10 tahun yang lalu.
Sebuah mobil berwarna hitam melaju dengan kecepatan rata-rata di jalan raya yang cukup sepi. Terdengar obrolan dari empat orang penghuni mobil sambil sesekali gelak tawa menyelingi obrolan mereka.
"Ma, seragam Nasya udah jadi?" tanya seorang gadis kecil berusia tujuh tahun.
Mama Nasya menoleh ke arah sang putri lantas mengangguk dengan senyum. "Udah dong. Nggak sabar besok mau masuk sekolah?"
Gadis kecil bernama Nasya itu mengangguk antusias. "Iya! Nasya mau sekolah juga kayak Bang Arhan," tunjuk gadis itu ke arah kakak laki-lakinya yang duduk di kursi depan sebelah pengemudi.
Arhan yang merasa namanya dipanggil pun menghentikan obrolan dengan Papanya. Ia menoleh ke belakang, menatap adik perempuannya. "Dih, sok-sokan mau sekolah. Baca buku aja belum lancar," ejeknya.
Bola mata Nasya mulai berkaca-kaca mendengar ucapan Arhan, kemudian ia menoleh ke arah Mamanya dengan bibir mengerucut. "Ma, Bang Arhan nakal."
"Arhan," tutur Mama dengan tajam sambil menatap ke arah anak lelakinya.
"Apaan si, Ma! Arhan ngomong benar kok! Nasya belum bisa baca kan?" sinisnya ke arah Nasya.
"Ih! Udah bisa!" seru Nasnya tak terima.
"Belum!" balas Arhan.
"Udah!"
"Belum!"
Papa yang menyetir tampak memijat pelipisnya. Ia benar-benar pening kalau sudah mendengar dua anaknya berdebat. Tak mendapati tanda-tanda kedua anaknya akan berhenti berdebat, ia lantas menoleh ke belakang. Pikirnya, jalan raya ini tengah sepi, jadi tidak apa-apa kalau tidak memperhatikan jalanan di depan sana.
"Arhan! Nasya! Kalian jangan berisik dong, Papa jadi-"
TIN!!!
Terkejut mendengar suara klakson mobil dari arah depan, Papa segera kembali menghadap depan. Ia melotot kaget saat melihat sebuah truk melaju kencang ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Dengan tergesa, ia membanting setir ke arah kiri. Dalam hitungan detik, mobil yang dikendarai menabrak beton pembatas jalan diiringi dengan suara teriakan dari keempat penghuni mobil.
***
Satu minggu telah berlalu. Orang tua Nasya dan Arhan telah sadarkan diri sejak lima hari yang lalu dan saat ini kondisi mereka terlihat baik-baik saja. Namun, tidak dengan Nasya yang masih terbaring lemah di atas ranjang, belum ada tanda-tanda kalau gadis kecil itu akan segera bangun.
"Ma, Nasya bakal bangun kan?" tanya Arhan sambil menatap ke arah Mama dengan sorot sendu.
"Nasya pasti bakal bangun, Mama yakin," sahut Mama dengan suara seraknya. Ia lantas menatap sang putri yang masih belum membuka matanya.
Pintu terbuka dan menampilkan seorang dokter pria yang berjalan memasuki ruangan diikuti oleh seorang perawat di belakangnya. Dokter itu memeriksa kondisi Nasya dengan hati-hati dimulai dari kedua mata. Tiba-tiba, saat ia hendak menyentuh tangan Nasya, jari telunjuk gadis itu bergerak pelan.
Mama Nasya yang juga menyadari hal tersebut pun langsung melotot kaget. "Dok! Anak saya sepertinya akan sadar!" ujarnya heboh. Dengan tangan gemetar, Mama meraih jemari Nasya. "Ayo bangun, Sayang, Mama dan Bang Arhan mau mengajak kamu main loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
His Future (TAMAT)
Teen Fiction"Jauh-jauh dari gue, atau gue bakal cium lo sekarang." Kalimat itulah yang dilontarkan oleh Sagara kepada Nasya--adik kelas yang tiba-tiba mendekatinya. * Masa depan. Hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, tidak dapat ditebak, dan tidak dapat...