Delapan Belas

4.4K 402 18
                                        

Selamat membaca 😊

.
.
.
.
.
.
.

Helaan napas kasar keluar dari mulut Aluna ketika menemukan orang yang ia cari tengah duduk dengan kepala yang direbahkan diatas meja.

"Sok kuat banget jadi orang" cibir Aluna.

Meski begitu Aluna tetap saja melangkahkan kakinya menghampiri Alena yang masih tampak tak menyadari kedatangannya.

Bahu Alena tampak bergetar dengan isak tangis yang dapat Aluna dengar membuat hati Aluna semakin sakit mendengarnya.

Aluna mengarahkan tangannya untuk mengusap pelan pundak Alena yang masih memunggunginya membuat wanita itu tersentak.

Seketika Alena menahan isakannya dan mengangkat kepalanya menoleh kearah Aluna yang menatapnya sendu.

"Ka Al..."

Aluna belum menyelesaikan ucapannya ketika tanpa terduga Alena memeluk erat pinggangnya.

Meski sempat menegang Aluna berusaha menenangkan diri dan jantungnya akibat pelukan tiba-tiba yang Alena lakukan.

Ia tak mengurungkan niatnya untuk bertanya sekarang dan memilih mengusap pelan rambut Alena ketika kembali mendengar wanita yang ia kasihi itu menangis.

Hatinya ikut terisis menyaksikan wanita yang selama ini ceria dan bersemangat justru tampak rapuh dan lemah.

"Menangislah ka, aku ada disini" ucap Aluna membuat Alena semakin mengeratkan pelukannya.

Aluna dapat merasakan baju tidurnya basah di bagian perutnya karena Alena menenggelamkan kepalanya disana.

Cukup lama mereka berada dalam posisi seperti itu hingga tak lagi terdengar isakan dari Alena.

Perlahan Aluna memundurkan badannya membuat Alena mau tak mau melonggarkan pelukannya.

Ditangkupnya pipi mulus Alena lalu diarahkan untuk melihat kearah Aluna yang masih berdiri dihadapannya.

Mata sipit Alena semakin membengkak dengan hidung memerah membuat wajah wanita itu terlihat menggemaskan dimata Aluna.

Senyum manis coba Aluna berikan sambil mengusap pelan jejak air mata yang masih membekas dikedua pipi wanita blasteran itu.

Aluna menarik kursi agar bisa duduk lebih dekat dengan Alena.

"Udah lebih tenang?"

Alena mengangguk pelan menjawab pertanyaan Aluna padanya.

"Maaf" cicit Alena sambil menundukkan kepalanya.

Dahi Aluna mengernyit tak mengerti " maaf??" Ulang Aluna.

Alena mengangguk dan mengangkat kepalanya menghadap Aluna yang masih setia menatap dirinya.

Tatapan teduh dan bersahabat yang Aluna berikan membuat hati Alena merasa tenang.

Seharusnya ia bisa mempercayai dan berbagi apa saja pada Aluna seperti yang wanita itu lakukan kepadanya.

"Maafkan kebodohan ku yang sempet bikin kamu kecewa" lirih Alena.

Aluna tersenyum mendengar ucapan Alena, entah bagaimana ia bisa sampai jatuh cinta pada wanita dihadapannya ini.

Ia tak pernah tau apa itu cinta dan sekalinya merasakan hal itu ia malah menjatuhkan hatinya pada seseorang yang sama dengan dirinya dan bodohnya ia tau tau cara mengungkapkannya.

"Aku ngerti sangat sulit bagi kita untuk bisa menceritakan masalah kita pada orang lain apalagi orang itu baru kita kenal" balas Aluna.

Tripel ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang