Bab 19 - Tangisan

15.1K 1.6K 10
                                    

Sagara tengah sibuk mencuci piring. Sembari tangannya bergerak membasuh piring-piring, tanpa ada yang tahu sudut bibir lelaki itu tertarik ke atas. Ia tersenyum entah untuk keberapa kalinya hari ini.

Raut wajah Nasya terbayang di kepala lelaki itu, apalagi beberapa jam yang lalu saat Sagara menyatakan secara gamblang kalau ia memang menyukai gadis itu pada pandangan pertama.

Ya, Sagara menyadari kalau ia memang menyukai Nasya atau tertarik dengan gadis itu? Entahlah tepatnya seperti apa, namun yang jelas berada di dekat Nasya membuat lelaki itu merasa lebih baik.

Terdengar suara bel berbunyi dari unit apartemennya. Dengan asumsi kalau yang mengunjunginya adalah Nasya atau Arhan, lelaki itu bergegas mengelap tangannya yang basah dan melangkah menuju pintu. Ia membuka pintu masih dengan senyum di wajahnya yang jarang sekali tampak.

Senyum Sagara luntur seketika saat melihat siapa sosok yang mendatanginya. Lelaki itu mundur satu langkah secara refleks. Tangannya langsung terkepal, ia berusaha menahan diri agar tidak gemetar. Ia tidak ingin merasa takut, namun reaksi tubuhnya benar-benar menjengkelkan.

“Jadi benar kamu tinggal di sini?” tanya seorang wanita berumur setengah abad. Ia menatap Sagara dengan sorot tajam dan aura mengintimidasinya.

“I-Ibu—”

“Aku bukan ibumu, anak jalang,” ucap wanita itu, ibu tiri Sagara.

Sagara menelan ludah ketika wanita itu memasuki apartemennya tanpa permisi. Kedua alis tebal lelaki itu bertaut. Dari mana ibu tirinya tahu alamat apartemennya? Padahal selama ini ia selalu merahasiakannya dari siapapun, bahkan sejauh ini hanya Nasya dan Arhan saja yang tahu.

Menyadari kalau ibu tirinya termasuk golongan orang-orang atas, lelaki itu pun mengangguk paham. Pasti ibu tirinya membayar orang lain untuk mencari informasi tentang keberadaannya. Namun untuk apa? Bukankah selama ini wanita itu tidak peduli padanya?

“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan setelah mendengar perkataan pria itu?” Pria itu yang dimaksud oleh ibu tiri Sagara adalah ayah kandung Sagara.

Sagara menutup pintu apartemen lantas melangkah mendekat ke arah ibu tirinya. Lelaki itu terdiam sejenak, menatap tepat ke dalam bola mata ibu tirinya yang masih menyorot tajam. Dengan mengumpulkan keberanian, ia berujar, “Menyetujuinya.”

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Sagara hingga meninggalkan bekas merah. Bola mata lelaki itu bergetar, namun ia berusaha untuk tetap tenang.

“Anak tidak tahu diri!” teriak ibu tiri Sagara dengan napas memburu, matanya menyorot marah. “Apa kamu tahu mengapa aku selalu memanggilmu dengan sebutan anak jalang?”

Sagara kembali menatap ibu tirinya. “Kenapa?” lirihnya.

Selama ini Sagara memang tidak tahu apa alasan dari ibu tirinya memanggilnya dengan sebutan anak jalang, padahal ibu kandung Sagara dan ayah kandung Sagara menikah secara sah, bahkan Sagara lahir dari hubungan yang sah, bukan hamil di luar nikah. Sejak dulu ia bingung mengapa ibu tiri dan kakak tirinya begitu membencinya. Apakah benar hanya karena harta warisan dan perusahaan yang akan diserahkan kepada Sagara?

Ibu tiri Sagara tersenyum sinis. “Karena ibumu sudah merebut posisiku!”

“Apa maksud—”

“Kalau ibumu tidak menggoda pria itu, sampai sekarang pasti pria itu masih mencintaiku! Gara-gara keberadaan ibumu, pria itu mengabaikanku yang adalah istri pertamanya. Ya, kami memang menikah tanpa cinta karena dijodohkan, tetapi akulah yang seharusnya dicintai dan anakkulah yang seharusnya mendapatkan warisan paling banyak. Tapi kau dan ibumu yang tidak tahu diri itu … ” Suara ibu tiri Sagara terhenti. Wanita itu tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Selain karena amarah yang menggunung, sosok anak dari wanita yang ia benci pun ada di hadapannya.

His Future (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang