Bab 24 - Kesalahpahaman

16.5K 1.5K 1
                                    

Sagara melangkah mendekat ke arah Nasya dan Arhan. "Bisa ngelihat masa depan? Bokap gue bakal mati?" tanyanya dengan sorot mata yang menyiratkan ketidakpercayaan.

Beberapa saat yang lalu Sagara terbangun dari tidurnya dan tidak mendapati Nasya di dekatnya. Entah mengapa ia tidak dapat tidur lagi, karena itulah ia menuju kantin untuk mencari keberadaan Nasya atau Arhan, ia sedang tidak ingin sendirian. Di kantin, ia melihat Bintang dan menanyakan keberadaan Arhan. Saat itulah Bintang berkata kalau Arhan pergi dengan Nasya menuju perpustakaan. Ketika Sagara memasuki perpustakaan, ia mendadak terkejut mendengar perkataan kakak-beradik itu.

Nasya menelan ludah dengan susah payah. Gadis itu beralih menatap sang kakak dan meminta pertolongan melalui tatapan matanya. Ia tidak menyangka kalau Sagara akan datang dan mendengar perkataannya. Dikarenakan belum mempersiapkan apa yang harus dijelaskan, Nasya pun dilanda kebingungan saat ini.

Arhan yang mengerti maksud dari kode adiknya pun menatap Sagara. "Sebenarnya Nasya bisa lihat masa depan orang lain. Jadi-"

"Lo bercanda?" potong Sagara, kemudian lelaki itu mendengkus singkat. "Tapi bercandaannya lo berdua kurang ajar. Kenapa bawa-bawa kematian bokap gue?"

"Gue nggak bercanda, Kak. Emang benar kalau-"

"Lo doain Bokap gue mati?" sela Sagara dengan intonasi bicara yang terdengar tajam.

"Bukan gitu, Ra. Lo duduk dulu dan dengerin penjelasan kita semuanya. Setelah itu tinggal lo putusin mau percaya atau enggak. Gimana?" tawar Arhan dengan hati-hati agar Sagara tidak tersinggung.

Sagara terdiam sejenak dengan raut datarnya. "Fine. Jelasin semuanya." Lelaki itu lantas menarik kursi dan beranjak duduk di depan kedua kakak-beradik itu.

Nasya menarik napas. "Dulu waktu awal SD gue pernah ngalamin kecelakaan yang cukup parah sampai gue kritis. Singkatnya, setelah gue sembuh tiba-tiba gue dapat kemampuan aneh yang ngebuat gue bisa lihat masa depan orang lain lewat sentuhan kulit. Awalnya gue juga nggak percaya sama apa yang gue lihat sampai beberapa kejadian benar-benar terjadi sesuai dengan penglihatan gue sebelumnya."

Arhan yang berada di sebelah Nasya mengangguk membenarkan. Ia ingat ketika Nasya kecil berkata hal aneh berulang kali usai terbangun dari tidur panjangnya. Mulai dari kejadian yang akan dialami Mamanya, dokternya, hingga kejadian yang dialami Arhan.

Di sisi lain, Sagara mendengarkan dalam diam masih dengan raut datarnya. Entah apa yang ada di pikiran lelaki itu, tidak ada yang tahu pula apakah ia percaya dengan ucapan Nasya.

"Semakin lama semakin banyak masa depan orang yang gue lihat. Pada awalnya gue nggak nyaman karena nggak cuma hal baik yang gue lihat, tapi hal buruk juga, malah lebih banyak hal buruk. Dulu gue lihat masa depan nyokap gue sendiri yang kalau udah tua nanti bakal sakit dan harus duduk di kursi roda. Tahun-tahun berlalu dan udah banyak orang yang nggak sengaja nyentuh gue atau gue yang nggak sengaja nyentuh mereka. Hal yang paling nggak enak adalah saat gue tahu hal buruk bakal menimpa mereka, tapi gue nggak ngasih tahu, gue cuma diam. Kalaupun gue ngasih tahu, gue takut dikatain gila." Nasya menjeda ucapannya, ia menunduk lantas meremas roknya. "Rasanya nggak nyaman punya kemampuan kayak gini, makanya gue kalau keluar rumah selalu berusaha untuk nggak bersentuhan sama orang lain. Gue udah capek ngelihat banyak hal tapi nggak bisa bantuin apa-apa."

Tangan Arhan terulur lantas mengelus pundak adiknya dengan sorot iba.

Nasya mendongak dan tepat saat itulah matanya bertemu pandang dengan mata Sagara. Ia tidak yakin, tetapi ia seperti melihat sorot lembut yang sempat terpancar di kedua bola mata Sagara, meskipun hanya sekejap. "Hari itu, waktu gue habis dari minimarket dan payung gue terbang terus diambilin sama lo, gue lihat masa depan lo untuk pertama kali, Kak."

His Future (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang