa.
Dean menghela nafas pelan. "Setidaknya jangan pakai kekerasan lah Al. Lo sendiri kalau ditampar begitu pasti kesakitan."
Alana membuang muka. Kenapa Dean seakan membalikkan semuanya ke dia? Rasanya sakit, lebih sakit dari kata murahan yang Alana dengar tadi. Sungguh!
Alana mengalihkan pandang agar tidak melihat wajah Dean. Gadis itu menyeka air matanya dengan cepat. Dean sangat menyebalkan! Alana benci cowok itu!
"Al." panggil Dean lirih.
Gadis itu tidak menjawab. Jika dia menjawab, Dean akan tau kalau gadis itu tengah menangis.
"Minta maaf sama Lita, ya?" pinta Dean lembut.
Alana mengepalkan tangannya disamping badan. Enggan menggubris ucapan Dean yang satu itu. Karena rasanya hatinya semakin sakit.
"Alana." Dean memanggil lagi.
Alana masih diam.
"Al!" nada bicara Dean mulai tidak bersahabat.
Air mata Alana semakin cepat mengalir.
"Alana!" kini Dean membentak.
Sudahlah! Biarlah Dean tau. Toh Alana memang gadis cengeng. Dia membalikkan badannya.
"Kenapa harus gue!? Karena gue nampar Lita duluan!? Iya!?" pekik Alana dengan mata dan hidung memerah karena tangisnya.
Dean tertegun.
"Kenapa lo milih membela orang lain disaat sahabat lo dikatain!? Kenapa lo nyuruh gue minta maaf duluan sementara dia yang mulai cari masalah!?" bentak Alana.
"Al, Lita itu--"
"Gimana perasaan lo kalau sahabat lo dikatain murah!? Murahan, nggak ada harganya!?" tanya Alana sembari menatap Dean serius.
"Murahan?" Dean membeo dengan mata membulat kaget.
"Sakit, De! Sakit banget!" tutur Alana tersedu-sedu sembari memukul-mukul dada bidang Dean.
Cowok itu langsung mendekap Alana. Membiarkan Alana menangis sampai puas dipelukannya. Seharusnya Dean mengerti sejak awal, kalau Alana tidak akan main kekerasan jika masalah tidak sampai diluar batas. Seharusnya Dean lebih mempercayai Alana.
•••
Langsung next?
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...