Bab 2 - Lelaki Berjaket Cokelat

33.5K 2.7K 24
                                    

10 tahun kemudian, masa sekarang.

“Na! Tolong belikan kecap di minimarket!” seru seorang wanita berkepala empat kepada anak gadisnya yang tengah asyik duduk di atas kasur sembari memangku laptop.

"Entar aja lah, Ma. Nasya lagi fokus nonton,” sahut gadis itu, terlihat amat serius menonton drama Korea di laptopnya.

Geram dengan anak gadisnya yang kalau disuruh selalu menunda-nunda, wanita itu pun mendekat ke arah ranjang. Sampai di dekat anaknya, ia langsung memukulkan centong nasi ke kepala gadis itu.

“Aw! Sakit, Ma!” pekik Nasya sembari memegangi kepalanya.

Mama melotot garang. “Kalau disuruh orang tua jangan nunda-nunda! Sekarang! Cuma beli kecap sebentar, nggak sampai sepuluh menit.”

Nasya mengerucutkan bibirnya. Ingin marah tetapi takut dosa, ia akhirnya memilih untuk menurut. Mematikan laptop lantas beranjak dari kasur, berjalan melewati Mamanya yang masih melotot garang di tempat dengan centong nasi di tangannya.

Baru saja Nasya berjalan keluar kamar, terdengar suara hujan dari luar sana. Sembari mengumpat dalam hati, gadis itu kembali ke kamar untuk mengambil jaket.

Nasya melangkah menuruni anak tangga menuju lantai satu. Dan saat gadis itu melewati ruang tengah, ia hanya bisa menahan amarah melihat kakak laki-lakinya tengah asyik menonton televisi. Selalu saja seperti ini, Mamanya lebih sering menyuruhnya daripada menyuruh kakaknya. Sungguh menyebalkan.

“Mau ke mana lo?” tanya Arhan kepada sang adik.

“Ke mana-mana hatiku senang,” jawab Nasya dengan tampang tidak bersahabat.

Arhan ingin sekali menimpuk kepala adiknya dengan remot yang berada di tangannya, namun ia urungkan. “Lo mau ke minimarket kan? Gue nitip beliin jajan ya?”

Awalnya Nasya ingin mengabaikan, namun terbesit ide di kepalanya. Sebagai pecinta uang, ia akan memanfaatkan hal ini. Ia berbalik, mendekat ke arah sang kakak dengan senyum yang dibuat-buat. “Oke. Tapi ada ongkirnya.”

“Berapa? Seribu?” ucap Arhan dengan cepat.

“Eh! Enak aja! Ongkirnya sepuluh ribu.”

“Anjir! Minimarket dekat banget di depan sana, ongkos jalannya sepuluh ribu."

“Ya udah kalau nggak mau. Beli sendiri sana, lagi hujan juga tuh di luar. Gue tahu lo malas basah-basahan,” sindir Nasya yang sudah tahu kebiasaan kakaknya, malas ke mana-mana kalau sedang hujan, katanya tidak suka kalau basah dan terkena cipratan air hujan.

Berdecak kesal, Arhan lantas mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu dari dalam saku celananya. “Nih, beliin gue jajan yang gue suka. Ongkos jalan lo sepuluh ribu.”

Nasya menerima uang sang kakak dengan girang. “Siap bosku! Perintah anda akan hamba laksanakan secepatnya.”

***

Nasya mengambil beberapa jajanan kesukaan kakaknya. Gadis itu beranjak menuju rak yang berisi berbagai macam kecap. Saat tangannya hendak mengambil salah satu botol kecap, ada tangan lain yang juga akan mengambil botol kecap itu. Dengan cepat Nasya menjauhkan tangannya agar tidak bersentuhan dengan tangan orang itu.

His Future (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang