Tujuh Belas

3.9K 387 5
                                    

Selamat membaca 😊

.
.
.
.
.
.
.

Aluna berjalan mondar-mandir didepan pintu bercat coklat bertuliskan manager itu.

Hati dan pikirannya tak sejalan saat ini, hatinya berkata masuk tapi pikirannya berkata jangan.

"Haaahh masuk ga ya? Ga masuk penasaran tapi kalau masuk nanti jawab apa"

Aluna bergumam sendiri berperang dengan pikirannya. Ini semua akibat ulah dari Ghata yang mengatakan jika Alena tengah bersedih dan menangis.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, cafe pun sudah bersiap untuk tutup tapi Aluna masih bingung antara harus segera pulang atau menanyakan apa yang terjadi pada Alena.

Jika hanya temannya yang lain mungkin Aluna tidak akan segundah ini tapi ini adalah Alena, wanita yang sudah dengan lancangnya mencuri hati dan juga kewarasannya.

"Aluna.., kenapa berdiri disitu?"

Ghata yang baru saja kembali setelah menutup pintu depan cafe melihat Aluna tengah berdiri dengan gelisah didepan ruangannya.

"Eenngg, i-itu ka, emm aku.."

"Mau ketemu Alena?" Tebak Ghata.

Aluna mengangguk ragu.

"Terus kenapa ga masuk?"

"Aku ga tau harus bilang apa nanti" lirih Aluna membuat wanita tampan itu gemas.

"Ck, katanya sayang khawatir tapi mau nanya aja ga berani" cibir Ghata.

Aluna mendengus mendengar ucapan sarkas dari wanita didepannya ini. Dikira segampang itu apa kita menunjukkan perhatian pada seseorang.

Mungkin bagi orang lain itu hal yang mudah tapi tidak dengan Aluna yang sangat minim pengalaman dalam hal seperti itu.

Terlalu banyak keraguan dan kecanggungan dalam hatinya untuk dengan lugas mengungkapkan apa yang tengah ia rasa.

"Pujaan hati lagi nge-galau bukannya nenangin malah mondar-mandir disini kayak setrikaan"

Samar-samar Aluna kembali mendengar cibiran halus dari wanita tinggi dihadapannya ini.

Jika tidak mengingat dia adalah bosnya mungkin saja Aluna sudah menyentil mulut ngeselinnya itu.

Setelah mengetahui perihal perasaannya pada Alena wanita ini selalu saja menggodanya dan mengatakan Alena sebagai pujaan hatinya.

Bukannya tak senang apalagi tak suka karena memang itu yang terjadi sebenarnya tapi Aluna hanya khawatir kalau wanita ini akan keceplosan dihadapan Gaby terlebih didepan Alena.

Ia belum siap untuk jujur meski hatinya sudah terlanjur terikat pada pesona gadis blasteran bermata sipit itu.

Tuk

"Aaauu aduhh, kenapa aku disentil sih ka"

Aluna mengusap keningnya yang memerah akibat sentilan tak manusiawi dari Ghata.

"Ngelamunin apa sampai misuh-misuh begitu? Ngomongin gue ya?"

Ghata mengarahkan telunjuknya tepat didepan hidung Aluna membuat wanita itu menelan ludahnya kasar.

"Ayo ikut gue"

Ghata menurunkan jarinya karena tak tega melihat wajah ketakutan Aluna, ia bukannya marah tapi seperti mendapatkan kesenangan sendiri jika berhasil mengerjai wanita didepannya ini.

Tripel ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang