"Halo, Bang,” sapa Nasya sambil beranjak duduk di tepi ranjang.
“Lo udah tidur?” tanya Arhan dari seberang sana.
Nasya mendengkus mendengar pertanyaan sang kakak. “Kalau gue udah tidur nggak bakal bisa jawab telepon lo.”
Arhan tertawa singkat. “Eh, loudspeaker dong. Gue mau ngomong sama Sagara. Dia belum tidur kan?”
Nasya melirik sekilas ke arah Sagara yang ternyata tengah memperhatikannya. “Kak Gara belum tidur,” sahutnya lantas mengaktifkan loudspeaker. Ia beralih menatap Sagara. “Bang Arhan mau ngomong sama lo.”
Sagara beranjak mendekat ke arah Nasya. Lelaki itu menelan ludah sesaat sebelum berucap, “Halo, Han.”
“Oi, Ra! Gue cuma mau nanya beberapa hal. Nasya di sana nggak bikin kekacauan kan?”
“Enggak dong!” sahut Nasya sebelum Sagara membuka mulutnya.
“Baguslah kalau gitu.” Terjadi keheningan selama beberapa detik, terdengar Arhan seperti berjalan ke dalam kamar lantas menutup pintu. “Kalian tidurnya pisah kan?”
“Pisah, Han. Gue di sofa, Nasya di kamar,” sahut Sagara dengan cepat. Ia was-was kalau Nasya menjawab dan keceplosan mengatakan kejadian tadi malam saat mereka tidur bersama di sofa.
Arhan mengangguk-angguk dari seberang sana. “Lo nggak macam-macam sama adik gue kan?” Inilah sebenarnya hal yang ingin ia tanyakan, kalau yang sebelumnya hanya basa-basi saja.
“Enggak, gue nggak macam-macam,” jawab Sagara. Ia melirik ke arah Nasya yang kini tengah tersenyum mengejek. Memang benar kalau dirinya tidak macam-macam, tetapi hanya satu macam, ingin terus mencium Nasya.
“Bagus. Gue percaya sama lo. Awas aja kalau adik gue pulang terus ada yang aneh!” ancam Arhan.
Seketika Sagara menelan ludah mendengarnya. Ia harus mengingatkan Nasya lagi untuk memakai sweater turtleneck saat pulang.
“Oke, gue tutup teleponnya. Bye.”
Begitu panggilan terputus, Sagara langsung menghembuskan napas lega. Baru ia sadari kalau sejak Arhan menelepon, tubuhnya menegang kaku karena was-was.
“Lo takut sama Abang gue?” tebak Nasya dengan mengulas senyum geli.
“Bukan takut. Gue cuma ... ”
“Cuma?”
Sagara berdecak lantas beranjak berdiri. “Gue ke sofa sekarang. Lo tidur di sini aja. Jangan keluar kamar!” peringatnya.
Nasya mengangguk dengan menahan tawa. Entah mengapa Sagara terlihat lucu saat ini.
***
Nasya yang tengah asyik bermimpi tiba-tiba terusik ketika merasakan tetes-tetes air mengenai wajahnya. Kontan, ia langsung membuka kedua matanya. “Kak Gara!” kejutnya saat melihat Sagara berdiri di sebelah ranjang dengan memegang gayung sambil mencipratkan air ke wajahnya.
Sagara tertawa singkat melihat raut kesal yang kini terpampang di wajah Nasya. “Udah jam tujuh. Ayo bangun kita jogging,” ajaknya.
Merentangkan kedua tangannya lantas beranjak duduk, Nasya kembali menatap Sagara. “Jogging di mana?”
“Di taman kota.”
Teringat kalau hari ini adalah hari Minggu, Nasya berujar, “Lo biasa jogging kalau hari Minggu?”
“Kadang sih.”
Nasya mengangguk-angguk. “Ya udah gue ke kamar mandi sebentar."
“Mau gue gendong nggak?” goda Sagara dengan mengangkat alis tebalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Future (TAMAT)
Teen Fiction"Jauh-jauh dari gue, atau gue bakal cium lo sekarang." Kalimat itulah yang dilontarkan oleh Sagara kepada Nasya--adik kelas yang tiba-tiba mendekatinya. * Masa depan. Hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, tidak dapat ditebak, dan tidak dapat...