Tiga Belas

4.4K 417 6
                                    

Selamat membaca 😊

.
.
.
.
.
.
.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam tapi Aluna masih saja belum bisa memejamkan matanya.

Tubuhnya terus bergerak gelisah dalam posisi rebahannya membuat Alano terkadang terusik oleh gerakannya.

"Haaahh kenapa malah ga bisa tidur sih" gerutunya lelah dan memutuskan untuk duduk bersandar di kasurnya.

Diliriknya sebentar sang putra yang sudah kembali tenang dalam tidurnya.

Senyumnya terukir ketika melihat putra kesayangannya sudah kembali sehat dan bisa pulang ke rumah.

Diciumnya pelan pipi gembil Alano dan juga pucuk kepala bocah tampan itu.

Aluna kembali menegakkan tubuhnya matanya menatap sekeliling kamar tidurnya yang tak begitu luas.

Matanya terhenti ketika melihat ponsel yang ia letakkan dimeja kecil samping tempat tidurnya.

Aluna membuka ponsel yang dihadiahkan Alena pada dirinya. Dibukanya galeri yang menampilkan banyak foto Alano didalamnya selama berada di rumah sakit.

Banyak kegiatan Alano yang ia abadikan disana dari mulai makan sampai mandi pun ada disana karena memang Alena yang memintanya untuk mengirimkan semua kegiatan Alano selama wanita itu bekerja.

Senyum kembali terbit di bibirnya tatkala netranya melihat foto Alena yang mereka ambil bersama-sama.

Foto bertiga antara dirinya Alena dan juga putranya yang tengah tersenyum bersama dengan Alano yang berada dalam gendongan Alena.

Diusapnya perlahan foto alena dengan lembut seolah yang sedang ia usap itu adalah Alena bukan fotonya.

Tangannya kemudian membuka aplikasi chat yang biasa ia gunakan untuk berbagi pesan dengan Alena.

Dibacanya kembali satu persatu percakapan mereka selama beberapa hari ini yang memang sengaja tak ia hapus.

Entah kenapa hatinya kembali berdebar ketika membaca pesan yang Alena kirimkan untuknya, apalagi melihat perhatian-perhatian kecil yang wanita itu berikan untuknya dan juga putranya.

Aluna berpikir apakah dia mulai merindukan kehadiran Alena disisinya sehingga menyebabkannya tak bisa tidur malam ini karena selama beberapa hari belakangan wanita itu selalu menemaninya untuk tidur bersama selama di rumah sakit.

Aluna selalu tak sabar menanti senja karena pada saat itulah Alena akan datang berkunjung kesana setelah seharian menyelesaikan pekerjaannya.

Wanita itu selalu datang dengan sebungkus makanan yang akan mereka makan bersama untuk makan malam dan tentu saja mainan dan untuk Alano yang membuat bocah itu tambah lengket dengannya.

Alena selalu menanyakan bagaimana keadaan Alano dan juga dirinya selama ditinggal bekerja meski sudah dikabari setiap saat melalui chat ataupun telpon tapi tetap saja wanita itu bertanya kembali.

Entah kerinduan apa yang Aluna rasakan saat ini padahal mereka baru berpisah sore tadi karena Alena mengatakan akan mengadakan acara fashion show untuk produk rancangannya.

Meski wanita itu memintanya untuk ikut hadir disana tapi Aluna merasa sungkan jika harus turut hadir dalam acara seperti itu.

Bukan karena tak menghargai undangan yang Alena berikan tapi lebih kepada merasa tak pantas untuk berada disana terlebih putranya yang baru saja pulang dari rumah sakit jadi tidak mungkin ia memaksakan diri untuk hadir disana.

Ting

Sebuah pesan masuk menyadarkan Aluna dari lamunannya. Dahinya mengernyit heran siapa gerangan yang mengiriminya pesan selarut ini. Seingatnya ia belum memberi tahu nomor kontaknya pada siapapun kecuali Alena dan juga keluarga mba Riri.

Tripel ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang