Happy reading!
***
Nasya tengah mengantre di penjual soto bersama Mutiara, namun pandangan gadis itu tak lepas dari sosok Sagara yang tengah duduk di meja pojok kantin. Dapat ia lihat kalau Sagara tengah tertawa bersama Arhan dan Bintang, ia yang melihat hal tersebut tak dapat menahan senyum lebarnya. Itu artinya berlibur ke Bali tempo hari berhasil mengembalikan keadaan Sagara menjadi lebih baik lagi dan tidak diliputi kesedihan.
"Gue penasaran," ucap Mutiara sambil memandang Nasya.
"Penasaran tentang apa?" sahut Nasya seraya beralih menatap Mutiara.
Kedua mata Mutiara menyipit curiga. "Lo ada hubungan apa sama Kak Sagara? Termasuk Kak Arhan dan Kak Bintang juga jadi dekat sama dia."
"Gue pacaran sama Kak Sagara," jawab Nasya tanpa ragu. Ia sudah tidak ingin menutupinya lagi, biarlah kalau nantinya berita tersebut tersebar ke seantero sekolah.
"Sumpah?! Demi kerang ajaib!" pekik Mutiara dengan mata melotot. "Pantes aja akhir-akhir ini lo sering ada di dekat Kak Sagara, sewaktu dia berantem juga lo langsung nyamperin. Tapi kok lo baru ngasih tahu gue sih? Jahat lo."
"Sorry, gue belum siap aja," ujar Nasya dengan raut yang dibuat bersalah agar Mutiara tidak marah padanya.
Mutiara menghela napas. "Ya udah deh nggak apa-apa, yang penting pajak jadiannya jangan lupa," cengirnya.
Nasya berdecak kesal. "Iya-iya."
"Eh, satu lagi!" seru Mutiara. "Jangan lupa cerita ke gue gimana lo bisa jadian sama Kak Sagara. Gue kepo."
"Hm," gumam Nasya dengan raut malas. Dasar Mutiara si tukang gosip dengan tingkat keingintahuan yang tinggi.
Giliran antreannya, Nasya bergegas memesan soto lantas membawa semangkuk soto. Ia berpisah dengan Mutiara karena sempat berkata kepada Mutiara kalau ia akan bergabung dengan Sagara, tentu saja Mutiara tidak berminat untuk ikut. Sebelum menuju meja tempat Sagara berada, Nasya membeli teh kotak terlebih dahulu. Tadi ia melihat di depan meja Sagara tidak ada minuman, teringat dengan minuman kesukaan Sagara yaitu teh kotak, ia pun membelinya.
"Princess Nasya dateng," tutur Nasya saat tiba di meja yang berisi tiga lelaki. Ia tersenyum lebar lantas beranjak duduk di sebelah Sagara.
Arhan yang mendengar ucapan sang adik langsung memasang muka pura-pura mual. "Princess pala lo!"
"Dih, sirik lo!" sahut Nasya dengan mata melotot. Ia lantas menoleh ke arah Sagara dan menyerahkan teh kotak yang ia beli. "Buat lo, Kak."
Sagara menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk seulas senyum yang mampu membuat Nasya berdebar. "Thanks," tuturnya dengan mengelus puncak kepala Nasya.
Nasya yang mendapatkan perlakuan tersebut hanya mampu mengulas senyum malu dengan wajah memerah.
"Please ... ini kantin, bukan tempat buat mengumbar kemesraan," sindir Arhan.
"Iri bilang, Bos," sahut Nasya, kemudian dengan sengaja ia meraih tangan Sagara dan menggenggamnya untuk memanas-manasi Arhan. Benar saja, tak lama kemudian Arhan kembali menyuarakan kalimat protes.
***
Sagara beranjak turun dari atas motor lantas melepas helmnya. Ia berjalan memasuki lift dengan wajah yang tak berhenti menampilkan senyum. Hari ini suasana hatinya sedang baik, terutama berkat teman-teman yang saat ini ia punya.
Ketika Sagara tiba di lantai apartemennya dan berjalan menuju unitnya, langkah lelaki itu langsung terhenti saat melihat sosok Rendy berdiri di depan unit apartemennya dengan raut serius. Seketika senyum di wajahnya luntur.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Future (TAMAT)
Teen Fiction"Jauh-jauh dari gue, atau gue bakal cium lo sekarang." Kalimat itulah yang dilontarkan oleh Sagara kepada Nasya--adik kelas yang tiba-tiba mendekatinya. * Masa depan. Hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, tidak dapat ditebak, dan tidak dapat...