Musim panas hampir tiba. Ujian akhir telah berlalu, begitu pula dengan hari kelulusan para senior. Erin dan Ajay terlihat begitu berkilauan dengan toga berwarna biru. Pada hari itu, semua orang mengekspresikan kelulusan para senior dengan beragam emosi. Sebagian besar menorehkan senyum secerah mentari, ada pula beberapa senior yang tidak kuasa menahan tangis, harus meninggalkan Berry High School dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Aku ingat ketika para senior berkumpul di tengah lapangan futbol, kemudian secara serentak melempar toga mereka di udara. Seketika, langit dipenuhi oleh banyak benda berwarna biru, disusul oleh sorakan, siulan, serta tawa, semuanya saling susul menyusul. Erin, Ajay, dan beberapa kru teater yang telah berstatus menjadi alumni berpelukan erat, melompat-lompat kecil sambil tertawa. Aku, Rory, Natalie, dan Skye turun dari bangku tribun, berlari kecil menghampiri mereka, lalu ikut berpelukan.
Aku selalu membenci perpisahan, tetapi tidak kali ini. Erin dan Ajay harus melanjutkan hidup mereka, begitu pula denganku, 'kan?
Beberapa minggu ini terasa sangat cepat. Rasanya seperti baru kemarin pementasan The Enchanted Kingdom berakhir, kemudian aku berkedip, dan kini hari kelulusan senior bahkan telah terlewati. Rasanya aku sedikit kesulitan untuk menyesuaikan diri.
"Ingat apa yang dikatakan Albert Einstein? Waktu adalah relatif." Ketika aku menceritakannya pada Rory, begitulah tanggapannya. Ya, itu tidak sepenuhnya salah, meskipun aku sedikit terheran-heran mengapa pemuda itu mendadak memberiku referensi sains? Apa karena ujian akhir ia jadi serajin ini?
Tapi sungguh, segalanya memang berjalan sangat cepat. Pagi ini, aku terbangun oleh beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan singkat dari Rory. Pemuda itu bahkan sudah bersiap-siap menyalakan mobilnya. Dengan tergesa-gesa, aku melompat dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. Meskipun mustahil terlihat cantik dalam waktu yang singkat, setidaknya aku masih terlihat rapi dan nyaman dipandang. Sejurus kemudian, aku sudah duduk di samping Rory ketika pemuda itu menyalakan mesin mobil dan berkendara dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Apakah kita terlambat?" tanyaku dengan napas terengah-engah.
"Sangat terlambat jika disesuaikan dengan rencana. Namun, kita masih memiliki kesempatan," jawab Rory dengan kedua tangan di kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Riflettore [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsDi hari pertamanya bersekolah, Nicole Jenkins mendaftarkan diri untuk bergabung dalam ekstrakurikuler teater atas saran Rory Silva, cinta monyet masa kecilnya. Selain dapat menghabiskan waktu bersama Kesatria Berkuda Putih yang tampan, ia juga harus...