Warning! May contain 17+! Be wise:)
***
Kedua mata Nasya terbuka perlahan ketika mimpinya telah usai. Ia menggeliat pelan sembari mengerjap-ngerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Hal pertama yang dilihat oleh kedua matanya membuatnya mematung di tempat. Bagaimana bisa saat ini ia tengah berada dalam pelukan Sagara? Mengapa dirinya bisa tertidur di sofa?
Kilasan kejadian tadi malam memasuki kepala Nasya. Ia ingat sempat menenangkan Sagara yang terlihat ketakutan setelah mendapatkan mimpi buruk, kemudian matanya terasa berat dan ia malah tertidur begitu saja dalam pangkuan Sagara.
Nasya mendongak perlahan. Ia tertegun ketika mendapati wajah Sagara dalam jarak yang begitu dekat. Bola matanya bergerak menatap bulu mata Sagara yang terlihat lentik, tatapannya turun ke arah hidung mancung Sagara, dan terus turun hingga tiba di bibir merah muda Sagara yang cukup tebal. Wajahnya seketika terasa panas saat teringat kalau bibir merah muda di hadapannya adalah bibir yang mencuri ciuman pertamanya.
Menggelengkan kepalanya, Nasya berusaha mengalihkan fokusnya. Dengkur halus yang terdengar dari Sagara menarik perhatiannya, apalagi napas hangat lelaki itu menerpa wajahnya. Tanpa diminta, jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya. Khawatir jantungnya meledak kalau terus dalam posisi seperti ini, ia pun buru-buru menatap ke arah lain sembari berusaha melepaskan diri dari pelukan Sagara. Baru saja ia mengangkat tangan Sagara yang melingkar di pinggangnya, tiba-tiba terdengar sebuah suara.
"Pagi, Nasya."
Suara berat nan serak khas seseorang yang baru bangun tidur menyusup ke telinga Nasya. Ia menelan ludah, kemudian kembali mendongak untuk menatap wajah Sagara. Namun, ternyata itu adalah keputusan yang salah karena saat ini ia mendapati Sagara tengah menatap lekat ke arahnya dengan sudut bibir yang tertarik ke atas membentuk seulas senyum. Kontan, ia menahan napas menyadari ketampanan sang pacar.
"Uhm ... pagi, Kak," sahut Nasya tanpa menatap Sagara.
Melihat Nasya yang tampak gugup malah membuat Sagara ingin menjahili gadis itu. Tanpa permisi ia meraih dagu Nasya lantas mengangkatnya hingga tatapan mereka kembali bertemu. Dapat ia lihat Nasya terbelalak kaget.
Menyeringai tipis, Sagara lantas memajukan wajahnya ke arah Nasya. Ia sengaja memiringkan wajahnya seolah akan mencium Nasya. Ketika hidung mereka bersentuhan, ia nyaris menyeringai saat menyadari Nasya menahan napas dengan mata membulat.
"J-jauhin muka lo," cicit Nasya.
"Nggak mau," tolak Sagara tepat di depan wajah Nasya.
Nasya kembali menahan napasnya ketika merasakan hembusan napas hangat Sagara menggelitik wajahnya. Ia ingin segera menyingkir, namun entah mengapa tubuhnya tidak mau diajak berkompromi. Ketika Sagara hendak memajukan kembali wajahnya, sontak ia langsung menutup kedua matanya rapat-rapat.
Sagara tersenyum geli melihat Nasya menutup kedua matanya. Lelaki itu menjauhkan wajahnya dari wajah Nasya lantas mendongak untuk mengecup kening gadis itu. "Lo kenapa nutup mata?" ledeknya.
Merasa kalau Sagara baru saja menjahilinya, Nasya pun membuka kedua matanya lebar-lebar. "L-lo juga ngapain cium-cium?!" protesnya dengan mata menyorot galak. Ia lantas buru-buru melepaskan diri dari pelukan Sagara, kemudian berjalan cepat menuju kamar mandi dengan wajah yang terasa amat panas dan debar jantung yang menggila.
Sagara mengulum senyum ketika melihat kepergian Nasya. Ia beranjak duduk lantas menyugar rambut hitamnya ke belakang. Teringat kalau tadi wajah Nasya memerah malu membuatnya mengigit bibir dengan gemas. "So cute," gumamnya.
Membuyarkan pikirannya, Sagara lantas menatap ke arah jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Teringat kalau biasanya Nasya sarapan sebelum pukul tujuh, ia pun melangkah menuju kamar mandi di dalam kamarnya yang beberapa saat lalu dimasuki oleh Nasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Future (TAMAT)
Fiksi Remaja"Jauh-jauh dari gue, atau gue bakal cium lo sekarang." Kalimat itulah yang dilontarkan oleh Sagara kepada Nasya--adik kelas yang tiba-tiba mendekatinya. * Masa depan. Hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, tidak dapat ditebak, dan tidak dapat...