Bab 27 - Fakta Baru

12.8K 1.3K 3
                                    

Nasya dan Sagara yang mendengar teriakan Arhan refleks menjauhkan wajah mereka. Nasya menunduk dengan wajah yang memerah malu, sedangkan Sagara menghadiahi Arhan dengan tatapan tajam.

“Arhan sialan,” geram Sagara dengan lirih.

“Hah? Kak Gara ngomong apa?”

Sagara kembali menatap Nasya dengan senyum yang dipaksakan. “Nggak, bukan apa-apa.”

“Kalian ya! Gue tinggal sebentar udah mau silaturahmi bibir aja!” sindir Arhan. Lelaki itu tiba-tiba mendorong tubuh Sagara lantas beranjak duduk di tengah-tengah Sagara dan Nasya.

Sagara yang melihat kelakukan kakak dari sang pacar hanya mampu melotot kesal, sedangkan Nasya mengernyit bingung melihat tingkah Arhan.

“Kenapa pada ngelihatin gue? Udah kita lanjut nonton,” tutur Arhan sembari menatap tayangan film di depan sana.

***

Nasya tengah sibuk menggulir ponsel yang menampilkan sosial media miliknya. Namun, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan menampilkan panggilan dari Sagara. Berdehem gugup, Nasya kemudian mengangkat panggilan dengan ragu. Ia belum pernah ditelepon oleh Sagara sebelumnya.

“Halo, Kak,” sapa Nasya.

“Halo, Na. Lo lagi ngapain?” tanya Sagara dari seberang sana.

“Gue lagi main hape sih. Kalau lo?” sahut Nasya sambil memainkan jemarinya. Jadi begini rasanya ditelepon oleh sang pacar. Menyenangkan sekaligus mendebarkan, apalagi suara berat Sagara terdengar begitu dekat di telinganya.

“Tiduran.”

Terjadi keheningan cukup lama setelahnya. Tak terdengar suara Sagara dari seberang sana. Penasaran, Nasya pun berujar, “Kak, masih di sana?”

“Hm. Sorry, tadi habis balas chat.”

“Oalah. Iya, nggak apa-apa. Lo nelepon gue cuma mau ngomong ini?”

“Sebenarnya gue mau minta tolong,” ucap Sagara yang terdengar ragu.

“Minta tolong apa, Kak?”

“Bokap gue masuk rumah sakit. Lo mau nggak temani gue jenguk bokap? Gue penasaran juga tentang penglihatan lo. Gue takut bokap gue bakal ‘pergi’ sebelum gue sempat jenguk.” Sagara sangat takut kalau penglihatan Nasya benar-benar terjadi tidak lama lagi. Ia harus menemui Ayahnya secepat mungkin sebelum Ayahnya pergi untuk selamanya.

“Oke. Gue temenin.”

“Thanks, Nasya. Gue tutup teleponnya ya?”

“Ya, Kak.”

“Good night, mimpi indah.”

***

Nasya dan Sagara berhenti melangkah ketika tiba di depan sebuah kamar rawat inap. Nasya mendongak untuk menatap Sagara yang terdiam, belum ada tanda-tanda untuk membuka pintu dan melangkah masuk.

“Kak,” panggil Nasya.

“Hm?” sahut Sagara, kemudian beralih menatap Nasya.

“Kita masuk sekarang?”

Sagara menarik napas sejenak. “Gue pinjam tangan lo,” ucapnya lantas meraih jemari Nasya dan menggenggam tangan gadis itu dengan erat.

Mencoba untuk tidak terkejut dan mengendalikan fokus pikirannya seperti kemarin, Nasya berhasil untuk tidak melihat masa depan Sagara. Gadis itu menghembuskan napas lega.
Sagara membuka pintu kamar rawat inap Ayahnya. Lelaki itu melangkah masuk sembari menggandeng tangan Nasya. Sampai di dalam, pandangannya terpaku pada sosok pria yang tengah terbaring lemah di atas ranjang dengan mata tertutup.

His Future (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang