Nasya kembali mendapatkan penglihatan lanjutan dari masa depan Sagara. Namun, gadis itu berusaha untuk tak acuh karena fokusnya saat ini tertuju pada wajah Sagara yang tengah ia obati.
Sagara duduk di atas ranjang UKS dengan Nasya yang berdiri di hadapannya. Gadis itu terlihat tengah serius mengobati luka di wajahnya. Sesekali ia meringis saat merasakan perih di wajahnya.
“Kalau lo berantem lagi, gue nggak mau ngomong sama lo,” ancam Nasya seraya merapikan kembali kotak P3K.
Bola mata Sagara langsung terbuka lebar mendengar ucapan gadis yang ia suka itu. “Gue janji tadi yang terakhir,” ucapnya dengan raut serius.
Alis Nasya langsung terangkat mendengar jawaban Sagara. Melihat raut wajah lelaki itu terlihat amat serius bercampur takut kalau ia benar-benar tidak mau berbicara lagi dengan Sagara membuat Nasya tersenyum geli. Secara refleks tangannya terulur untuk mengacak rambut hitam Sagara. “Good boy,” ledeknya.
Sagara terkesiap kaget mendapati tindakan tak terduga dari Nasya. Lelaki itu hanya mampu terdiam di tempat dengan tubuh kaku. Ia membiarkan Nasya terus mengacak rambutnya sambil sesekali terkekeh. Saat bola matanya bergerak naik untuk menatap wajah Nasya, seketika jantungnya berdebar begitu cepat melihat gadis yang ia sukai tengah tersenyum lebar. Sialan, Nasya terlihat sangat cantik di matanya hingga membuat debar jantungnya tak dapat dikontrol. Dengan wajah memanas, Sagara menggerakkan bola matanya ke sembarang arah.
Nasya menjauhkan tangannya dari puncak kepala Sagara. Kening gadis itu berkerut saat melihat wajah Sagara yang memerah. “Kak, lo demam lagi?” tanyanya dengan raut yang berubah khawatir.
“Hah? Enggak,” sangkal Sagara dengan cepat.
“Muka lo merah,” tutur Nasya dengan menunjuk ke arah wajah Sagara. “Mending lo istirahat aja sekarang, tidur dulu sebentar. Semalam lo demam, bisa jadi hari ini belum terlalu sehat.”
Bingung memberikan alasan sekaligus malu mengakui kejujuran kalau wajahnya memanas karena salah tingkah melihat Nasya, Sagara pada akhirnya mengangguk patuh. Ia beranjak melepas sepatunya lantas membaringkan tubuh di ranjang UKS.
Melihat Sagara telah terbaring, namun belum juga menutup matanya, Nasya pun berinisiatif mengulurkan tangannya lantas menutup kedua mata Sagara. “Tidur buruan. Gue bakal di sini sampai lo merem.”
Untuk kedua kalinya, Sagara hanya mengangguk patuh dan membiarkan tangan Nasya berada di atas matanya. Ia mulai memejamkan kedua matanya. Ketika rasa pusing akibat sisa demam tadi malam menghampirinya untuk sesaat, ditambah ia merasa kurang tidur tadi malam, rasa kantuk pun mendatanginya dengan cepat dan berakhir membawanya ke alam mimpi.
Tangan Nasya bergerak menjauh dari wajah Sagara saat melihat lelaki itu telah terpejam. Sudut bibir Nasya tertarik ke atas membentuk seulas senyum ketika melihat dengkur halus terdengar dari Sagara, menandakan kalau lelaki itu telah terlelap.
Nasya beranjak berdiri lantas berjalan dengan pelan keluar dari ruang UKS. Senyum di wajahnya luntur dan berganti dengan raut serius. Sebelum menutup pintu ruang UKS, ia berbalik untuk menatap ke arah ranjang Sagara yang tertutup tirai, sorot sendu terpancar di kedua matanya.
***
“Bang Arhan!” teriak Nasya sambil memasuki ruang kelas sang kakak. Ia berniat untuk memberi tahu Arhan mengenai penglihatannya beberapa saat yang lalu terhadap masa depan Sagara. Wajah Nasya menyiratkan kebingungan dan ia butuh solusi dari Arhan.
Nasya memasuki ruang kelas sang kakak yang tampak sepi. Ketika melihat salah satu siswa kelas dua belas berjalan melewatinya, ia langsung mencegat siswa itu. “Permisi, Kak, lihat Bang Arhan nggak ya?” tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Future (TAMAT)
Teen Fiction"Jauh-jauh dari gue, atau gue bakal cium lo sekarang." Kalimat itulah yang dilontarkan oleh Sagara kepada Nasya--adik kelas yang tiba-tiba mendekatinya. * Masa depan. Hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, tidak dapat ditebak, dan tidak dapat...