Met malming! Yang jomblo rebahan aja sambil baca wp:v
***
Setelah puas memeluk Nasya, Sagara melepaskan pelukannya dengan tangan yang kini melingkar di pinggang gadis itu. Ia memang tak tersenyum, namun sorot matanya memancar lembut. “Apa semua itu nggak bisa dikontrol?”
“Apanya, Kak?” sahut Nasya setelah menetralkan debar jantungnya yang sempat menggila usai dipeluk oleh sang pacar.
“Penglihatan lo tentang masa depan seseorang. Apa nggak bisa lo kontrol? Misalnya lo bisa ngelihat saat lo kepingin lihat dan lo nggak perlu lihat saat nggak kepingin lihat.”
“Nggak tahu, gue belum pernah coba.”
“Mau coba?” tawar Sagara.
“Emangnya bisa, Kak? Kalau misalnya bisa, caranya gimana?” Nasya juga ingin bisa mengontrol penglihatannya dan hanya melihat masa depan seseorang saat ia ingin melihatnya.
Sagara terdiam sejenak dengan kening berkerut. “Coba lo fokusin pikiran, jangan kaget dulu kalau sentuhan sama orang. Begitu lo sentuhan sama seseorang, kontrol langsung, mau lo lihat masa depan dia atau enggak.”
Nasya mengangguk-angguk. “Boleh dicoba. Tapi siapa yang mau gue jadiin percobaan buat gue lihat masa depannya?”
“Gue,” tunjuk Sagara ke arah dirinya sendiri.
Nasya terbelalak ketika tanpa aba-aba Sagara meraih tangannya dan menempelkannya di pipi lelaki itu. Seketika tubuh gadis itu menegang dan ia merasa seperti tersengat listrik. Nasya mematung di tempat ketika mendapatkan penglihatan dari masa depan Sagara. Tak berselang lama, Nasya menjauhkan tangannya dari pipi Sagara. Nasya menunduk dengan wajah yang tiba-tiba terasa panas.
“Lo lihat sesuatu?” tanya Sagara.
“Ya,” jawab Nasya masih dengan menunduk. Gadis itu menggigit bibirnya dan wajahnya semakin terasa panas ketika teringat apa yang baru saja ia lihat.
“Apa yang lo lihat?” tanya Sagara tampak penasaran.
Nasya berdehem. “Bukan sesuatu yang penting, tapi bukan sesuatu yang buruk juga.”
“Bukan sesuatu yang buruk,” ucap Sagara terdengar senang. “Tapi apa yang lo lihat? Kenapa nggak penting?”
“Kapan-kapan aja gue kasih tahu, Kak.” Di dalam hati, Nasya berteriak kencang, “Nggak mungkin gue ngasih tahu Kak Gara kalau barusan gue lihat diri gue sama dia ciuman! Anjir!”
Pertama kalinya mendapatkan penglihatan baik dari masa depan Sagara. Namun, mengapa harus penglihatan seperti itu?
Sagara masih penasaran, tetapi ketika melihat Nasya yang bersikeras tidak ingin memberi tahu membuatnya mengurungkan niat untuk kembali bertanya. “Kita lanjut coba lagi?” tawarnya.
Nasya yang sejak tadi menunduk kini kembali mendongak untuk menatap Sagara. “Gue nggak yakin bisa.”
“Coba lo tenang dulu dan kita coba lagi. Hm?”
“Oke.”
Nasya menarik napas lantas menghembuskannya. Gadis itu menatap Sagara yang tengah mengulurkan tangannya. Ketika tangan Sagara mendarat di pipinya, Nasya mencoba untuk tidak terkejut dan memfokuskan diri untuk mencerna keberadaan dirinya dan Sagara saat ini, berusaha untuk tidak membuat pikirannya melihat masa depan lagi.
Detik demi detik terus berlalu dan Nasya belum juga mendapatkan penglihatan lagi tentang masa depan Sagara, sebab gadis itu masih fokus menatap Sagara yang berada di depannya, lebih tepatnya menatap tepat ke dalam bola mata hitam pekat milik Sagara yang menyorot lembut. Menyadari sesuatu, Nasya langsung terbelalak. Ia meraih tangan Sagara yang berada di pipinya lantas beralih menggenggamnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Future (TAMAT)
Teen Fiction"Jauh-jauh dari gue, atau gue bakal cium lo sekarang." Kalimat itulah yang dilontarkan oleh Sagara kepada Nasya--adik kelas yang tiba-tiba mendekatinya. * Masa depan. Hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, tidak dapat ditebak, dan tidak dapat...