"Tau nggak sih ma, aku lihatin Dean sama Alana udah kaya lihatin pasutri lagi ngobrolin masa depan."
Athala mengajak sang ibunda menggibah didapur sembari asik memperhatikan dua orang yang tengah berbincang santai diruang tamu rumah. Tentu saja mereka mengamati setiap gerakan kedua insan itu dengan detail.
Mulai dari Alana menyender dibahu Dean. Gerakan tangan Dean yang mengelus lembut puncak kepala Alana. Terkadang cowok itu merangkul bahu adik Athala. Mengecup puncak kepala Alana karena gemas pada gadis itu. Dan Alana nampak nyaman.
"Mama mau mereka nikah kalau udah lulus." tutur Rita sambil memotong timun.
Athala melongo. "Habis lulus? Cepet banget??"
"Kenapa? Merasa kalah karena adik kamu nikah duluan?" cibir Rita. "Makanya cari pacar sono!"
Cowok itu mendengus pelan. "Kenapa malah bawa-bawa masa depan Atha, kita lagi ngomongin mereka, ma" rengeknya.
Rita tertawa geli. Putranya itu lebih manja dari putri bungsunya. Memang Athala tidak berubah sama sekali sejak menghilang dua tahun dari Indonesia. Cowok itu pergi begitu saja setelah terjadi pertengkaran besar persoalan penyakit Alana dulu.
Athala yang kekeuh ingin kuliah diluar negeri selalu ditentang oleh Farhan. Pria itu tidak mau putranya jauh dari keluarga. Namun Athala yang memiliki tekad kuat menjadi dokter memilih menjadi anak pembangkang, dan pergi tanpa sepengetahuan mereka semua.
"Lihat tuh ma. Masa ada orang sahabatan kaya gitu?" Athala menunjuk kedua insan yang nampak begitu mesra itu.
Rita tertawa pelan. "Mereka memang cocok. Dari dulu mama udah tau kalau Dean orang yang baik."
Perbincangan mereka terhenti tatkala Alana berjalan mendekati mereka dengan senyuman sumringah. Keduanya berpura-pura sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Mamaku sayaaang!" tuturnya manja.
Rita melirik. "Hm?"
"Boleh ya Alana ke Jogja waktu libur sekolah? Yaaa?" pinta gadis itu dengan mata berbinar.
"NGGAK! PERGI SAMA SIAPA!?" sahut Rita ngegas.
Alana sampai mengelus dada. "Sama Dean."
Raut wajah Rita langsung berubah kalem saat mendengar nama cowok itu. "Yaudah, pergi aja nggak apa-apa."
"Serius ma!?" pekik Alana. Dibalas anggukan kepala oleh wanita itu.
"Berdua doang? Kaya orang honeymoon?" sahut Athala.
Gadis itu langsung memelototi abangnya, membuat cowok itu tertawa sambil memegangi perutnya. Sementara Rita menutup mulutnya, tertawa pelan.
"Lo mau ikut?" tawar Alana.
Athala menyugar rambutnya kebelakang. "Kalau gratis mah, cus!"
"Matre!"
•••
Tok.. Tok.. Tok..
Dean mengetuk pintu kamar bundanya beberapa kali. Namun tidak ada sahutan apapun dari dalam. Memang seperti ini Venita kalau sedang marah pada putranya itu. Hanya diam saja, dan memilih mendengarkan kalau Dean berbicara.
"Dean waktu liburan nanti pengen ke Jogja sama Alana sama Bang Atha." tutur cowok itu.
"Bunda nggak apa-apa kan disini sendiri?" tanyanya lirih.
Meninggalkan sang ibunda sendirian membuatnya cemas. Walau Dean tau Venita bisa menjaga diri.
Tidak ada jawaban apapun.
"Kalau bunda takut sendirian. Dean nggak jadi deh pergi ke--"
Ceklek!
"Kata siapa bunda nggak ngebolehin!? Kamu mau batalin janji gitu aja!? Bunda nggak pernah ngajarin kamu jadi orang yang ingkar!"
Brak!
Pintu ditutup begitu saja. Dean menghela nafasnya pelan. Dia sangat paham perasaan sakit Venita saat ayahnya pergi begitu saja meninggalkan mereka. Dean juga merasakan bagaimana perihnya.
Namun ini sudah waktunya membuang masalalu dan melupakan semua kenangan sakit yang diciptakan ayahnya. Dean ingin terlepas dari dendam dan rasa benci.
"Maaf kalau ucapan Dean tentang ayah membuat bunda sedih. Tapi kita nggak bisa terus-terusan benci sama ayah." papar Dean lemas didepan pintu.
"Semua orang melakukan sesuatu karena adanya alasan. Semua orang pernah berbuat salah, dan semua orang pasti pernah menyesal."
Cowok itu tersenyum miris. "Dengan rasa sakit itu kita jadi keluarga yang kuat kan, bun?"
"Walau hanya berdua. Dean bahagia menjalaninya, karena Dean percaya. Kebahagiaan timbul dengan cara yang sederhana. Nggak melulu karena keutuhan dan kesempurnaan."
Perlahan pintu terbuka. Venita menatap putranya yang menunduk dengan tatapan nanar dan mata yang berkaca-kaca. Wanita itu langsung memeluk putranya erat.
"Maaf ini semua salah bunda."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔
Humor"Pengen mati aja Ya Allah!" Bukannya mencegah, Dean malah tersenyum kearah sahabatnya yang paling cantik itu sembari mengacungkan kedua jempolnya semangat. "Bagus!" "Ntar gue tahlilan kerumah lo, jangan lupa nasi boxs-nya ayamnya banyakin ya." Ini b...