EPILOG

33.6K 3.1K 74
                                    

"Menikah sama lo, Al."

Alana tertegun, dia menatap mata Dean yang memerah karena menangis. Cowok itu tersenyum, ibu jarinya mengusap air mata Alana dengan lembut. Tatapannya begitu teduh, penuh dengan kasih sayang. Bukan untuk sahabat, kasih sayang untuk seorang perempuan.

"Lo nggak perlu ngelakuin semua itu!" Alana menggeleng pelan.

"Gue akan terima lo apa adanya, De." ucapnya parau.

Namun Dean menggelengkan kepala. "Laki-laki itu harus punya tekad dan keberanian untuk menggapai sesuatu. Tapi dia harus punya bekal dan berusaha dengan tenaganya sendiri untuk menjaga apa yang ingin dia gapai."

Alana langsung memeluk cowok itu erat. Kenapa dia baru tau tentang kenyataan itu sekarang?

"Kenapa nggak lo jelasin lewat surat?..hikss.."

Dean mengelus surai Alana. "Terlalu panjang untuk ditulis melalui surat. Dan gue nggak mau memberi harapan palsu."

"Gue ingin datang dengan keadaan seperti sekarang, melamar lo secara langsung. Bukan melalui surat, karena surat nggak akan mampu menampung semua tulisan ungkapan rasa sayang gue sama lo."

"Betapa rindunya gue nanti kalau di Melbourne sendiri, rasa menyesal karena gue ninggalin lo, dan beribu-ribu maaf yang ingin gue ucapkan untuk lo." jelas Dean.

Alana mengangguk mengerti.

"Terus kenapa lo nyuruh gue lupain lo?" tanyanya.

"Karena gue takut. Saat gue kembali nanti hati lo bukan untuk gue, gue nggak mau lo terpaksa ada disamping gue."

"Maaf kalau itu semua membuat hati lo patah." bisik Dean lirih.

Alana melepas pelukan mereka. Dia menaruh kedua tangannya diatas pundak Dean. Memandang cowok didepannya itu sendu, bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.

"Dan sampai sekarang. I still fall for you."

Dean menatap Alana tak percaya. Alana masih mencintainya? Air matanya langsung mengalir melewati senyuman bahagia dibibir cowok itu. Dunianya seakan kembali cerah mendengar ucapan Alana.

"Makasih. Makasih karena hati lo masih untuk gue." ucap Dean dengan nada tak beraturan karena tak sanggup membendung rasa bahagianya.

Alana tersenyum menghapus air mata Dean. Kemudian dia mencibir dengan nada mengejek.

"CEO kok cengeng, sih?" godanya.

Dean terkekeh pelan. "Lo nggak tau? Hampir setiap hari gue nangis di apartemen Melbourne. Gue takut lo udah punya orang lain disini."

Gadis itu melepaskan tangannya dari pipi Dean, lalu menghembuskan nafas pelan. Dia berjalan menjauhi Dean, lalu duduk di kursi kebesaran cowok itu santai.

"Kayaknya jadi ibu CEO asik, ya?" tuturnya sambil mengedipkan sebelah mata.

Dean langsung tertawa. "Yuk! Gas ke KUA!"

Alana ikut tertawa. "GASKEN!"

•••

Siapa yang bisa menyangka kisah cinta bisa berakhir sesederhana itu? Hanya melalui untaian kalimat. Jaime Lichauco pernah mengatakan hal yang bijak mengenai cinta.

Ketika tiba saatnya bagi jiwa untuk bertemu, tidak ada apa pun di bumi yang dapat mencegah mereka untuk bertemu, di mana pun masing-masing dari mereka berada.

Ketika dua hati ditakdirkan untuk satu sama lain, tidak ada jarak yang terlalu jauh, tidak ada waktu yang terlalu panjang, dan tidak ada cinta lain yang dapat memisahkan mereka.

Mungkin hatiku dan hati Dean adalah dua belahan yang sudah ditulis menjadi sebuah takdir. Walau dipisahkan oleh jarak ratusan kilometer, tapi aku percaya, selama kami masih memandang langit yang sama. Itu artinya hati kami masih saling terhubung.

Karena aku percaya cinta tidak berdiri bersama dan saling memandang, tetapi melihat ke luar bersama-sama ke arah yang sama.

"Ma? Kok melamun?"

Suara seorang gadis menegur lamunanku. Aku langsung menoleh dan tersenyum kearahnya. Aneska Dandelion Malik. Gadis yang sangat aku sayangi. Tidak akan pernah ada orang lain yang mendapat rasa sayang sebesar rasa sayangku pada dia dan ayahnya.

Kuberi nama Dandelion, karena dandelion adalah bunga yang cantik dan  tangguh. Dia pernah mengudara dalam ketidakpastian disapu oleh angin tak tentu arah. Namun dia akan selalu tegar melewati berbagai halangan sampai dia menemukan tempat untuk tumbuh.

"Papa pulang!" teriakan itu membuat Adel melompat senang.

"Yee! Papa!" pekiknya, langsung melompat ke gendongan sang ayah.

Aku berdiri. Menatap pria berjas hitam legam yang juga tengah menatap kearahku itu. Dia tersenyum teduh. Lalu berjalan kearahku, memelukku erat sembari mengecup keningku lembut.

Tidak ada yang tau. Bahkan kisah cinta yang pernah retak pun bisa berakhir dengan bahagia.

•••

Huhhh! Akhirnya ending!!

Sebenernya aku sempat kepikiran untuk ngasih ending sad ke cerita ini..
Tapi aku mikir-mikir lagi. Kalau ending sad nanti pembacanya ikutan sedih :(

Dan pada akhirnya aku ngebut bikin ending yang happy buat kalian!
Maaf kalau cerita ini terkesan aneh..
Mau bikin cerita sedahsyat Cool Ketos itu susah banget.

Intinya makasih banget buat kalian yang udah baca dari awal sampai akhir.
Dan buat kalian yang udah vote atau menambahkan ceritaku ke perpustakaan 😊

Author hanya sebutir debu tanpa kalian semua❤




DEAL | Friend Into Lover| Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang