Delapan

4.3K 452 9
                                    

Selamat membaca 😊

.
.
.
.
.
.
.

Aluna menatap cemas ke ujung jalan tempat biasa bang Darto lewati, hampir lima belas menit ia menunggu di depan cafe tapi abangnya itu belum juga tiba untuk menjemputnya padahal cafe sudah tutup sedari tiga puluh menit yang lalu.

Ia putuskan menunggu sebentar lagi siapa tau bang Darto sedang mendapatkan orderan penumpang sehingga telat menjemputnya.

Rasa cemasnya semakin bertambah ketika pikirannya kembali mengingat keadaan anaknya yang tengah sakit. Ingin rasanya ia berjalan kaki saja untuk pulang karena jika aluna mendapatkan shift pagi ia akan pulang dengan berjalan kaki tapi jika ia mendapatkan shift sore bang Darto dan keluarganya tak mengijinkannya pulang sendiri apalagi jam kerja aluna sampai jam sepuluh malam jadi ia akan dijemput oleh bang Darto.

Abangnya itu khawatir Aluna kenapa-napa dijalan jadi ia akan menjemputnya ketika pulang kerja.

Teman-temannya juga sudah pulang lebih dulu, tadi Dewi sempat menemaninya menunggu tapi Aluna tak enak karena Dewi sudah dijemput oleh pacarnya jadi ia meminta pada temannya itu untuk meninggalkannya pulang.

Kepala Aluna clingak clinguk kesana kemari, jalanan masih tampak ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Tak ingin lagi menunggu apalagi perasaan tidak tenang memikirkan anaknya Aluna memutuskan untuk berjalan kaki saja.

Baru saja aluna berjalan beberapa langkah sebuah klakson mobil dari arah samping mengagetkannya. Ia menghentikan langkahnya dan menundukkan badannya sedikit untuk melihat siapa gerangan orang didalam mobil itu.

Seorang wanita cantik dengan senyum khasnya yang membuat matanya menghilang terlihat dari dalam mobil begitu kaca mobil itu diturunkan.

"Ka Alena" gumam Aluna kaget.

"Kamu mau kemana?"

"Emm, aku mau pulang ka"

"Kamu pulang jalan kaki?"

Alena menaikan sebelah alisnya heran, matanya melihat sekeliling siapa tau ada orang yang dituju oleh Aluna tapi tak ada siapapun yang berhenti disekitarnya.

Sebenarnya Alena baru mau pulang setelah tadi sempat mengobrol sebentar dengan Gaby. Awalnya ia ingin pulang dengan sahabat itu tapi ternyata Ghata sudah datang dari luar kota jadi sahabat itu memutuskan untuk tidur di cafe saja, kasian Ghata baru dateng pasti capek jika harus mengendarai mobil lagi untuk pulang begitulah alasan sahabatnya itu.

Lagi pula Gaby memang menyediakan satu kamar lengkap dengan segala fasilitasnya yang berada di dalam ruangan wanita itu. Jadi jika sewaktu-waktu ia capek atau malas untuk pulang ia bisa tidur disana saja.

Alena sudah melihat keberadaan Aluna saat tadi diantar keluar oleh Gaby sekalian wanita itu mengunci cafenya.

Menurut Gaby jika malam Aluna akan dijemput oleh abangnya tapi kenapa aluna malah berjalan kaki untuk pulang.

"Iya ka, rumah saya dekat sini"

"Kamu ga ada yang jemput atau bawa kendaraan sendiri?"

Aluna menggelengkan kepalanya " enggak ka, emm saya duluan ya ka permisi"

Aluna kembali melanjutkan jalannya bukannya bermaksud tidak sopan tapi entah kenapa perasaannya sedari tadi tak tenang. Ia hanya ingin segera sampai rumah dan bertemu dengan putranya itu.

"Tunggu.."

Sebuah tangan halus mencengkeram lembut pergelangan tangan Aluna membuat ia terdiam sesaat. Aluna melihat tangannya lalu beralih melihat si empunya tangan yang lancang memegang tangannya.

Tripel ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang