Bab 13 - Call Her Name

15.8K 1.6K 21
                                    

Nasya menelan ludah dengan susah payah. Gadis itu menatap Sagara lantas mengodekan lelaki itu untuk cepat-cepat mengemudikan mobilnya pergi dari sini. Mengerti maksud dari kode Nasya, Sagara pun menjalankan mobilnya dengan cepat.

“B-bang, lo ngapain?” tanya Nasya dengan cengiran lebar untuk menutupi rasa gugupnya.

Arhan berkacak pinggang. “Ngapain?” Lelaki itu menatap sang adik dengan sorot tajam. “Ikut gue.”

Pasrah, Nasya mengikuti sang kakak yang melangkah menuju garasi. Ketika Arhan berbalik dan menatapnya, Nasya langsung menunduk dalam-dalam.

“Udah sejauh apa hubungan lo sama Sagara?” Arhan memang tampak tenang saat bertanya, namun sebenarnya lelaki itu tengah menahan amarah yang besar.

Nasya mendongak, kemudian menatap sang kakak dengan kening berkerut. “Maksud lo? Hubungan apa?”

“Jangan pura-pura nggak tahu. Lo pacaran sama Sagara tanpa sepengetahuan gue kan?” tuduh Arhan seraya berjalan maju ke arah Nasya.

“Enggak! Jangan salah paham lo!” seru Nasya.

“Apa pembelaan lo?”

“Tadi gue ketemu Kak Sagara di minimarket dan gue diantar pulang sama dia. Udah itu aja.”

Arhan mendengkus. “Gue nggak percaya. Udah berapa kali gue bilang jangan dekat-dekat sama Sagara, lo nggak tahu aja dia itu—”

“Itu cuma gosip, bukan fakta. Jangan nuduh Kak Sagara yang jelek-jelek,” potong Nasya. Gadis itu mengernyit sesaat. Mengapa ia terkesan seperti tengah membela Sagara? Padahal ia juga belum tahu Sagara aslinya seperti apa.

“Udah seberapa jauh lo diperalat sama Sagara?” suara Arhan terdengar tajam.

“Bang! Jangan ngaco lo!” bentak Nasya. Ia tak terima dengan tuduhan tanpa bukti yang dilontarkan kakaknya.

Arhan menghela napas, lelaki itu tampak lelah untuk menasihati sang adik. “Oke kalau lo nggak mau dengerin gue. Tapi, kalau entar lo kenapa-napa, jangan nangis-nangis di depan gue,” ujarnya sebelum beranjak pergi meninggalkan Nasya.

Nasya menatap kepergian Arhan dengan sorot tak percaya. Bagaimana bisa kakaknya yang pintar termakan gosip? Mengapa kakaknya percaya kalau Sagara bukanlah lelaki baik-baik?

***

Arhan bangun terlambat pagi ini. Ia sulit tidur karena bayang-bayang sang adik yang diantar pulang oleh Sagara terus muncul di kepalanya. Tak berselang lama lelaki itu meremas kedua tangannya, ia bertekad akan memberi peringatan kepada Sagara hari ini.

Perasaan sayang kepada sang adik yang begitu besar telah membuat Arhan buta. Lelaki itu tak dapat berpikir jernih tentang yang mana fakta dan yang mana gosip. Satu hal yang ia yakini adalah Sagara bukan lelaki baik dan Nasya harus dijauhkan dari Sagara.

Arhan mengemudikan motornya dengan kecepatan di atas batas normal. Ketika sampai di tempat parkir sekolah, ia bergegas membuka helm dan beranjak turun dari motor. Lelaki itu berjalan tergesa menuju ruang kelasnya dengan tangan terkepal dan rahang mengetat.

Brak!

Suara bantingan pintu membuat seluruh pasang mata di kelas XII IPS 1 beralih menatap ke Arhan yang berada di ambang pintu. Mereka terbelalak saat melihat Arhan tampak marah untuk pertama kalinya.

Mata Arhan yang telah menajam mengedar untuk menatap seisi ruang kelas. Ketika menemukan sosok lelaki berjaket cokelat yang tengah bermain ponsel, Arhan bergegas mendekat.

Tanpa aba-aba, Arhan menarik Sagara berdiri dan menghadiahi satu pukulan hingga membuat sudut bibir lelaki itu berdarah. Terdengar suara pekikan dari seisi kelas, mereka tak menyangka Arhan yang terkenal sebagai lelaki kalem nan baik bisa terlihat semarah itu, bahkan sampai menghajar orang lain.

His Future (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang