Dua Delapan

4.3K 448 36
                                    

Selamat membaca 😊

.
.
.
.
.
.
.

Aluna tak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini, dia begitu gembira karena orang yang ia cinta juga mencintainya.

Seharusnya ia menjadi wanita paling berbahagia saat ini, perasaannya berbalas dengan sempurna.

Tapi kenapa keraguan justru menghantui pikirannya, apakah semua ini sudah benar, apakah memang ini yang ia harapkan.

Ditatapnya wajah cantik wanita didepannya ini yang begitu mengharapkan jawaban atas pertanyaannya.

"Aluna.."

Aluna terkesiap mendengar panggilan lembut dari Alena, netra keduanya bertemu dengan sorot mata yang berbeda.

Alena yang gelisah karena Aluna tak kunjung menjawab pertanyaannya sedangkan Aluna dengan keraguan dihatinya.

"Apa aku udah terlambat?"

Suara Alena begitu lirih, hancur sudah harapannya untuk bisa bersama dengan Aluna wanita yang sudah tanpa permisi mencuri hatinya.

Pupus sudah impiannya untuk bisa menjadikan Alano sebagai putranya seutuhnya.

Ternyata begini rasanya ditolak, seumur hidupnya yang sudah seperempat abad ini ia baru pertama kali merasakan penolakan.

Biasanya ia selalu menjadi pihak yang dikejar, kecantikan dan kepintarannya selalu menjadi magnet untuk siapapun mudah masuk kedalam pesonanya.

Entah sudah berapa banyak laki-laki yang ia tolak selama ini, bukan karena ia mematok kriteria yang tinggi untuk menjadi pasangannya tapi lebih kepada belum ada satupun seseorang yang berhasil membuat hatinya berdebar kencang.

Ini pengalaman pertamanya untuk menyatakan cinta pada seseorang dan ini juga menjadi pengalaman pertamanya untuk mendapatkan penolakan.

Genggaman tangan Alena melemah pada Aluna, hatinya benar-benar hancur saat ini ketika Aluna yang hanya diam saja seperti tak berniat untuk menjawab ungkapan jujur yang ia rasakan.

Seandainya wanita ini tau betapa berat dan sulitnya pengakuan itu untuk Alena lakukan.

Tapi mau bagaimana lagi ia tak bisa memaksakan apa yang ia rasa karena mungkin ini juga merupakan kesalahannya yang terlalu lama memendam perasaannya.

Mungkin Aluna sudah jengah pada dirinya yang tak berani jujur mengatakan apa yang ia rasa hingga Aluna lebih memilih membuka hatinya untuk orang lain.

Mata Alena sudah berkaca-kaca, sedikit saja ia berkedip air mata itu pasti akan tumpah membasahi pipinya.

"Ka.." panggilan Aluna pelan ketika menyadari Alena akan berdiri dari duduknya.

"Gapapa Luna, aku bisa ngerti kenapa kamu menolakku. Aku memang ga pantes buat kamu. Aku.. aku terlalu pengecut, kamu berhak mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dari aku. Seseorang yang lebih bisa menjaga dan membahagiakan kamu juga Alan" ucap Alena yang sudah berdiri sambil membelakangi Aluna.

Ia tak ingin Aluna melihatnya menangis, ia tidak ingin harga dirinya semakin hancur dihadapan Aluna.

Aluna menggeleng meski ia tahu Alena tak mungkin melihatnya. Bukan seperti ini yang ia inginkan kenapa Alena begitu cepat menyerah.

Bagaimana mungkin wanita ini bisa dengan mudah menyimpulkan ia menolaknya bahkan ia belum mengatakan satu patah katapun.

Yang Aluna inginkan adalah Alena bisa menyakinkan dirinya jika apa yang wanita itu katanya adalah kesungguhan.

Tripel ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang