Seorang cowok memandang gadis yang tengah memelototi tembok dengan senyuman geli. Dia sedang berada diatas pohon mangga yang letaknya tidak jauh dari gadis itu. Sebenarnya dia ingin masuk duluan, namun dia kepo bagaimana cara gadis itu melompati tembok nantinya.
Senyuman dibibirnya langsung pudar saat melihat seorang cowok datang dan berdiri tepat dibelakang gadis yang sedang mendumel itu. Keduanya nampak mengobrol, akrab. Bahkan sesekali tertawa pelan. Membuat Dean mencibir dalam hati. Dasar cebol caper!
Dia memelototkan matanya saat Azril berjongkok kemudian dengan santainya Alana naik ke pundak cowok itu. Hal itu membuat kedua tangan Dean terkepal erat. Namun dia tetap diam, ingin melihat kelanjutan adegan itu.
Azril lompat ke dalam, dia nampak merentangkan tangannya kearah Alana. Dan gadis itu tertawa pelan, kemudian melompat. Nafas Dean tertahan saat Alana masuk kedalam pelukan Azril. Keduanya sama-sama terdiam cukup lama.
Sampai akhirnya Alana meloloskan diri dari pelukan cowok itu, kemudian berujar keras.
"G-gue ke kelas duluan!"
Dan gadis itu meninggalkan Azril sendirian disana. Hal yang membuat Dean terkejut. Azril langsung menoleh kearahnya, menatap Dean dengan tatapan sinis dan senyuman miring dibibirnya. Hal itu membuat Dean geram.
Cowok itu melompat turun dari pohon. Dia membalas tatapan sinis yang dilayangkan Azril. Sejak awal Dean tau kalau cowok ini memiliki maksud lain saat menolong Alana.
"Ternyata dia cantik. Masih sama kaya dulu, ya?" tutur Azril sambil tertawa renyah.
Dean mengepalkan tangan. "Apa tujuan lo?"
"Kalau gue sedikit mainin sahabat lo, kayaknya asik." balas Azril.
"Lo sentuh Alana, nyawa lo ada ditangan gue." desis Dean dengan suara tertahan.
Azril berdecih, dia melangkah maju mendekati Dean. Menatap cowok itu sembari menyeringai lebar.
"Inget, lo cuma harus jagain dia. Kenapa lo bela dia segitunya?" tanya Azril tajam.
Bugh!
Dean melayangkan bogeman mentah tepat dirahang cowok itu. Membuat Azril mundur beberapa langkah sembari memegangi rahangnya yang berdenyut nyeri.
"Lo nggak perlu ikut campur masalah itu." bisik Dean dengan seluruh penekanan kemudian pergi meninggalkan Azril.
Azril menatap kepergian Dean dengan mata nyalang penuh emosi. Dean selalu berhasil memancing emosinya. Namun nampaknya asik bermain-main dengan Alana. Dia ingin tau, seberapa pandai Dean menjaga gadis itu.
•••
Sejak tadi Dean tidak mengajak Alana berbicara. Cowok itu hanya diam sembari memakan soto. Alana yang merasa aneh memilih untuk diam. Ingin melihat berapa lama Dean bisa mendiamkannya. Dean memang susah dimengerti.
Hampir satu jam sejak dikelas tadi keduanya diam-diaman. Dan Alana mulai tidak betah.
"De!" panggilnya kesal.
Yang dipanggil hanya membalas dengan deheman.
"Lo marah ya sama gue?" tanya gadis itu ragu.
Dean menghentikan makan, kemudian menoleh.
"Gue marah sama diri gue sendiri."
Alana mengernyitkan alis. "Kenapa?"
Gue lalai jagain lo.
"Gue lupa bawa buku fisika."
Mulut gadis itu membulat sempurna. "Emang hari ini ada fisika, De?"
Cowok itu menaikkan kedua alisnya. "Iya."
"Gue juga nggak bawa! Waduh! Gimana dong. Arghh! Gue nggak mau dihukum bersihin toilet!" rengek gadis itu.
Dean tersenyum tipis sembari geleng-geleng kepala. Sebenarnya cowok itu membawa buku fisika. Dia hanya beralasan karena dia tau Alana selalu kelupaan membawa buku yang dipenuhi rumus itu. Tidak mungkin dia membiarkan Alana dihukum sendiri.
"Bolos yuk!" ajak gadis itu dengan mata berbinar.
Cowok itu menggeleng. "Gue nggak mau dimarahin tante Rita."
"Emang mama pernah marah sama lo?" sindir Alana sambil bersedekap.
Kini cowok itu terkekeh. Tangannya terulur mengacak puncak kepala gadis itu. Sementara Alana memasang wajah cemberut.
"Yuk? Ke Dufan kek, atau Ancol?" ajak Alana antusias.
Dean melotot. "Nggak boleh ke Dufan!" tegasnya.
Bibir Alana tersungging kebawah. "Kenapa?"
"Naik wahana mahal, gue lupa nggak bawa uang lebih." bohong cowok itu sambil mengaduk-aduk sotonya.
Alana tersenyum tipis, dia merangkul pundak Dean kemudian berujar.
"Bilang aja lo takut gue kambuh kaya dulu. Gara-gara rollercoaster itu. Ya, kan?" selidik gadis itu.
Dean tidak menjawab.
"Tenang aja De, gue sekarang udah kebal." sombong gadis itu. Dia menunjukkan jam yang melingkar ditangannya.
"Buktinya dia nggak pernah bunyi hampir setengah tahun." papar Alana dengan senyuman manis.
Kini Dean tersenyum. "Dari dulu gue percaya lo itu kuat."
•••
Menarik nggak sih?
Semoga kalian terhibur✨
Stay healthy!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...