pembantaian keluarga Kamando

604 83 0
                                    

!Warning!
Typo bertebaran, kata kata mutiara.
Budayakan vote sebelum membaca.

“tunggu, kau bertemu pilar lagi? Apa itu pilar angin yang menyebalkan itu?” Ayumi sedikit terkejut.

“siapa lagi kalau bukan dia, untungnya Mina datang untuk menolongku kalau tidak mungkin aku sudah diseret ke hadapan kagaya” Nana terlihat sedikit kesal.

Keesokan harinya, Nana membuatkan Mina beberapa ringo ame sesuai janjinya. Dan hasilnya mereka sangat menyukai masakan Nana. Semakin hari mereka bertiga semakin akrab bahkan Nana sudah memperkenalkan Mina dan Ayumi ke Tanjiro dan keluarganya namun dalam wujud anak kecil, walau begitu Mina sangat senang bisa memiliki teman setelah 100 tahun lebih sendirian.

Dua keluarga itu sudah itu sudah sangat akrab satu sama lain, tak terasa mereka sudah berteman dan menjalin hubungan selama setahun. Itu artinya beberapa hari lagi adalah hari pembantaian keluarga Tanjiro.

“Nana-sama mau pergi kemana pagi pagi begini?” tanya Mina yang sedang mengeringkan rambut sehabis mandi dan mendapati Nana sudah rapi lengkap dengan haori dan topeng serigalanya.

“mau pergi sebentar, Mina-san jaga Ayumi sebentar sampai aku kembali ya!” ucap Nana melambaikan tangan pada Mina yang masih setia dengan handuk mandinya.

“hai’k!” jawab Mina bersemangat.

Di tempat Nana…(sudut pandang Nana)

Hari ini Nezuko akan menjadi iblis dan keluarganya dibunuh oleh Kibutsuji Muzan, aku bergegas pergi ke rumah keluarga Kamando sebelum Muzan bisa membunuh mereka semua.

Menyelamatkan satu anggota saja akan sangat berarti bagi Tanjiro, jangan sampai ia kehilangan senyumannya hanya karena sikap egois seorang iblis.
Aku hampir sampai di rumah Tanjiro, tapi sepertinya sudah terlambat. Saat akan pergi ke rumah Tanjiro aku menemukannya sedang memohon pada tapioka- eh maksudnya Tomika Giyuu sang pilar air untuk melepaskan Nezuko.

“HEI LEPASKAN TEMANKU ITU MUKA DATAR!!” aku berteriak dan berlari menuju Tomioka dan menendang kepalanya, membuat Nezuko bisa terlepas dari genggamannya.

Kemudian Tanjiro mendekati Tomioka dan berusaha menyerangnya namun gagal, pilar air itu berhasil melumpuhkannya dan tepat setelah itu sebuah kapak mendarat hampir tepat ke kepala Tomioka, lengah sedikit saja bisa membuatnya kehilangan nyawa.

Nezuko yang melihat kakaknya terluka langsung menghampiri Tanjiro dan melindunginya, itu membuat Tomioka Giyuu terkejut.

‘gadis itu sudah berubah jadi iblis, ia mendapat banyak luka karena serangan tadi. Bukannya memakan anak itu dia malah melindunginya..’ batin Tomioka keheranan, Ia kemudian memberikan sebuah bamboo padaku.

“pasangkan ini di mulutnya” aku hanya mengangguk tanda mengerti.

“mengapa kau melindungi iblis itu?”

“karena aku tau dia tidak akan memakan manusia, dia mungkin iblis tapi hanya ada sebagian kecil darah Muzan di tubuhnya” jawabku dingin.

“ikutlah denganku, Oyakata-sama menginginkanmu” Tomioka menarik tanganku tapi aku langsung menepisnya dengan kasar.

“kau pikir aku barang yang bisa kau berikan seenaknya pada atasanmu hah?! hanya karena dia akan memberi hadiah pada pilar yang bisa membawaku bukan berarti aku akan memberikan informasi tentang Muzan kalau kalian berhasil menangkapku” kataku dengan nada ketus, Giyuu yang mendengar itu hanya diam menatapku.

“NEZUKO!!” teriak Tanjiro yang baru sadar dari pingsannya.

“bawa dia ke Urokodaki Sakonji, katakana padanya Tomioka Giyuu yang mengirimmu” kata Giyuu datar kemudian pergi meninggalkan kami.

“Tanjiro, maafkan aku…jika aku datang lebih cepat mungkin ini tidak akan terjadi” tanpa sadar aku meneteskan air mata.

“ini bukan salahmu Nana-san, sebaiknya sekarang kita cari orang bernama Urokodaki Sakonji” Tanjiro menenangkanku.

“tapi Nezuko tidak boleh terkena sinar matahari atau dia akan menjadi abu, mungkin ada sesuatu di rumahmu agar kita bisa membawa Nezuko pergi..sekalian menguburkan keluargamu yang masih tersisa” jelasku
Setelah menguburkan keluarga Tanjiro kami pergi mencari sesuatu untuk membawa Nezuko, aku menemani Nezuko sementara Tanjiro sibuk mencari keranjang. Ia meninggalkan kami di gua terdekat yang tidak terkena cahaya matahari.

“maaf Nezuko, ini semua salahku…aku seharusnya datang lebih cepat, aku memang tidak bisa diandalkan” kataku sembari mengelus kepala Nezuko.

“hmmph…hmph…mph..” jawab Nezuko dengan wajah yang seolah mengatakan “berhentilah menyalahkan dirimu sendiri!!”

“Nana-san, Nezuko! Maaf membuat kalian menunggu lama” Tanjiro datang dengan sebuah keranjang rusak dan beberapa bamboo.

“ingin ku bantu Tanjiro?” tanyaku

“ah, tidak perlu Nana-san aku sudah terbiasa melakukan ini” jawab Tanjiro yang masih terus menganyam bamboo.

“setelah ini kita akan pergi ke rumah Urokodaki, perjalanan mungkin memakan waktu seharian, apa kau sudah membawa bekal Tanjiro?” tanyaku.

“tentu saja sudah! Oh iya Nana-san, tentang dupa bunga wisteria itu aku sudah memasangnya setiap malam, kamu bilang itu bisa menghalau iblis bukan?” tanya Tanjiro.

“mhm.. kenapa?” aku bertanya balik

“aku hanya ingin tahu kenapa dupa itu tidak berfungsi, padahal sebelum aku pergi menjual arang aku selalu memasang dupa wisteria itu jaga jaga jika pulang terlambat” jelas Tanjiro.

“mungkin ada iblis yang kebal bunga wisteria jadi dupa itu tidak mempan padanya” jelasku, Tanjiro membelalakkan matanya.

“ma-maksudmu?” Tanjiro tak paham dengan yang aku katakan.

“kita lanjutkan nanti saja, lebih baik sekarang kita berangkat sebelum hari gelap”

“haik!”

(sudut pandang penulis)

Sesampainya di rumah Urokodaki Tanjiro menceritakan semua yang terjadi, Urokodaki pun memutuskan untuk melatih Tanjiro agar dia bisa bertarung melawan iblis.

“sekarang tidurlah, besok kau sudah mulai berlatih” ucap Urokodaki

“haik Urokodaki-san!” balas Tanjiro

“eh Tanjiro, jadi bagaimana?” tanya Nana sambil mengelus kepala Nezuko yang sedang tertidur.

“mulai besok a-..” ucapan Tanjiro berhenti dan mulai memperhatikan leher Nezuko, tepatnya sebuah tanda di lehernya.

“Nana-san, tanda apa itu? Apa kau yang membuatnya?” tanya Tanjiro yang kemudian duduk di sebelah Nana and Nezuko.

“iya, tanda ini akan membantuku melindungi kalian jika kalian sedang dalam bahaya”.

“bagaimana caranya?” tanya Tanjiro
“setiap ada iblis atau manusia yang membahayakan kalian tanda ini akan bercahaya dan aku akan segera datang membantu kalian” jelas Nana, Tanjiro hanya mengangguk tanda mengerti.
“Nana-san, aku ingin bertanya sesuatu..” ucap Tanjiro ragu.

“apa itu?”

“a-aku mencium aroma iblis dari tubuhmu..apa kau seorang iblis?” Tanjiro sedikit menundukkan kepalanya karena takut menyinggung.

“aku memang iblis, lebih tepatnya sebagian besar dari tubuhku adalah iblis” jawab Nana, Tanjiro langsung mundur beberapa langkah karena takut.

“kau tidak perlu takut begitu Tanjiro…aku tidak memakan manusia kok! Aku memakan makanan biasa seperti manusia lainnya” kekeh Nana.

“dan untuk tandanya?” Tanjiro menunjuk tanda di leher Nezuko.

“setiap iblis yang aku bebaskan dari kutukan Muzan, sang raja iblis. Selalu ku beri tanda yang sama dan hanya warnanya saja yang berbeda” jelas Nana.

“ku-kutukan? Apa Mina dulunya seorang iblis?”

Deg!

“i-iya dia dulu juga seorang iblis, namun setelah aku bebaskan dari kutukan Muzan ia tidak memakan manusia lagi” kata Nana pelan.

“begitu…”

“baiklah Tanjiro selamat malam!” Nana berdiri dan pergi meninggalkan Tanjiro dan Nezuko.

“kau mau kemana?” tanya Tanjiro.

“kembali ke rumahku, jangan khawatir aku bisa menjaga diri, oyasumi!” kata Nana kemudian menutup pintu kamar Tanjiro.

Yosh! Gimana ceritanya? Maaf kalau gaje/jelek.
Jangan lupa vote biar author gabutz ini rajin upload
See u next chapter👋👋

Another Earth : Kimetsu No YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang