"Kok lama banget? Kalian naik mobil atau naik becak sih kesana?"
Alana dan Dean meringis pelan. Gara-gara kejadian memalukan di supermarket tadi. Alana meminta belanja di tempat lain, gadis itu malu bukan main. Karena satu supermarket membicarakan mereka. Entah katanya pasangan yang menggemaskan, romantis, bahkan ada yang minta tips hubungan langgeng.
"Kok diem? Kalian nggak berbuat aneh-aneh, kan?" tanya Venita penuh selidik.
Dean melotot. "Aneh-aneh apanya sih bun?"
"Ya siapa tau kalian nggak bayar belanjaan bunda."
Alana tertawa pelan sambil menabok punggung Dean. "Enggak kok tan!"
Sementara Dean memasang wajah kesal. Pemikiran bundanya kadang membuat Dean salah paham. Cowok itu memilih pergi ke kamarnya sembari menggerutu pelan.
"Ada Alana disini, kok malah ditinggal ke kamar!? Dean!" teriak Venita dengan suara menggelegar.
Dean tidak menghiraukan, dia terus melangkah hingga tubuhnya hilang dibalik pintu kamar. Venita mendengus keras. Putranya sangat keras kepala. Tumbuh tanpa ayah membuat Dean memiliki pemikiran dewasa, berusaha melindungi sang ibunda dan orang disekitarnya.
"Alana. Kamu udah ditembak Dean?" tanya Venita.
Alana yang sedang memakan snack terbatuk pelan. "Hah?"
"Ish, si Dean mah malu-malu. Padahal bunda yakin dia suka sama kamu." kompor Venita.
Alana tertawa pelan. "Iya deh tan, Alana percaya."
Gadis itu tau Dean menyayanginya sebagai teman. Begitu juga dia yang menyayangi Dean sebagai teman. Cowok itu selalu menjaga dia seperti menjaga adik kandungnya sendiri. Bahkan Dean akan menyalahkan diri sendiri jika Alana sampai lecet.
"Kamu susul gih si Dean. Bunda kesel kalau dia tidur jam segini, nanti pasti molor sholat Maghribnya" ujar wanita paruh baya itu sembari berjalan menuju dapur.
Alana hanya mengangguk kemudian melangkahkan kaki menuju kamar Dean. Dia mengetuk pintu cokelat itu beberapa kali, namun tidak ada sahutan dari dalam. Dia memutuskan untuk membukanya perlahan.
Tidak ada siapapun didalam, namun terdengar suara gemercik air dari kamar mandi. Alana masuk kedalam kamar dengan nuansa monokrom itu. Jika dia memiliki koleksi satu etalase penuh dengan boneka, Dean lebih suka lukisan-lukisan hitam putih.
"Itu..gue?" gumam Alana saat melihat wajahnya terpampang paling besar dalam sebuah lukisan hitam putih.
"Bukan, itu kembaran dakjal" sahut Dean yang baru selesai mandi.
Alana mendengus pelan. Sementara Dean menggosok-gosok rambutnya dengan menggunakan handuk.
"Kenapa lo gambar gue?" tanya Alana bingung.
Dean mengendikkan bahu. "Gabut."
Gadis itu melotot tak terima. "Jadi gue bahan gabut doang!?"
"Kalau lo bahan gabut, gue udah terima cewek-cewek diluaran sana yang rela kehilangan harga diri demi nembak gue." papar Dean panjang lebar.
Alana nyengir kuda, kemudian menepuk punggung Dean beberapa kali. "Makin sayang deh sama Mas Ganteng."
Cowok itu tersenyum tipis kemudian dengan acuh melempar handuknya ke atas kasur. Membuat Alana memekik kesal.
"Dean!! Jangan lo taruh disitu. Nanti kasur lo basah semua, nggak kering baauu Deaan! Terus bakteri-bakterinya pasti banyak banget itu! Subhanallah buruan ambil!!" omel Alana.
Dean terkekeh. "Semoga istri gue nanti nggak secerewet lo, Al."
"Dan semoga suami gue nanti nggak pemalas kaya lo." sahut Alana tak mau kalah.
"Eh, tapi gue pengen punya istri yang bisa masak kaya lo."
Alana tersenyum. "Dan gue pengen punya suami bisa jagain gue, kaya lo."
Cowok itu langsung bertepuk tangan heboh. "Yaudah fiks!"
Kedua alis Alana terangkat tinggi. "Apa?"
"Ayok nikah!" ajak Dean ngawur.
"GEMBLUNG!"
•••
Alana sejak tadi diam sembari menatap etalase bonekanya. Dean benar-benar gila. Cowok itu mengajak Alana menikah dengan begitu santainya. Walau Alana tau itu hanya candaan, tetap saja rasanya penyakit jantung Alana hampir kambuh.
"Lo ngapain dek? Lagi telepati sama binatang lo?" sindir Athala sambil mendudukkan diri disamping Alana.
"Gue lagi mikir. Siapa ya calon suami gue dimasa depan." tutur Alana.
Athala tertawa pelan. "Dean! Calon suami masa depan lo itu dia!"
"Kampret! Gue tau ujung-ujungnya jawaban lo itu." kesal Alana.
"Tapi ya dek. Lo beruntung banget deket sama cowok yang ganteng, baik, pinter, bisa jagain lo. Kurang apa coba? Gue yakin papa udah restuin kalian dari jaman orok." papar Athala.
Memang benar adanya. Namun Alana tiba-tiba terfikir akan sesuatu.
"Bang!"
"Paan?" sahut Athala.
"Lo tau siapa suaminya tante Venita?" tanya Alana lirih.
Athala langsung menganggukkan kepala. "Tau!"
Kedua mata Alana berbinar semangat. "Siapa!?"
"Bapaknya Dean."
•••
Halo haloo!
Lama nggak upate wkwk
Gimana part kali ini? Seruu?
Jangan lupa vote dan kasih coment yukk!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...