Happy reading!
Kalo kalian suka, kuy tekan bintang di pojok kiri bawah. Thank you😘
***
Nasya dan Arhan duduk diam di atas sofa. Kedua remaja itu memegang ponsel masing-masing, namun tampak ragu ketika hendak menghubungi seseorang. Mereka sama-sama terlihat gelisah.
“Bang, gimana?” tanya Nasya, memecah keheningan.
Arhan menatap sang adik lantas menggeleng pelan. “Nggak tahu. Sagara kayaknya tadi marah banget sama kita. Pas balik ke kelas gue sempat dekatin dia, tapi dia langsung pergi.”
Nasya menghela napas panjang entah untuk keberapa kalinya hari ini. Gadis itu sungguh merasa bersalah ketika mengingat sorot kekecewaan yang terpancar dari mata Sagara. Tentu saja, orang mana yang tidak akan kecewa saat mengira orang yang mendekatinya dengan maksud tertentu? Bukan dengan niat tulus?
“Bang,” panggil Nasya.
“Apa?”
“Lo dekatin Kak Gara karena masa depan yang gue ceritain? Atau lo tulus temenan sama dia?” tanya Nasya untuk memastikan.
“Awalnya emang karena masa depan yang lo lihat dan bikin gue nggak tega, sebenarnya di awal gue kasihan sama dia. Tapi semakin ke sini gue tulus mau temanan sama dia. Sagara itu anaknya pendiam, tapi sebenarnya asyik dan baik. Gue nyaman temanan sama dia kayak sama Bintang,” jelas Arhan.
Nasya terdiam selama beberapa detik, kemudian gadis itu bangkit dari duduknya secara tiba-tiba. “Oke. Gue udah ambil keputusan.”
Alis Arhan terangkat. “Maksud lo?”
“Gue bakal ke apartemen Kak Gara sekarang dan jelasin semuanya biar dia nggak salah paham,” ucap Nasya dengan mantap.
Arhan langsung melotot. “Sekarang? Lo gila? Ini udah jam sembilan malam! Besok aja,” omelnya galak.
“Menunda-nunda sesuatu itu nggak baik, Bang,” ucap Nasya terdengar sok bijak. “Gue pergi sekarang pokoknya, jangan bilang-bilang ke Mama atau Papa.”
Mulut Arhan terbuka hendak mencegat Nasya, namun adiknya itu sudah lebih dulu berlari menuju kamar untuk berganti pakaian. Akhirnya, Arhan hanya mampu menghela napas, membiarkan sang adik menemui Sagara.
***
Nasya meremas jaket yang ia kenakan sebelum memencet bel di depannya. Gadis itu menunggu di depan pintu apartemen Sagara dengan raut harap-harap cemas.
Sekitar satu menit tidak ada sahutan dari dalam sana. Tangan Nasya terangkat hendak kembali memencet bel, namun terdengar suara pintu dibuka. Gadis itu mendongak, ia menahan napas untuk sesaat ketika melihat Sagara tengah menatap ke arahnya dengan sorot tajam dan raut datarnya seperti biasa.
Kedua remaja itu saling pandang selama beberapa detik, kemudian Sagara hendak kembali menutup pintu, tetapi Nasya dengan cepat mencegatnya dengan menahan pintu menggunakan kakinya. “Sebentar, Kak!”
“Bukannya udah gue bilang jangan—”
“Kak Gara salah paham, biar gue jelasin semuanya. Sebentar aja, please ... ” pinta Nasya dengan sorot memohon.
Sagara tertegun, lelaki itu menghela napas lantas membuka pintunya lebar-lebar. “Masuk,” ucapnya pada akhirnya.
Nasya mengangguk senang, gadis itu berjalan mengikuti Sagara menuju sofa. Ia lantas duduk di depan Sagara. Ia mendongak, memberanikan diri untuk kembali menatap bola mata hitam pekat Sagara. “Gue mau jelasin soal Bang Arhan dulu, Kak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
His Future (TAMAT)
Teen Fiction"Jauh-jauh dari gue, atau gue bakal cium lo sekarang." Kalimat itulah yang dilontarkan oleh Sagara kepada Nasya--adik kelas yang tiba-tiba mendekatinya. * Masa depan. Hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, tidak dapat ditebak, dan tidak dapat...